Kabupaten Balangan
Kabupaten Balangan adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia yag ibukotanya adalah Paringin.
Kabupaten Balangan | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Sanggam | |
Koordinat: 2°21′50″S 115°28′14″E / 2.36400077°S 115.47051359°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Selatan |
Dasar hukum | PP No.129 tahun 2000 |
Ibu kota | Paringin |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. Ansharuddin, M. Si |
Luas | |
• Total | 1.819,75 km2 (70,261 sq mi) |
Populasi ((2010)[2]) | |
• Total | 112.430 |
• Kepadatan | 52/km2 (130/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode Kemendagri | 63.11 |
DAU | Rp. 287.613.144.000.- |
Situs web | http://www.balangankab.go.id/ |
Gambaran umum
Kabupaten Balangan merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan undang-undang tersebut, Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno meresmikan Kabupaten Balangan pada tanggal 8 April 2003 yang kemudian menjadi hari jadi yang dirayakan setiap tahunnya. Motto Kabupaten Balangan adalah "Sanggam": "Sanggup Bagawi Gasan Masyarakat" (bahasa Banjar, berarti: Kesanggupan melaksanakan pekerjaan (pembangunan) yang didasari oleh keikhlasan untuk masyarakat.
Kecamatan
Wilayah ini terdiri atas beberapa kecamatan, yaitu:
- Lampihong, dengan jumlah penduduk 15.728 jiwa
- Paringin, dengan jumlah penduduk 16.865 jiwa
- Juai, dengan jumlah penduduk 15.695 jiwa
- Halong, dengan jumlah penduduk 18.612 jiwa
- Batumandi, dengan jumlah penduduk 16.128 jiwa
- Awayan, dengan jumlah penduduk 12.048 jiwa
- Paringin Selatan, dengan jumlah penduduk 11.436 jiwa
- Tebing Tinggi, dengan jumlah penduduk 5.918 jiwa
Letak
Kabupaten Balangan terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Selatan pada garis 114°50'31 - 115°50'24 Bujur Timur dan 2°1'31 - 2°35'58 Lintang Selatan, berdasarkan letak geografis maka kabupaten Balangan cukup strategis karena dilalui lintas trans Kalimantan dan berpeluang besar untuk berkembang menjadi kota persinggahan bagi perjalanan dari Banjarmasin ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Batas wilayah
Secara administrasi Kabupaten Balangan berbatasan dengan:
Utara | Kabupaten Tabalong |
Timur | Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur |
Selatan | Kabupaten Hulu Sungai Tengah |
Barat | Kabupaten Hulu Sungai Utara |
Luas Wilayah
Luas Kabupaten Balangan adalah 1.819,75 km² yang terdiri 8 kecamatan dan 160 desa. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah kecamatan Halong dengan luas 659,84 km², sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah kecamatan Lampihong dengan luas 96,96 km².
Topografi
Wilayah kabupaten Balangan terdiri dari 179.269 ha dataran/pegunungan. Luas areal perairan terdiri dari rawa 3.026 ha dan sungai 5.537 ha. Temperatur udara di daerah ini rata-rata 26 °C.
Demografi
Penduduk kabupaten Balangan berjumlah:
- 96.102 jiwa pada tahun 2000
- 97.728 jiwa pada tahun 2001
- 99.364 jiwa pada tahun 2002
- 98.684 jiwa pada tahun 2003
- 102.664 jiwa pada tahun 2004
- 98.377 jiwa pada tahun 2005
- 101.022 jiwa pada tahun 2006
- 101.860 jiwa pada tahun 2007
- 102.296 jiwa pada tahun 2008
- 102.696 jiwa pada tahun 2009
- 112.430 jiwa pada tahun 2010
- 114.009 jiwa pada tahun 2011
Perhubungan
Untuk mencapai kabupaten Balangan dapat ditempuh dengan beberapa cara, misalnya melalui jalan darat dengan waktu tempuh lebih kurang 5 jam menuju utara dari ibukota provinsi Kalimantan Selatan.
Selain itu bisa juga dengan pesawat udara dari bandara Syamsuddin Noor di Banjarbaru dengan tujuan penerbangan ke bandara Warukin di Tanjung, kemudian dari Tanjung ke Paringin melalui jalan darat. Dengan cara ini, waktu tempuh hanya 2 jam dengan biaya yang tentunya sedikit lebih mahal.
Jika sedikit ingin bertualang, bisa juga dengan menempuh jalan sungai, dari sungai mana saja di provinsi Kalimantan Selatan. Untuk menempuh jalan sungai ini, sangat disarankan untuk melengkapi diri dengan peta navigasi dan peralatan GPS.
Potensi
Pertanian
Potensi areal tanaman pangan hortikultura di Kabupaten Balangan adalah padi, kacang, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, langsat, jagung, pisang kepok dan pisang serta talas dengan luas areal 1.350 ha, produktivitasnya adalah 1,6 ton/ha.
Perikanan
Perikanan yang dapat dikembangkan di kabupaten Balangan di sepanjang aliran sungai Balangan adalah cekdam, baruh (rawa) serta kolam tadah hujan. Komoditas yang dikembangkan antara lain ikan patin, mas dan nila. Budidaya perikanan yang akan dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan ekspor adalah ikan betutu yang terdapat di kecamatan Paringin (Baruh Bahinu Dalam).
Perkebunan
Jenis komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain:
- Karet dengan luas areal tanam 30.591 ha dengan hasil produksi 24.342,31 ton/tahun.
- Kelapa sawit dengan luas areal tanam 2.280 ha dengan hasil produksi 14.898 ton/tahun.
Peternakan
Peternakan yang ada di daerah ini adalah sapi, kambing, domba, ayam ras/pedaging, ayam buras dan itik.
Pertambangan
Potensi pertambangan yang tersedia di Kabupaten Balangan adalah marmer, phospat, kaolin, gambut, lempung, emas, batu gamping dan batu bara. Pertambangan yang tersedia untuk dikembangkan adalah bijih besi.
Pariwisata dan Seni Budaya
Berbagai tempat wisata yang layak untuk dikunjungi adalah:
- Obyek wisata alam; Gunung Batu Sumsum dan Goa Hantanung di kecamatan Awayan.[4]
- Objek wisata alam/air; Baruh Bahinu Dalam di kecamatan Paringin.
- Objek wisata religius; Makam Datuk Kandang Haji di desa Teluk Bayur, kecamatan Juai.
- Objek wisata sejarah; Benteng Tundakan di kecamatan Awayan, adalah tempat perjuangan Temenggung Jalil yang bergelar Adipati Anom Dinding Raja Temenggung Macan Negara.
- Objek wisata alam; Air Terjun Manyandar, Goa Berangin Gunung Belawan di kecamatan Halong, goa dengan terowongan unik yang menghubungkan ke dasar gunung dengan udara yang sejuk.
- Objek wisata budaya dan upacara adat; Atraksi pesona budaya Pesta Panen Raya, Aruh Adat Baharin, Tarian Gintor dan Balian yang terdapat di kecamatan Halong.
Sejarah
Masa Sebelum Masehi
Pada sekitar 8000 SM Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong, daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Balangan. Kemudian sekitar 2500 SM terjadi migrasi bangsa Melayu Tua dari Yunan ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum). Kemudian sekitar 1500 SM terjadi migrasi bangsa Melayu Muda ke pulau Borneo, kemungkinan dari Formosa (Taiwan).
Masa Abad Pertengahan
Kira-kira pada abad ke-5 terjadi migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu kuno menjadi Bahasa Banjar Hulu. Diperkirakan pada 520 berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan orang Melayu kuno, daerah yang bertetangga dengan Kabupaten Balangan. Kira-kira pada tahun abad ke-6 Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar. Orang Balangan dan orang Pitap yang berbahasa Maanyan dan bahasa Bukit mendiami daerah aliran sungai Balangan dan sungai Pitap.
Menurut Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, wilayah Barito (= Tanah Dusun), Tabalong dan Sawuku sudah menjadi daerah taklukan Gajah Mada, mahapatih mangkubumi Kerajaan Majapahit. Daerah-daerah tersebut berdekatan dengan wilayah Kabupaten Balangan. Pada tahun 1387[5], Ampu Jatmaka/Jatmika, saudagar dari negeri Keling (India Selatan atau Jawa Timur) mendirikan kerajaan Negara Dipa dan ia memakai gelar Maharaja di Candi.[6]. Semula ibukota berkedudukan di Candi Laras (Margasari) pada daerah aliran sungai Tapin, kemudian dipindahkan ke hulu di Candi Agung/Negara Dipa (sekarang Amuntai) dekat muara sungai Tabalong tetapi pelabuhan perdagangan yang resmi tetap di Muara Rampiau dekat Candi Laras. Ampu Jatmika kemudian dilantik sebagai penerus raja Kuripan (Danau Panggang) sehingga ia menjadi penguasa empat negeri : Candi Laras, Candi Agung, Kuripan dan daerah Batung Batulis dan Baparada.[7] Batung Batulis dan Baparada merupakan julukan Kabupaten Balangan dahulu di mana terdapat lokasi yang dikeramatkan, yaitu Gunung Batu Piring (Kampung Pahajatan) tempat mengambil buluh betung (batung batulis) yang dipakai sebagai tiang mahligai/istana bagi Putri Junjung Buih.
Menurut Hikayat Banjar Resensi I, ketika ibukota di Negara Dipa/Candi Agung, Ampu Jatmaka memerintahkan menteri penganan Aria Magatsari mudik untuk menaklukan daerah-daerah di hulu, yaitu batang Tabalong, batang Balangan, batang Pitap serta bukit-bukitnya. Maka diangkatlah ketua daerah setempat sebagai menteri-menteri sakai mengepalai daerah tersebut di bawah kekuasaan Aria Magatsari. Sementara itu menteri pengiwa Tumenggung Tatahjiwa diperintahkan menaklukan batang Alai, batang Amandit, batang Labuan Amas serta bukit-bukitnya. Mula-mula Lambung Mangkurat menjabat sebagai pemangku raja Negara Dipa, penerus Maharaja di Candi, tetapi kemudian sebagai raja dilanjutkan oleh anak angkatnya Putri Junjung Buih (Bhre Tanjungpura) bersama suaminya Pangeran Suryanata I dari Majapahit. Lambung Mangkurat dengan sukarela mengambil posisi sebagai mangkubumi Negara Dipa karena sebenarnya ia bukanlah berdarah biru.
Pada masa kekuasaan Raden Sekar Sungsang, wilayah Balangan termasuk dalam wilayah Kerajaan Negara Daha, nama negeri dengan ibukota yang baru di sebelah hilir di Muara Hulak, yaitu perpindahan dari Negara Dipa (Candi Agung) sampai masa kekuasaan Pangeran Tumenggung. Lokasi Muara Hulak tersebut pada mulanya muncul sebagai pelabuhan bayangan kerajaan Negara Dipa, padahal pelabuhan perdagangan yang resmi adalah Muara Rampiau. Dengan berdirinya Negara Daha, maka pelabuhan perdagangan dipindah ke hilir dari Muara Rampiau ke Muara Bahan. Pada tahun 1526, wilayah Balangan menjadi bagian dari Banua Lima, sebuah provinsi dari Kesultanan Banjar, nama negeri dengan ibukota yang baru yang didirikan oleh Sultan Suriansyah (keponakan Pangeran Tumenggung) di lokasi yang jauh lebih ke hilir dekat muara sungai Barito, yaitu Banjarmasin, merupakan perpindahan dari Negara Daha/Muara Hulak.
Masa Kolonialisme Belanda
Dalam Perang Banjar, rakyat Balangan ikut aktiff berjuang, pada 4 Mei 1861 terjadi Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan kolonial Belanda. Pada tahun 1861 tersebut, pejuang Perang Banjar, Tumenggung Jalil gelar Kiai Adipati Anom Dinding-Raja gugur dalam pertempuran mempertahankan benteng Tundakan. Pada tahun 1899, Kiai Matsaleh sebagai kepala Distrik Balangan, yaitu salah satu distrik dalam Onderafdeeling Amuntai, Alabio dan Balangan di bawah penguasa Residen C.A Kroesen yang memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo
Menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178[8] Distrik Balangan adalah salah satu Distrik di dalam Onderafdeeling Alabioe en Balangan yang merupakan bagian dari Afdeeling Amuntai.
Referensi
- ^ Luas Provinsi Kalimantan Selatan Per Kabupaten/Kota (BPS Provinsi Kalimantan Selatan)
- ^ Jumlah Penduduk Kabupaten Balangan Tahun 2010 (BPS Provinsi Kalimantan Selatan)
- ^ Jumlah Penduduk Kabupaten Balangan Dari Tahun ke Tahun (BPS Kalsel)
- ^ Regional Invesment - Potensi Wisata di Kabupaten Balangan
- ^ Paul Michel Munoz, Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia, Mitra Abadi, Maret 2009.
- ^ (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
- ^ Hikayat Banjar Resensi II teks Cense.
- ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.