Ariel Sharon (bahasa Ibrani: אריאל שרון, lahir pada 27 Februari 1928 di Kafr Malak, Palestina) adalah pemimpin politik dan militer berkebangsaan Israel, dan telah menjadi Perdana Menteri Israel sejak Maret 2001, sebagai perdana menteri ke-11. Sharon juga pernah menjadi pemimpin Likud, partai terbesar dalam koalisi pemerintah dalam parlemen Israel, Knesset hingga mengundurkan diri dari partai tersebut pada 21 November 2005. Ia kemudian membentuk partai baru bernama Kadima.

Ariel Sharon

Sharon dulu merupakan anggota Angkatan Bersenjata Israel selama tiga puluh tahun. Jabatan tertingginya adalah Mayor Jenderal. Ia menjadi terkenal di Israel untuk kegiatannya dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan Perang Yom Kippur pada tahun 1973.

Ariel Sharon juga bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya pada 13 Oktober 1953 di mana saat itu 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya dan pembantaian Sabra dan Shatila di Libanon pada 1982 yang mengakibatkan antara 3.000 - 3.500 jiwa terbunuh, sehingga ia dijuluki sebagai 'Tukang Jagal dari Beirut'.

Awal hidup dan karir militer

Ia lahir dengan nama Ariel Scheinermann (Shinerman) dari sebuah keluarga yang mendukung gerakan Zionis. Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan kelompok mafia Hagane yang aktivitasnya meneror rakyat Palestina. Dalam melancarkan aksi teror, ia secara bergantian berada di bawah komando Perdana Menteri David Ben Gurion, Yitzhak Shamir, dan Yitzhak Rabin.

Pada masa perang kemerdekaan Israel tahun 1948, di usianya yang ke-20, ia telah menjadi seorang komandan infantri Israel dalam Brigade Alexandroni. Pada tahun itu juga, ia melanjutkan study bidang hukum di Universitas Ibrani di Yerusalem. Pada 1953, ia membentuk sekaligus memimpin unit komando khusus "101" yang bertugas melakukan operasi-operasi khusus tingkat tinggi. Ia diangkat menjadi komandan dari korps para-komando dan terlibat dalam perang memperebutkan Sinai pada tahun 1956. Pada tahun 1957, ia meneruskan pendidikan kemiliterannya di Camberley Staff College, Inggris.

Selama tahun 1958-1962, Sharon pernah menjadi komandan Brigade Infantri, memimpin Pusat Pendidikan Infantri dan mengikuti sekolah hukum di Universitas Tel Aviv. Pada Perang Enam Hari (1967) yang melibatkan Israel melawan bangsa Arab, ia menjabat sebagai komandan sebuah divisi tentara dengan Brigadir Jenderal. Kemudian, ia mengundurkan diri dari dinas ketentaraan di tahun 1972. Ketika terjadi Perang Yom Kippur pada tahun 1973, ia dipanggil untuk memimpin divisi tentara yang harus menyeberangi Terusan Suez.

Karir politik

Karir politiknya berawal pada tahun 1973 saat ia terpilih menjadi anggota Knesset. Tetapi, ia mengundurkan diri setahun kemudian untuk menjadi Penasehat Keamanan bagi Perdana Menteri Yitzhak Rabin. Ia kembali ke Knesset pada tahun 1977 dan menerima jabatan sebagai Menteri Pertanian. Kemudian, ia menjabat Menteri Pertahanan (1981-1983) ketika berkecamuk perang Lebanon saat tentara Israel memasuki Lebanon atas perintahnya.

Ariel Sharon kemudian mengundurkan diri ketika sebuah komisi pemerintah menuduhnya terlibat secara tidak langsung dalam penyerangan September 1982 atas kaum pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila yang dilakukan oleh milisi Maronite Lebanon. Korban dalam peristiwa tersebut mencapai lebih 3.000 orang terbunuh. Selain, ia bertanggung jawab pada tragedi pembantaian Qibya 13 Oktober 1953 yang menewaskan 96 orang Palestina oleh Unit 101 yang dipimpinnya. Atas dua peristiwa tersebut, sebagian orang menjulukinya sebagai "Penjagal dari Beirut.

Periode 1984-1990, ia kembali memasuki kabinet dan menjabat sebagai Menteri Industri dan Perdagangan. Setelah itu, selama dua tahun, ia menjadi Menteri Perumahan dan Konstruksi. Periode Juli 1996-Juli 1999, ia menjabat sebagai Menteri Infrastruktur Nasional dan sebagai Menteri Luar Negeri (Oktober 1998-Juli 1999). Pada sidang Knesset bulan Mei 1999, ia terpilih sebagai Ketua Partai Likud menyusul mundurnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Karier politiknya mencapai puncak ketika ia terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada Februari 2001.

Di tengah penjagaan yang sangat ketat, Ariel Sharon melakukan sumpah jabatan sebagai perdana menteri ke-11 di depan Forum Knesset pada 7 Maret 2001. Pengambilan sumpah dilakukan setelah ia berhasil membentuk pemerintah persatuan nasional dengan spektrum politik yang paling luas dalam sepanjang sejarah Israel. Koalisi yang dipimpinnya mencapai dua kesepakatan dasar menyangkut masa depan perdamaian.

Langkah penarikan mundur pasukan dari Jalur Gaza menimbulkan pertentangan serius di tubuh partai, sementara dalam Partai Buruh terjadi pergantian pimpinan. Kursi Ketua Partai Buruh beralih dari Shimon Peres ke Amir Peretz. Ia merespons langkah tersebut dengan mundur dari Partai Likud (21 November 2005) untuk membentuk partai baru yang diberi nama Partai Kadima (Aharâyūt Le'ūmît/Partai Tanggung Jawab Nasional/National Responsibility) yang beraliran tengah.

Pranala luar


Didahului oleh:
Ehud Barak
Perdana Menteri Israel
2001–
Diteruskan oleh:
sedang menjabat