Musik Melayu
Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang bermula dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya dinyanyikan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang diiringi pula dengan tarian khas Melayu setempat misalnya tari Persembahan dalam perhelatan atau pesta adat, penyambutan tetamu kehormatan, dan dalam kegiatan keagamaan. Yang menarik dari aliran musik ini terletak pada susunannya yang terdiri dari lirik lagu yang mengandung syair yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari dan penuh dengan tunjuk ajar (pesan moral), diisi dengan suara atau vokal khas cengkok Melayu, dan aransemen musik yang tersusun rapi.
Seiring dengan perkembangan zaman musik Melayu mengalami keberingsutan gaya musik misalnya saja mengalami perpaduan dengan aliran musik pop, musik rok, dan dangdut. Aliran ini dapat dijumpai di negara-negara serumpun Melayu, seperti Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pada awal perkembangannya alat musik yang digunakan lebih didominasi oleh tingkahan rebana, petikan gambus, gesekan biola, picitan akordion, tingkahan gong, dan tiupan serunai. Ini dipengaruhi oleh kebudayaan dari tanah Arab dan Eropa tradisional. Seiring dengan perkembangan teknologi itu semua digantikan dengan alat musik elektronik berupa keyboard. Walaupun demikian, dalam kegiatan-kegiatan tertentu alat musik tradisional masih tetap digunakan demi melestarikan warisan kebudayaan.
Dalam kiprahnya aliran ini sempat populer di era '80-an bahkan memasuki era "puncak kegemilangan" di era '90-an. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya penyanyi & grup band Melayu, dan pendatang baru yang bermunculan dengan lagu-lagu andalan masing-masing.
Sejarah Musik Rock Melayu
Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian dipakai juga untuk mengiringi tarian.[1] Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik Gambus dan bermain Musik Arab. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb. Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Dengan perkembangan teknologi elektronik sekitar setelah tahun 1950, maka mulai diperkenalkan pengeras suara, gitar elektri, bahkan perkembangan keyboard. Dan tak kalah penting adalah perkembangan industri rekaman sejak tahun 1950.
'Sejarah musik rock melayu' berawal dari Malaysia dan Singapura bermula secara meluas pada tahun 1980-an. Hal ini karena adanya pengaruh dari budaya musik rock barat 70-80an yang bernuansa aliran Glam Rock, Metal & Heavy Metal seperti Kiss, Iron Maiden, White Snake, Motley Crue, Deep Purple, Van Halen, Scorpions, Rising Force, Survivor, Quiet Riot, Rainbow, Bon Jovi, Cinderella, Judas Priest, Helloween, Uriah Heep, W.A.S.P, TNT, Metallica, Megadeth, White Lion, Poison, Skid Row, AC/DC, Def Leppard, Led Zeppelin, Twisted Sister, Black Sabbath, dan banyak lagi selanjutnya juga ada pengaruh dari Jepang (Asia) seperti Loudness, Earthshaker, dll sehingga mendorong kemunculan band-band rock Malaysia dan Singapura hadir dan berkembang pada saat itu. Lalu di Malaysia memunculkan dengan adanya pertandingan rock seperti Juara Rock, Festival Rock dan Battle Of The Bands. Pertandingan rock atau diistilahkan dalam bahasa orang melayu yaitu “pertandingan kejuaraan rock kebangsaan” yang pertama diadakan dengan adanya pertandingan Juara Rock tahun 1983. Dalam pertandingan ini, telah dimenangkan oleh D’Febians dan The Lefthanded. Selanjutnya dengan begitu banyaknya sambutan dan antusias oleh kalangan anak-anak muda disana akhirnya pertandingan Juara Rock muncul kembali pada tahun 1984 di mana The Bunmark meraih juara pertama, Hurricane berada pada juara kedua dan juara ketiga oleh band Gersang.
Seiring dengan sambutan dan antusias oleh masyarakat yang semakin tinggi terhadap pertandingan Juara Rock akhirnya memunculkan pertandingan kejuaran yang lain seperti adanya Festival Rock pada tahun 1984 di Johor Bahru. Keberadaan pertandingan juara-juara rock ini secara langsung telah mencetuskan semakin banyaknya band-band rock baru bermunculan. Musik rock di Malaysia begitu luar biasa dan berada pada kondisi kejayaan dengan adanya Battle Of The Bands 1 dan 2 (1986-1987) di mana pesertanya yaitu band SYJ, Lefthanded, Ella & The Boys, Boodshed dan Whitesteel. Salah satu dari keunikan dari mereka adalah gaya berpakaiannya yang begitu mencolok saat berada di panggung seperti band SYJ (Syed Yusuf Jamalulail) begitu terang-terangan berpenampilan seperti apa yang dikenakan oleh band Motley Crue dari rambut gondrong, busana glamour sampai memakai make up.
Perkembangan rock di Malaysia begitu sangat menggairahkan hingga memunculkan pertandingan rock yang sejenis seperti Clash Of TheBands, War Rock dari 1 hingga 4, Gagasan Hikayat Rock, Gagasan Batu-Batu Perjuangan, Juara Kumpulan Muzik Tenggara 88, Juara Rock Galactica dan Pesta Hiburan Kingsway. Bagaimanapun pandangan rock sempat tercoreng dengan adanya kerusuhan pada 2 September 1986 di halaman area Sungai Nibong, Pulau Pinang dengan diselenggarakannya konsert Battle Of The Bands. Pada saat itu diperkirakan ada 5000 penonton yang hadir, kebanyakan adalah masyarakat golongan remaja dan anak muda. Namun pada pertengahan acara penonton yang begitu fanatik seakan terbawa suasana konsert hingga lepas kendali, di mana band-band tersebut sebagian besar membawakan lagu-lagu yang beriramakan Heavy Metal. Suasana konsert menjadi kacau, botol minuman, batu, sampah dan kursi bertebangan. Orang-orang berlarian dan sampai terjadinya adu pukul hingga korban luka-luka. Aparat yang ada disana dengan jumlah terbatas mengalami kesulitan mengendalikan amuk masa dan hanya bisa mengevakuasi peserta band Battle Of The Bands (sumber. http://www.muzikrock.com).
Pengaruh musik rock Malaysia ternyata juga sedikit dipengaruhi oleh musik Indonesia. Keberadaan mereka sempat menjadi idola seperti adanya penyanyi era 70an dengan permainan nuansa akustik gitarnya yaitu Ebit G Ade. Ada beberapa musisi Malaysia yang mencoba menyanyikan lagunya seperti band Sweet Charity dengan mengaransemennya menjadi musik slow rock di antaranya lagu Kamelia. Lalu juga ada D’llyod dan The Mercy’s yang sempat diminati oleh para musisi Malaysia seperti Atan vokalis dari band Aryan ternyata menyukai dan sempat terpengaruh pada musiknya. Selanjutnya tidak ketinggalan juga dengan keberadaan band God Bless yang sudah populer sejak era 70an dan masih ada lagi penyanyi-penyanyi lainnya.
Pada tahun 1988 s/d 1993 adalah masa era keemasan rock Malaysia. Betapa begitu banyaknya band-band rock baru bermunculan dengan albumnya seperti Arena, Lestari, Aryan, Melissa, Handy Black, Kejora, Zodiak, Putra, Fotograf, GAMMA, Teras, Blackrose, CRK, Hidayu, Qiara, Garuda, Olan, Sweat, Ekamatra, Mercury, Lipan Bara, Iklim, Scarecrow (MASA), Sera, Menara, Evolusi, Erat, Garuda, Skala, Dinamik, Okid, Analisis, Dayana, Vagrant, Rajawali, G.E.T, Stra T.G, Illusi, Les Mayor, Loving Born, Strangers, Desire, Cinema, Sherox, Crossfire, Metafora, Terra Rossa, XPDC, Wild Age, UG14, Teja, MAY, Viking, Hevea, Belantara, dan banyak lagi. Lalu di Singapura juga ada band rock seperti Lovethunters, FF (Flaying Funeral), Justice, Aces, Oblivion, Rockerz/s, Rusty Blade, Helter Skelter dan banyak lagi. Hingga dari Brunai Darussalam pun sempat juga meramaikan dengan adanya band Printis. Lalu banyak juga musisi laki-laki tampil secara solo seperti Rahim Maarof, Kamal, Ramli Sarif, Azmeer, dll. Penyanyi solo wanita yang distilahkan dengan Awek Rocker juga ikut ambil bagian seperti Ella, Wohnen, Tila, Shima, dll. Sementara itu juga ada bermunculan band-band yang lebih memilih dengan membawa aliran Underground dari subgenre Trash Metal, Black Metal seperti Cromok, FTG, Samurai, dll.
Pada masa era keemasan rock Malaysia pada tahun 1988 masa itu ternyata bukan tanpa masalah. Band-band rock tidak diperkenankan ”diharamkan” berada di ruang stasiun elektronik milik Kerajaan (pemerintahan di Malaysia) seperti Radio dan TV RTM. Hal ini disebabkan oleh penampilan dari kebiasaan mereka berambut gondrong dan berpakaian glamour seperti menggunakan celana ketat, baju tanpa lengan, adapun yang lengkap dengan jaket kulit berwarna hitam yang dipandang negatif oleh masyarakat dan pihak Kerajaan. Bila ingin tampil mereka harus memotong rambut mereka dan berpakaian lebih sederhana dan sewajarnya, itu pun lagunya dibatasi dengan irama slow rock dan Rock Balada. Sedangkan irama Heavy Metal, Rock N Roll, Hard Rock dibawakan pada saat konsert saja. Hal ini merugikan industri musik Malaysia dalam perkembangannya. Namun saluran media swasta yaitu TV3 pada saat itu ternyata tidak menghalangi menampilkan band-band rock. Sehingga banyak dari mereka berpindah ke stasiun tersebut dan menjadikan TV3 sebagai tempat saluran utama band-band rock untuk mengasah bakatnya.
Kepopuleran Rock Malaysia pada masa keemasannya juga sampai ke Indonesia, ditandai dengan kemunculan Search dengan lagu hits andalannya yaitu Issabella di tahun 1989 dan sempat dibuat filmnya dari judul lagu tersebut pada tahun 1990 yang dibintangi oleh pemeran utama Amy Search dan Nia Zulkarnain. Kemudian banyak band-band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar Indonesia dari media elektronik seperti Radio dan Televisi serta kaset albumnya. Diantaranya Iklim, MAY, Ruhil & Metal Child, Dinamik, Arena, Wings, Ukays (Ukay), Senario, Samudera, Damasutra, S.O.S, Sweat, Mercury, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Kalahari, Classmate, Gersang, GAMMA, Melissa, Lipan Bara, Cinema, Exists (Exist), Lela, Menara, Febians, Spring, Okid, Lagenda, Alfa, Roses, dan banyak lagi. Salah satu perusahan label kaset album rock Malaysia di Indonesia adalah Akurama Records (Indonesia). Pada masa itu Akurama Records tidak pernah mengedarkannya dalam bentuk keping CD. Selanjutnya bermunculan perusahaan label rocord lain dari Indonesia yang mengedarkan kaset album Rock Malaysia seperti BLACKBOARD, Musica Studios, EMI, dll. Antara edaran album Rock Malaysia di Indonesia dengan di Malaysia berbeda. Album Rock Malaysia di Indonesia biasanya menggunakan lagu andalan atau hits sebagai nama albumnya atau diganti dari asal nama albumnya. Uniknya mereka (musisi/penyanyi band rock dari Malaysia) tidak terlalu mengetahui ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil keuntungan dari penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup oleh pihak pengedar.
Rupanya di awal tahun 1990-an muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat terpengaruh dari rock Malaysia seperti band Caesar, Keyboard Rock Band, Lochness,dll. Lalu ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy Mercury, Inka Christie, kemudian ada Nike Ardilla yang merupakan didikan dari Deddy Dores. Deddy Dores yang sebelumnya pernah bermain band bersama Lipstik dan Caezar cukup andil besar terhadap perkembangan musik rock melayu di Indonesia dengan karya-karya nya yang berimakan Slow Rock, sebagian besar bertemakan tentang cinta. Begitu Banyak sudah Deddy Dores mempopulerkan penyanyi Lady Rocker seperti Anie Carera, Tiara, Tresita, Nin Samantha, Mayang Sari, Lady Avisha, Ikko, dll.
Begitu luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di Televisi ( Stasiun TVRI pada saat itu) dan stasiun radio mereka harus mengubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu ada juga penyanyi solo dari Malaysia mesti berduet dengan penyanyi Indonesia juga pada albumnya seperti apa yang dilakukan oleh Amy Search dengan Inka Christie, Rahim Maarof dengan Conny Dio, dll.
Kembali kepada perkembangan musik Rock Malaysia dan Singapura pada pertengan tahun 1990-an muncul istilah populer untuk sebutan Rock Melayu yaitu ”Rock Kapak”. Entah kapan, dari mana dan siapa secara jelas yang memulai istilah ”Rock Kapak” ini. Ada yang bilang ceritanya dulu ketika ada sekumpulan anak-anak muda di pinggir jalan sedang menyanyi dengan gitarnya membawakan lagu dari band Search tanpa diduga ada masyarakat yang sedang membawa kapak mengejar mereka karena menggangu ketentraman kampung. Lalu ada juga yang bilang band-band rock tersebut memainkan drumnya seolah-olah sedang menabuh (benda) kapak. Namun Rock Kapak dapat dipahami sebagai istilah untuk penyebutan rock dulu-dulu. Seumpama kapak adalah benda zaman batu (purbakala) dibandingkan sekarang berada di zaman lebih modern. Istilah selain Rock Kapak atau Era Rock Kapak juga ada yang cukup populer seperti Rock Zaman Batu, Rock Dulu-Dulu, Rock Klasik, Rock Otai, Era (Kegemilangan) Rock, Rock Kangkang. Untuk musisi yang berambut gondrong dengan segala atribut pakaiannya sudah ada sejak era 80an diistilahkan ”Sempoi” oleh anak-anak muda ataupun mereka yang berpenampilan sama. Di awal 90an ada juga muncul istilah untuk sebutan lagu slow rock yaitu ”Tangkap Lentuk/Lentok”. Biasanya kebanyakan ”Tangkap Lentuk/Lentok” lagu-lagunya adalah bertemakan tentang cinta namun ada juga tentang ketuhanan dan sosial walau tidak terlalu didominasi. Istilah selain ”Tangkap Lentok” adalah seperti Rock Leleh, Rock Cintan. Keunikan dari ciri khas musik slow rock mereka adalah kadang biasanya menambahkan berupa instrumen melayu dengan balutan distorsi gitar elektrik ataupun akustik. Ada juga dipadukan dengan istrumen keyboard.. Lalu ciri khas lain permainan dari peran lead guitar biasanya akan menampilkan gitar solo pada pertengahan dimasa lagu sedangkan peran rythm guitar lebih sebagai pelengkap lead guitar. Selain itu lirik yang puitis dari estetika bahasa yang indah juga menjadi kelebihannya
Sekiranya ada 3-5 lagu berirama slow rock dan biasanya salah satu menjadi lagu hits andalan pada album mereka. Walaupun sejatinya dominasi mereka adalah lagu-lagu cadas yang beriramakan Hard Rock, Heavy Metal. Musik cadas mereka seakan sedikit tenggelam lantaran didorong oleh kehendak dan pertimbangan pasar untuk menyanyikan lagu slow rock. Hal ini tidak bisa dimungkiri karena salah satu faktor cukup besar dari kesuksesan penjualan album mereka adalah musik slow rock ini. Kejadiannya dimulai sejak akhir 80an dan awal 90an yang menjadi buah bibir perbincangan oleh masyarakat dan wartawan pada saat itu. Orang yang kurang menyukai lagu-lagu cadas lebih suka memilih lagu-lagu slow rocknya. Walaupun begitu gaya dan pengaruh dari Glam Rock, Metal & Heavy Metal dari Barat dan Asia 70-80an masih kekal adanya.
Semenjak itu dari perkembangannya juga di Indonesia, masyarakat lebih mengenal musik rock Malaysia pada awamnya telanjur disebut sebagai istilah ”Slow Rock Malaysia/Melayu” selain itu ada juga yang mengistilahkannya dengan sebutan Rock Melayu, Malaysian Blues, Rock Balada Malaysia, Musik Melayu. Musisi band/penyanyinya pun juga ikut telanjur disebut ”Band/Penyanyi Slow Rock (Malaysia/Melayu) oleh masyarakat Indonesia sendiri. Istilah ”Rock Kapak” tidak begitu populer di Indonesia. Kalaupun ada yang pernah dengar istilah ”Rock Kapak” mungkin akan terdengar unik, aneh dan lucu. Sebenarnya bila mendengar musik mereka yang berirama cadas dari segi permainan musikalitasnya tidak perlu diragukan, skill mereka juga tinggi, ganas, liar dan berani.
Pada perkembanganya pada tahun 1994 s/d 1997 masih banyak kembali band-band rock pendatang baru bermunculan seperti Stings, EYE, Umbrella, Leon, To’ki, Screen, Versi, AXL’s, Fair, Arrow, Espiranza, Data, Sejati, Samudera, dll serta band-band 80-awal 90an ada yang kembali aktif. Dalam masa ini penampilan cara berpakaian mereka cenderung mulai lebih polos dari sebelumnya. Mereka tidak lagi berpenampilan glamour. Rambut gondrong masih ada namun tidak terlalu mendominasi lagi. Musik berirama slow rock masih menjadi andalan mereka namun masih ada tetap terselip lagunya yang berirama cadas.
Kemudian pada tahun 1997 s/d 2001 band-band pendatang baru dengan suasana lebih segar dan mulai kearah modern memberikan suasana baru dalam perkembangannya seperti adanya Scoin, Spin, Scorr, Jelmol, Sup, Spoon, Data, dll. Ciri khas musik mereka begitu lebih kental nuansa kemelayuannya secara totalitas. Warna suara sang vokalis terdengar mengalun mendayu-dayu serasa merintih. Biasanya lirik lagu bertemakan tentang cinta kesedihan yang mengharu biru. Kemudian muncul lagi istilah populer yaitu ”Rock Jiwang” untuk sebutan mereka. Tidak bisa dimungkiri istilah ”Rock Jiwang” menjadi sebuah subgenre baru untuk Rock Melayu selain ”Rock Kapak”. Istilah sejenis selain ”Rock Jiwang” yang juga populer seperti Rock Leleh, Rock Cintan, Rock Lentok Punya. Pada masa itu juga hadir band-band baru dari sekumpulan anak-anak muda remaja seperti New Boyz, Boboy, Q-face, dll yang mengusung aliran Slow/Pop Rock. Istilah ”Rock Jiwang” boleh juga disebut lagu-lagu slow rock yang berada di era 80an dan awal 90an. Memang agak sedikit membingungkan karena ada sebagian orang juga menyebut band-band ”Rock Jiwang” adalah bagian dari Rock Kapak, disisi lain sebagian besar orang lebih suka membedakannya. Namun boleh dikatakan band ”Rock Jiwang” sebagai bagian dari ”Rock Dulu-Dulu”. Sementara itu band-band lama era80an dan awal 90an sudah berangsur tidak aktif lagi atau bubar serta juga banyak memilih bekerja di luar dari bidang musik. Kemudian sebagian dari mereka membentuk band baru dan ada juga yang lebih memilih bersolo karier. Rupanya keberadaan seperti Search, MAY, Wings, Handy Black, Bloodshed, dan puluhan band lain dari angkatan era lama masih tetap terdengar gaungnya dan tetap berjaya hingga awal tahun 2000an.
Kembali ke Indonesia pada tahun 1997 s/d 2001 rock melayu masih tetap ada pengaruhnya. Deddy Dores masih tetap menghadirkan penyanyi-penyanyi Lady Rockers dengan karya-karyanya yang sering menjadi hits. Adapun penyanyi wanita yang dihadirkan dari hasil pencarian (audisi) seperti Sonia yang berasal dari Bandung, Jawa Barat di mana lagu-lagunya sebagian besar adalah karya oleh Iwan. Kemudian juga penyanyi solo laki-laki seperti Rudiath, Iwan, Ferhad Najib, Darmansyah, Sultan, Adi Sahrul, dll. Lalu ada band Gen Rose kemudian ada Fenomena dari Jakarta tahun 1998 dan band Asahan dari Kab. Asahan, Sumatera Utara tahun 1999 meramaikan musik rock melayu. Tidak sedikit masyarakat Indonesia sendiri mengira mereka adalah artis penyanyi dari Malaysia lantaran aliran musik yang mereka bawa.
Pada tahun 1999 musik dan edaran album Rock Malaysia berangsur mulai dibatasi di Indonesia. Hingga tahun 2005 sudah jarang atau tidak terlihat lagi. Kalaupun ada album baru dari mereka itupun cuma beberapa saja yang beredar ataupun album kompilasi dari ambilan lagu-lagu lama. Perkara ini ternyata sedikit terobati dengan hadirnya penyanyi-penyanyi beraliran slow rock nuansa melayu dari Padang, Sumatera Barat seperti Thomas Arya, Nelson’s, Yelse kemudian tahun-tahun berikutnya muncul pendatang baru dari daerah tersebut seperti Febian, Rhiena, Jhon Kinawa, Anton, Delta, Yulis Udo, Vina, JQ, Guslian, Sania, Boy Sandy, Rhenyma, dll.
Sejak tahun 2001 hingga memasuki lewat 2010 industri musik Malaysia didominasi oleh musik dari Indonesia. Ada beberapa band lama seperti band Exists yang sejak 2001 sudah mengubah alirannya menjadi Rock Progresif dan unsur kemelayuannya sudah diminimalisir. Kemudian banyak band-band baru hadir dengan memilih kejalur indie. Kalau di dengar sekilas mirip dengan lagu band-band Indonesia. Lirik lagu nya juga cenderung lebih sederhana dari kosa kata yang awam sering didengar. Namun dalam keadaan itu ternyata band-band dengan aliran underground dari subgenre Black Metal, Trash Metal, Nu Metal, dll. muncul memeriahkan dalam industri musik Malaysia dan juga Singapura seperti hadirnya kembali band Cromok, lalu ada juga hadir seperti Metalasia, Sil Khannaz, Herriot, As-Sahar, dll. Kemudian ada band baru seperti Khalifah yang membawa aliran dari pengaruh Rock Kapak 80-90an dengan kombinasi yang lebih modern dari aliran Hard Rock berbalut nuansa ala Timur Tengah, unsur kemelayuan juga masih ada.
Musik Rock Melayu tidak bisa dimungkiri menjadi bagian dari genre atau aliran musik yang berkembang di negara serumpun (Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunai Darussalam) dan memiki penikmatnya sendiri yang juga banyak. Walaupun kadang dari kalangan masyarakat aliran ini menyebutnya dengan istilah musik cengeng, kampungan, ketinggalan zaman, kuno, dan sebagainya. Semoga dengan mengetahui sejarah dan filosofi dari musik Rock Melayu membuat kita tidak langsung serta merta hanya memproklamirkan sebuah lagu Slow Rock nya saja dengan ciri khasnya vokalnya yang mendayu-dayu melengking dengan balutan khas distorsi musik instrumen melayu nya. Jangan pula dibilang musik yang berirama cadas bukan tidak berarti juga masuk bagian dari Rock Melayu. Harapan terakhir, semoga musik Rock Melayu dapat berkembang dan dapat sejajar dengan genre musik lain seiring dengan perkembangan zaman yang ada dan hadir dengan menciptakan karya-karya yang baru.
(Penulis : Muhammad Husnun Nashar, ketua KPMRM *Komunitas Pencinta Musik Rock Melayu*)
Klasifikasi Musik Melayu
Berdasarkan Perkembangan zaman
Menurut waktu lahirnya dan alat musik yang dipakai, maka ada 3 jenis Musik Melayu, yaitu:
- Musik Melayu Asli, hanya dengan pukulan kendang atau rebana seperti Qasidah, diperkirakan tahun 635 - 1600
- Musik Melayu Tradisional, sudah memakai alat musik gong, rebana, rebab, serunai, diperkirakan tahun 1800 - 1940
- Musik Melayu Modern, memakai alat musik modern, di samping tradisional, seperti biola, guitar, akordeon, dan terakhir dengan keyboard, diperkirakan setelah tahun 1950.
Berdasarkan Rentak Musik Melayu
Ada beberapa pendapat mengenai rentak musik melayu.
Menurut Fadlin
Menurut Fadlin [2], ada tiga jenis rentak Musik Melayu, yaitu:
- Pertama, rentak senandung, yaitu dengan metrik 4/4, dalam satu siklus terdapat delapan ketukan, biasanya dengan irama lambat dan lagu bersifat sedih. Contoh lagu adalah Kuala Deli, Laila Manja.
- Kedua, rentak mak inang, yaitu dengan metrik 2/4, tempo lagu sedang, biasanya lagu bertemakan kasih sayang atau persahabatan. Contoh lagu adalah Mak Inang Pulau Kampa, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati.
- Ketiga, rentak lagu dua, yaitu dengan metrik 6/8, sifatnya riang dan gembira, bersifat joget, tempo agak cepat, sangat digemari orang Melayu. Contoh lagu Tanjung Katung, Hitam Manis, Selayang Pandang.
Menurut Daryudi
Menurut wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan) [3] menyebutkan rentak dibagi dalam:
- Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala Deli, Patah Hati
- Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato, sejenis Rumba, contoh lagu Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang
- Rentak Joget, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro. Contoh lagu Tanjung Katung, Selayang Pandang
- Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderto, dan istilah Zapin diambil dari bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak
Lihat Pula
- Daftar Grup Band Melayu Indonesia (Beraliran Rock Melayu)
- Daftar Penyanyi Solo Melayu
- Daftar Kejuaraan Musik Melayu
- thomas arya * Yelse agustin * Rheina * Sultan * Febian * Guslian * Boy sandy * Sonia * inka cristie * Nike ardila * Popy mercury * Dedy dores * Andra respati * Elsa pitaloka * marwan lukas
Pranala Luar
Referensi
- ^ Sunaryo Joyopuspito, MUSIK DANGDUT, Suatu kajian sejarah dan analisis teori musik, Bina Musik Remaja 2011
- ^ Fadlin: Studi Deskriftif Konstruksi dan Dasar-dasar Pola Ritem Gendang Melayu Sumatera Utara, skripsi Universitas Sumatera Utara, 1988
- ^ Martavita Rastuti: Yusuf Wibisono: Perannya Dalam Kebudayaan Musik Melayu di Sumatera Utara, skripsi Universitas Sumatera Utara 2008