Kaisarina Jepang
Josei tennō (女性天皇 ) adalah istilah yang merujuk pada Kaisarina (kaisar wanita) Jepang. Terdapat delapan wanita yang memerintah sebagai kaisarina sepanjang sejarah Jepang dan dua di antaranya memerintah selama dua periode.
Sejarah
Sepanjang sejarah, terdapat delapan wanita yang memerintah Jepang sebagai kaisarina, delapan di antaranya memerintah pada masa awal sejarah Jepang, sedang dua di antaranya pada zaman Edo. Walaupun status mereka diakui, para penerus mereka tetap merupakan orang yang silsilahnya tersambung dengan keluarga kekaisaran dari jalur laki-laki.
Daftar Kaisarina Jepang
- Kaisarina Jingū (memerintah 201–269). Pada masa Meiji, Jingū masih dimasukkan dalam daftar para Kaisar Jepang, tetapi kemudian dikeluarkan dari daftar pada abad ke-19.
- Mikekashiya, memerintah sebagai Kaisarina Suiko pada memerintah 593–628.
- Takara, memerintah sebagai Kaisarina Kōgyoku pada 642–645 dan sebagai Kaisarina Saimei pada 655–661.
- Unonosarara, memerintah sebagai Kaisarina Jitō pada 690–697.
- Abe, memerintah sebagai Kaisarina Genmei pada 707–715.
- Hidaka, memerintah sebagai Kaisarina Genshō pada 715–724.
- Abe, memerintah sebagai Kaisarina Kōken pada 749–758 dan sebagai Kaisarina Shōtoku pada 764–770.
- Oki-ko, memerintah sebagai Kaisarina Meishō pada 1629–1643.
- Toshiko, memerintah sebagai Kaisarina Go-Sakuramachi pada 1762–1771.
Semenjak Restorasi Meiji (1868), wanita dilarang menjadi kaisarina.
Tinjauan
Kaisarina berbeda dengan joō atau nyoō (女王), ōhi (王妃), maupun kōgō (皇后). Joō , bila dalam konteks penguasa monarki, dimaknai sebagai ratu. Dikarenakan tingkatan kekaisaran lebih tinggi daripada kerajaan, maka kedudukan kaisarina lebih tinggi daripada ratu. Dalam konteks keluarga kekaisaran Jepang, joō adalah gelar bagi wanita yang merupakan kerabat jauh kaisar yang silsilahnya masih tersambung dengan kaisar dari jalur laki-laki. Dengan kata lain, joō dimaknai sebagai "putri" dalam konteks ini.
Kōgō adalah gelar bagi permaisuri kaisar. Permaisuri bertindak sebagai istri utama di antara pasangan kaisar yang lain. Ōhi adalah gelar bagi pasangan ō. Bila ō diartikan sebagai raja, berarti ōhi bermakna permaisuri raja. Dikarenakan kedudukan kaisar lebih tinggi daripada raja, kedudukan permaisuri kaisar juga lebih tinggi dari permaisuri raja. Dalam konteks keluarga kekaisaran Jepang, ō bermakna pangeran atau laki-laki yang merupakan kerabat jauh kaisar yang silsilahnya tersambung dari jalur laki-laki, sehingga dalam konteks ini, ōhi bermakna putri.
Di Jepang, istilah lain yang dapat merujuk pada kaisarina adalah jotei atau nyotei (女帝), sedangkan kaisar pria adalah kōtei (皇帝). Keduanya dapat digunakan untuk merujuk pada kaisar-kaisarina non-Jepang, berbeda dengan tennō (天皇) yang hanya khusus merujuk pada kaisar-kaisarina Jepang.