Manorang Salo, Marioriawa, Soppeng

kelurahan di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
Revisi sejak 19 September 2016 01.15 oleh 125.161.184.108 (bicara) (sejarah)

Manorang Salo adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kelurahan ini lahir sebelum Indonesia Merdeka.

Manorang Salo
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenSoppeng
KecamatanMarioriawa
Kode Kemendagri73.12.05.1004 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7312060008 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 4°7′59.74″S 119°52′25.93″E / 4.1332611°S 119.8738694°E / -4.1332611; 119.8738694

Bermula pada era La Mappaiyo Datu Marioriawa membagi wilayah marioriawa menjadi tiga Pabbicara (Jawatan Penyelesaian Hukum adat) yakni Pabbicara Manorang Salo, Pabbicara Attang salo dan Pabbicara Bulue. Pada tahun 1905 Belanda telah menaklukkan seluruh kerajaan di sulawesi selatan dan melakukan restrukturisasi Jawatan-jawatan pemerintahan termasuk jawatan-Jawatan di Kerajaan Marioriawa.

Pengambil alihan fungsi-fungsi Pabbicara oleh Belanda kemudian mendirikan Lembaga Pengadilan di Watansoppeng serta penglifungsian peran Pabbicara menjadi Kepala para Matoa di Marioriawa menjadikan para Pabbicara mempunyai possisi strategis sebagai kepala struktur Pemerintahan dibawah Datu/Raja.Manorang Salo terdapat Matoa Welongnge dan Matoa Tanete,

Manorang Salo dalam leteratur sering dikenal sebagai Tanete Marioriawa pada saat penyerangan Benteng Pertahanan Tellumpoccoe di Tanete Mariorawa yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan sekutunya Sidenreng membuat soppeng mnyerah. di lteratur lain disebutkan bahwa Nama “Batu-Batu” muncul dalam dalam sebuah cerita rakyat, yang menceritakan sebuah kejadian masa lalu bahwa pada waktu jaman dahulu Tanete Marioriawa (Tanete Alau Salo sibawa Tanete Orai’ Salo) bertempur melawan Sidengreng yang berada di Massepe, mereka memperebutkan sebuah perbatasan wilayah dimana pihak Tanete Marioriawa mengklaim bahwa batas Marioriawa berada di alur sungai Belokka, sedangkan pihak kerajaan Sidengreng mengklaim bahwa batas Sidengreng berada dialur sungai Lajaroko hingga ke danau Tempe. Hal ini memicu pertempuran hebat, dimana pihak Marioriawa bahu-membahu bersama rakyatnya menghalau pihak Sidengreng dengan menggunakan bebatuan yang ada di sekitarnya. Cappui Batu-BatuE ri Tanete Marioriawa Batu-Batu” napake rumpak-i musuE, sibantu-bantui tau egaE. Dan akhir pertempuran tersebut berjatuhan korban kedua belah pihak dan dikuburkan di berbagai lokasi diantaranya Daearah Pasar Sentral/Lapangan dan sekitarnya, Daerah SD Tanete dan sekitarnya, Daerah SD Tarawang dan sekitarnya, daerah Kampung baru, dua lokasi sebalah selatan ceppa-ceppaE, area pekuburan Lamaloang , Kajaoe dan lain-lain. Karena banyaknya korban berjatuhan maka diadakannya perjanjian bahwa watas antar wilayah kerajaan Marioriawa dn sidengreng adalah sungai kecil di Laringgi oleh orang sidengreng menyebutnya Bapangi Dari cerita tersebut diatas memunculkan Istlah “Batu-Batu” untuk nama area pertempuran tersebut.

Setelah terbentuknya Negara kesatuan republik Indonesia, kerjaan soppeng ikut bergabung dengan Indonesia dan Kerajaan Soppeng pun berubah menjadi Kabupaten Soppeng, maka Status Kerajaan Marioriawa-pun ikut berubah menjadi Kecamatan Mario Riawa, masuk dalam administrasi Kabupaten Soppeng, adapun Pabbicara Manorang Salo berubah menjadi kelurahan Manorang Salo, dan seiring dengan adanya pemekaran maka kelurahan dan desa pun bertambah sebagai berikut, Kel Manorang Salo, Kelurahan Batu-batu, Kelurahan Limpomajang, dan Desa Laringgi.

Tempat wisata

  • Rumah Adat Sao Mario