Kerusuhan Ürümqi Juli 2009
Kerusuhan Ürümqi Juli 2009[5] adalah serangkaian kerusuhan yang terjadi selama beberapa hari yang pecah pada 5 Juli 2009 di Ürümqi, ibukota Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang (WOUX), barat laut Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kerusuhan hari pertama, yang melibatkan sekitar 1,000 orang Uighur,[6] dimulai sebagai sebuah unjuk rasa namun meningkat menjadi serangan kekerasan yang utamanya menargetkan orang-orang Han. Kepolisian Bersenjata Rakyat dikerahkan, dan dua hari kemudian, ratusan orang Han bentrok dengan polisi dan Uighur. Para pejabat RRT berkata bahwa sepanyak 197 orang tewas, yang sebagian besar berasal dari suku Han,[2] dengan 1,721 lainnya luka-luka[3] dan beberapa kendaraan dan bangunan hancur; namun, kelompok-kelompok pengasingan Uighur menyatakan bahwa jumlah korban tewasnya lebih tinggi. Beberapa orang hilang saat pembersihan polisi berkala besar pada hari-hari setelah kerusuhan tersebut; Human Rights Watch (HRW) mendokumentasikan 43 kasus[7] dan berkata bahwa jumlah orang hilang nampaknya lebih tinggi.[8]
Kerusuhan Ürümqi Juli 2009 | |
---|---|
Bagian dari Konflik Xinjiang | |
Lokasi | Ürümqi, Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok |
Tanggal | 5 Juli 2009 (UTC+8) |
Jenis serangan | anti-pemerintah / etnis |
Korban tewas | sekitar 197[1][2] |
Korban luka | 1,721[3][4] |
Kerusuhan Ürümqi 2009 | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Hanzi tradisional: | 烏魯木齊7·5騷亂 | ||||||
Hanzi sederhana: | 乌鲁木齐7·5骚乱 | ||||||
Makna harfiah: | Kerusuhan 7·5 Ürümqi | ||||||
| |||||||
Nama alternatif | |||||||
Hanzi tradisional: | 烏魯木齊七·五暴力事件 | ||||||
Hanzi sederhana: | 乌鲁木齐七·五暴力事件 | ||||||
Makna literal: | Peristiwa Kekerasan 7·5 Ürümqi | ||||||
|
Kerusuhan dimulai ketika polisi berkonfrontasi dengan sebuah pawai yang menuntut penyelidikan penuh terhadap insiden Shaoguan, sebuah pertikaian di selatan Tiongkok beberapa hari sebelumnya dimana dua orang Uighur tewas.[9] Namun, para pengamat tidak sepakat dengan pernyataan bahwa unjuk rasa tersebut menyebabkan kekerasan. Pemerintah pusat RRT menuduh bahwa kerusuhan itu sendiri direncanakan dari luar negeri oleh Kongres Uighur Sedunia dan pemimpinnya Rebiya Kadeer,[10][11] sementara Kadeer menyangkal tuduhan tersebut dan menganggap kekerasan tersebut sebagai "pembelaan diri" Uighur.[12] Kelompok-kelompok pengasingan Uighur mengklaim bahwa puncaknya disebabkan karena polisi menggunakan pasukan khusus.[13][14]
Media Tiongkok sangat menyoroti kerusuhan Ürümqi tersebut, dan membandingkannya dengan ketegangan di Tibet pada 2008.[15] Saat kerusuhan dimulai, komunikasi-komunikasi di-putus hubung-kan. Pada minggu-minggu berikutnya, sumber-sumber resmi melaporkan bahwa lebih dari 1,000 orang Uighur ditangkap dan ditahan;[16] masjid-masjid yang dijalankan Uyghur secara sementara ditutup.[17] Komunikasi dibatasi[18] dan pasukan bersenjata masih berjaga-jaga di tempat pada Januari 2010.[19] Pada November 2009, lebih dari 400 orang menghadapi dakwaan kriminal karena tindakan-tindakan mereka pada kerusuhan tersebut.[20] Sembilan orang dieksekusi pada November 2009,[21] dan pada Februari 2010, sekitar 26 orang telah meraih hukuman mati.[22]
Latar belakang
Xinjiang adalah sebuah wilayah Asia tengah besar di Republik Rakyat Tiongkok yang terdiri dari sejumlah kelompok minoritas: 45% dari populasinya adalah Uighur, dan 40% adalah Han.[23] Ibukotanya yang sangat terindustrialisasi, Ürümqi, memiliki populasi lebih dari 2.3 juta, sekitar 75% adalah Han, 12.8% adalah Uighur, dan 10% berasal dari kelompok etnis lainnya.[23]
Pada umumnya, orang Uighur dan sebagian besar pemerintah Han tidak sepakat bahwa kelompok tersebut memiliki klaim sejarah besar pada wilayah Xinjiang: Uighur meyakini leluhur-leluhur mereka adalah orang asli di wilayah tersebut, sementara kebijakan pemerintah menganggap Xinjiang pada masa sekarang masuk ke Tiongkok sejak sekitar tahun 200 SM.[24] Menurut kebijakan RRT, Uighur diklasifikasikan sebagai Minoritas Nasional ketimbang kelompok orang asli—dalam kata lain, mereka diangkat tidak lebih dari pribumi di Xinjiang ketimbang Han, dan tak memiliki hak-hak istimewa atas tanah tersebut di bawah hukum.[24] Republik Rakyat tersebut memimpin migrasi jutaan orang Han ke Xinjiang, yang mendominasi wilayah tersebut secara ekonomi dan politik.[25][26][27][28]
Para nasionalis Uighur seringkali mengklaim bahwa 5% populasi Xinjiang pada 1949 adalah Han, yang 95% lainnya adalah Uighur, melupakan keberadaan Kazakh, Hui, Mongol, Xibe dan lain-lain, dan menghiraukan fakta bahwa orang-orang Han telah meliputi sekitar sepertiga populasi Xinjiang pada 1800, pada zaman Dinasti Qing.[29] Profesor Sejarah Tiongkok dan Asia Tengah di Universitas Georgetown, James A. Millward menyatakan bahwa orang-orang luar negeri seringkali salah mengira bahwa Urumqi aslinya adalah kota Uighur dan Tiongkok menghancurkan karakter dan budaya Uighur-nya, namun, Urumqi didirikan sebagai kota Tionghoa oleh Han dan Hui (Tungan), dan Uighur yang menjadi orang baru di kota tersebut.[30][31] meskipun beberapa orang berusaha untuk memberikan penggambaran yang salah terhadap keadaan sejarah Qing dalam sorotan situasi pada zaman migrasi Han ke Xinjiang, dan klaim bahwa pemukiman Qing dan kebun-kebun negara adalah sebuah rencana anti-Uighur untuk merampas tanah mereka, Profesor James A. Millward menyatakan bahwa koloni-koloni pertanian Qing pada kenyataannya tidak ada yang dimiliki Uighur, dan semenjak Qing melawan pemukiman Han di Cekungan Tarim Uighur dan pada kenyataannya mengarahkan para pemukim Han untuk bermukim di Dzungaria yang non-Uighur dan kota baru Urumqi sebagai gantinya, sehingga kebun-kebun negara yang dimukimkan 155,000 Tionghoa Han dari 1760-1830 semuanya berada di Dzungaria dan Urumqi, dimana hanya terdapat jumlah orang Uighur yang tidak siginifikan, selain oase-oase Cekungan Tarim.[32]
Pada permulaan abad ke-19, 40 tahun sebagai penaklukan kembali Qing, terdapat sekitar 155,000 Han dan Tionghoa Hui di utara Xinjiang dan sempat lebih dari dua kali lipat dari jumlah Uighur di selatan Xinjiang.[33] Sebuah sensus Xinjiang di bawah kekuasaan Qing pada awal abad ke-19 menyatakan bahwa pembagian etnis pada populasi terdiri dari 30% Han dan 60% Turkic, sementara secara tajam berubah menjadi 6% Han dan 75% Uighur dalam sensus 1953, namun keadaan sama pada demografi era Qing kembali terjadi pada tahun 2000 dimana Han meliputi 40.57% dan Uighur meliputi 45.21%.[34] Profesor Stanley W. Toops menyatakan bahwa kadaan demografi saat ini mirip dengan awal periode Qing di Xinjiang. Di utara Xinjiang, Qing membawa kolonis-kolonis Han, Hui, Uighur, Xibe, dan Kazakh setelah mereka menumpas Mongol Zunghar Oirat di wilayah tersebut, dimana sepertiga populasi Xinjiang meliputi Hui dan Han di bagian utara, sementara sekitar dua per tiga Uighur di Cekungan Tarim, selatan Xinjiang.[35]
Meskipun kebijakan minoritas RRT saat ini, yang berdasarkan pada aksi-aksi afirmatif, menganggap identitas etnis Uighur berbeda dari penduduk Han,[36][37] beberapa cendekiawan menyatakan bahwa Beijing secara tak resmi menerapkan model satu budaya dan satu bahasa yang berdasarkan pada penduduk mayoritas.[24][38] Otoritas juga meninda segala aktivitas yang dianggap menimbulkan perpecahan negara.[37][39] Kebijakan tersebut, selain untuk perbedaan budaya berjangka panjang,[40] terkadang mengakibatkan "gerakan" antara warga negara Uighur dan Han.[41] Di satu sisi, sebagai akibat dari imigrasi Han dankebijakan pemerintah, kebebasan beragama dan gerakan Uighur menjadi terbatasi,[42][43] sementara sebagian besar Uighur menganggap bahwa pemerintah telah sengaja merendahkan budaya tradisional dan sejarah mereka.[24] Di sisi lain, beberapa warga Han memandang Uighur menikmati hak-hak istimewa, seperti diijinkan untuk masuk universitas-universitas dan dikecualikan dari kebijakan satu anak,[44] dan sebagai "tempat berlabuhnya aspirasi-aspirasi separatis".[45]
Ketegangan antara Uighur dan Han telah mengakibatkan gelombang-gelombang protes pada tahun-tahun terkini.[46] Xinjiang telah menjadi tempat beberapa perpecahan etnis dan kekerasan, seperti Insiden Ghulja 1997, serangan Kashgar 2008, merebaknya ketegangan sebelum Permainan Olimpiade di Beijing, serta sejumlah serangan kecil.[25][47]
Penyebab imediasi
Kerusuhan terjadi beberapa hari setelah sebuah insiden kekerasan di Shaoguan, Guangdong, dimana beberapa buruh migran dipekerjakan sebagai bagian dari program meringankan kekurangan buruh. Menurut media negara, seorang mantan buruh mendapatkan rumor pada akhir Juni bahwa dua wanita Han diperkosa oleh enam pria Uighur.[9][48] Sumber-sumber resmi kemudian menyatakan bahwa mereka tak menemukan bukti yang mendukung dakwaan pemerkosaan tersebut.[49] Pada malam 25–26 Juni, ketegangan di pabrik Guangdong berujuk pada pertikaian etnis antara Uighur dan Han, dimana dua buruh Uighur tewas.[50] Para pemimpin Uighur yang berada dalam pengasingan menuduh jumlah korban tewasnya berjumlah lebih tinggi.[51] Walau Xinhua News Agency melaporkan bahwa orang yang bertanggung jawab menyebarkan rumor tersebut telah ditangkap, orang-orang Uighur menuduh bahwa otoritas gagal melindungi kaum buruh Uighur, atau menangkap orang Han yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.[51] Mereka menyelenggarakan unjuk rasa jalanan di Ürümqi pada 5 Juli untuk menyerukan ketidakpuasan mereka[9][10] dan menuntut penyelidikan penuh dari pemerintah.[52]
Pada beberapa titik unjuk rasa menjadi kekerasan. Pemerintah menuduh kerusuhan tersebut sebagai sebuah "sebuah kejahatan kekerasan terorganisir [...] yang dirancang dan didalangi dari luar negeri, dan dilakukan oleh para pembangkang hukum."[53]Nur Bekri, ketua pemerintah regional Xinjiang, berkata pada 6 Juli bahwa kelompok separatis di luar negeri telah merencanakan insiden Shaoguan "untuk membuat ketegangan di Hari Minggu dan mengganggu kesatuan etnis dan stabilitas sosial".[53] Pemerintah menuduh kelompok kemerdekaan dalam pengasingan Kongres Uighur Sedunia (KUS) telah merencanakan dan mendalangi kerusuhan tersebut melalui internet.[53] Sumber-sumber pemerintah menuduh pemimpin KUS Rebiya Kadeer, dengan mengutip pidato-pidato publiknya setelah ketegangan Tibet dan rekaman telepon dimana ia dituduh berkata tentang peristiwa yang bakal terjadi di Ürümqi.[54] Otoritas menuduh seorang pria yang mereka tuduh menjadi anggota penting KUS menyalakan ketegangan etnis dengan mengedarkan sebuah video kekerasan, dan berkata di forum online agar Uighur "melawan balik [melawan suku Han] dengan kekerasan".[55] Jirla Isamuddin, walikota Ürümqi, mengklaim bahwa para pengunjuk rasa telah dikumpulkan melalui layanan dunia maya seperti QQ Groups.[56] China Daily menyatakan bahwa kerusuhan tersebut dilakukan untuk separatisme penuh dan untuk menarik perhatian organisasi-organisasi teroris Timur Tengah.[57][58] Kadeer membantah telah terlibat dalam kekerasan tersebut,[12] dan menyatakan bahwa unjuk rasa Ürümqi dan peristiwa kelanjutannya yang berujung pada kekerasan disebabkan oleh kebijakan keras yang tidak mengenakan di Shaoguan dan pada "tahun-tahun penekanan Tiongkok", ketimbang keterlibatan separatis atau teroris;[59] Kelompok pengasingan Uighur mengklaim bahwa kekerasan memuncak saat polisi menggunakan pasukan khusus untuk membubarkan kerumunan.[13][14]
Seluruh pihak sepakat bahwa unjuk rasa tersebut sebelumnya telah diorganisir; titik utama permasalahannya adalah apakah kekerasan tersebut direncanakan atau terjadi secara spontan,[60] dan apakah ketegangan tersebut menunjukkan kecenderungan separatis atau tuntutan keadilan sosal.[52]
Referensi
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaCD197
- ^ a b Yan Hao, Geng Ruibin and Yuan Ye (18 July 2009). "Xinjiang riot hits regional anti-terror nerve". Chinaview.cn. Xinhua. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 21 July 2009.
- ^ a b "Initial probe completed and arrest warrants to be issued soon, Xinjiang prosecutor says". South China Morning Post. Associated Press. 17 July 2009. hlm. A7.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaNYTtrials
- ^ Kerusuhan tersebut juga disebut sebagai Insiden Urumqi 5 Juli (Hanzi sederhana: 乌鲁木齐7·5事件; Hanzi tradisional: 烏魯木齊7·5事件), atau disingkat Insiden 5 Juli. Media negara dan pejabat pemerintah menyebutnya sebagai Insiden Kejahatan Kekerasan Pemberontakan Serius 7·5 Ürümqi (Hanzi sederhana: 乌鲁木齐“7·5”打砸抢烧严重暴力犯罪事件; Hanzi tradisional: 烏魯木齊「7·5」打砸搶燒嚴重暴力犯罪事件).
- ^ "Scores killed in China protests". BBC News. 6 July 2009. Diakses tanggal 6 July 2009.
- ^ Riley, Ann (21 October 2009). "China officials 'disappeared' Uighurs after Xinjiang riots: HRW". Paper Chase Newsburst. University of Pittsburgh School of Law. Diakses tanggal 13 October 2014.
- ^ Bristow, Michael (21 October 2009). "Many 'missing' after China riots". BBC News. Diakses tanggal 25 February 2010.
- ^ a b c Wong, Edward (5 July 2009). "Riots in Western China Amid Ethnic Tension". The New York Times. Diakses tanggal 5 July 2009.
- ^ a b "China calls Xinjiang riot a plot against its rule". Reuters. 5 July 2009. Diakses tanggal 18 January 2009.
- ^ Macartney, Jane (5 July 2009). "China in deadly crackdown after Uighurs go on rampage". The Times. London. Diakses tanggal 5 July 2009.
- ^ a b "Profile: Rebiya Kadeer". BBC News. 17 March 2005. Diakses tanggal 4 January 2010.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaTimewestwar
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaafp090706
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaft00144
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaBBC1500
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamabbcJ10
- ^ "Internet Service In China's Xinjiang Will Soon Recover". China Tech News. 31 December 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 3 January 2010.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamashadows
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamariotwoman
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamabbcnov
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama26sentences
- ^ a b (Tionghoa) 2000年人口普查中国民族人口资料,民族出版社 ("Year 2000 China census materials: Ethnic groups population". Minzu Publishing House),2003/9 (ISBN 7-105-05425-5)
- ^ a b c d Gladney, Dru C. (2004). "The Chinese Program of Development and Control, 1978–2001". Dalam S. Frederick Starr. Xinjiang: China's Muslim borderland. M.E. Sharpe. hlm. 112–114. ISBN 978-0-7656-1318-9.
- ^ a b Rudelson, Justin Ben-Adam (16 February 2000). "Uyghur "separatism": China's policies in Xinjiang fuel dissent". Central Asia-Caucasus Institute Analyst. Diakses tanggal 29 January 2010.
- ^ Jiang, Wenran (6 July 2009). "New Frontier, same problems". The Globe and Mail. hlm. parag. 10. Diakses tanggal 18 January 2010.
But just as in Tibet, the local population has viewed the increasing unequal distribution of wealth and income between China's coastal and inland regions, and between urban and rural areas, with an additional ethnic dimension. Most are not separatists, but they perceive that most of the economic opportunities in their homeland are taken by the Han Chinese, who are often better educated, better connected, and more resourceful. The Uyghurs also resent discrimination against their people by the Han, both in Xinjiang and elsewhere.
- ^ Ramzy, Austin (14 July 2009). "Why the Uighurs feel left out of China's boom". Time. Diakses tanggal 5 September 2009.
- ^ Larson, Christina (9 July 2009). "How China Wins and Loses Xinjiang". Foreign Policy. Diakses tanggal 5 September 2009.
- ^ Bovingdon 2010, hlm. 197
- ^ Millward 1998, p. 133.
- ^ Millward 1998, p. 134.
- ^ Millward 2007, p. 104.
- ^ Millward, James A. (2007). Eurasian crossroads: A history of Xinjiang. ISBN 978-0-231-13924-3. p. 306
- ^ Toops, Stanley (May 2004). "Demographics and Development in Xinjiang after 1949" (PDF). East-West Center Washington Working Papers. East–West Center (1): 1.
- ^ ed. Starr 2004, p. 243.
- ^ Bovingdon, Gardner (2005). Autonomy in Xinjiang: Han nationalist imperatives and Uyghur discontent (PDF). Political Studies 15. Washington: East-West Center. hlm. 4. ISBN 1-932728-20-1.
- ^ a b Dillon, Michael (2004). Xinjiang – China's Muslim Far Northwest. RoutledgeCurzon. hlm. 51. ISBN 0-415-32051-8.
- ^ Dwyer, Arienne (2005). The Xinjiang Conflict: Uyghur Identity, Language Policy, and Political Discourse (PDF). Political Studies 15. Washington: East-West Center. hlm. 2. ISBN 1-932728-29-5.
- ^ Bovingdon, Gardner (2005). Autonomy in Xinjiang: Han nationalist imperatives and Uyghur discontent (PDF). Political Studies 15. Washington: East-West Center. hlm. 19. ISBN 1-932728-20-1.
- ^ "China's Minorities and Government Implementation of the Regional Ethnic Autonomy Law". Congressional-Executive Commission on China. 1 October 2005. Diakses tanggal 6 May 2010.
[Uyghurs] live in cohesive communities largely separated from Han Chinese, practice major world religions, have their own written scripts, and have supporters outside of China. Relations between these minorities and Han Chinese have been strained for centuries.
- ^ Sautman, Barry (1997). "Preferential policies for ethnic minorities in China: The case of Xinjiang" (PDF). Working Papers in the Social Sciences. Hong Kong University of Science and Technology (32): 35. Diakses tanggal 6 May 2010.
- ^ Moore, Malcolm (7 July 2009). "Urumqi riots signal dark days ahead". The Daily Telegraph. London. Diakses tanggal 7 July 2009.
- ^ Bovingdon, Gardner (2005). Autonomy in Xinjiang: Han nationalist imperatives and Uyghur discontent (PDF). Political Studies 15. Washington: East-West Center. hlm. 34–5. ISBN 1-932728-20-1.
- ^ Sautman, Barry (1997). "Preferential policies for ethnic minorities in China: The case of Xinjiang" (PDF). Working Papers in the Social Sciences. Hong Kong University of Science and Technology (32): 29–31. Diakses tanggal 6 May 2010.
- ^ Pei, Minxin (9 July 2009). "Uighur riots show need for rethink by Beijing". Financial Times. Diakses tanggal 18 January 2010.
Han Chinese view the Uighurs as harbouring separatist aspirations and being disloyal and ungrateful, in spite of preferential policies for ethnic minority groups.
- ^ Hierman, Brent (2007). "The Pacification of Xinjiang: Uighur Protest and the Chinese State, 1988–2002". Problems of Post-Communism. 54 (3): 48–62. doi:10.2753/PPC1075-8216540304.
- ^ Gunaratna, Rohan; Pereire, Kenneth George (2006). "An al-Qaeda associate group operating in China?" (PDF). China and Eurasia Forum Quarterly. 4 (2): 59.
Since [the Ghulja incident], numerous attacks including attacks on buses, clashes between ETIM militants and Chinese security forces, assassination attempts, attempts to attack Chinese key installations and government buildings have taken place, though many cases go unreported.
- ^ "'No Rapes' in Riot Town". Radio Free Asia. 29 June 2009. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ Beattie, Victor (8 July 2009). "Violence in Xinjiang Nothing New Says China Analyst". VOA news. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ "Man held over China ethnic clash". BBC News. 30 June 2009. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ a b "China Says 140 Die in Riot, Uighur Separatists Blamed (Update2)". Bloomberg News. 5 July 2009.
- ^ a b Interview with Dru Gladney. Council on Foreign Relations (9 July 2009). "Uighurs and China's Social Justice Problem" (Podcast). http://www.cfr.org/china/uighurs-chinas-social-justice-problem/p19760. Diakses pada 17 January 2010.
- ^ a b c "Civilians, officer killed in Ürümqi unrest". China Daily. Xinhua. 6 July 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ "World Uyghur Congress behind violence: expert". China Daily. Xinhua. 7 July 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ "Violence Video about Urumqi Riot is Fake". China Radio International. Xinhua. 29 July 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ 视频-乌鲁木齐"7·5"打砸抢烧严重暴力犯罪事件新闻发布会 (dalam bahasa Tionghoa). China Central Television. 7 July 2009. Diarsipkan dari versi asli (video) tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 7 July 2009.
- ^ Wu Chaofan (16 July 2009). "Urumqi riots part of plan to help Al-Qaeda". China Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2010. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ "Xinjiang riot hits regional anti-terror nerve". China Daily. Xinhua. 18 July 2009. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ Kadeer, Rebiya (8 July 2009). "The Real Uighur Story". Wall Street Journal. Diakses tanggal 18 January 2010.
- ^ Sainsbury, Michael (2 January 2010). "The violence has ended in Urumqi but shadows remain in hearts and minds". The Australian. Diakses tanggal 2 January 2010.
There is little doubt [the WUC] helped promote protests, but there is no evidence they fomented violence.
Pranala luar
- Xinhua News Agency Coverage
- CCTV special coverage
- BBC Photo Gallery
- drop.io for Urumqi riots
- Rebiya Kadeer interviewed by Al-Jazeera - YouTube
- The Uighur Crisis: Worse Than Tibet? by Tom Doctoroff, The Huffington Post, July 7 2009
- Report From Urumqi: Thousands of Chinese Troops Enter City Torn by Ethnic Clashes - video by Democracy Now!
- Wawancara dengan Rebiya Kadeer: "Kami sangat menderita di bawah rezim otoriter Cina"