Gereja daring
Gereja online, gereja internet atau cyberchurch mengacu pada cara-cara dimana sebuah kelompok keagamaan menggunakan internet untuk memfasilitasi kegiatan keagamaan, khususnya ibadah.[1]
Sejarah
Pada awal munculnya internet, banyak kelompok pelayanan rohani yang mulai mengunggah informasi dan khotbah bagi para pengunjungnya. Dalam perkembangannya tahun demi tahun, metode pengajaran tersebut berkembang menjadi bentuk video, audio podcast dan blog. Gereja online masa kini merupakan sebuah alternatif baru sebagai pengembangan dari gereja konvensional yang melakukan pertemuan ibadahnya di dalam gedung gereja. Gereja ini bahkan mulai memanfaatkan layanan pos online untuk interaksi pendeta-anggota, atau menggunakan transmisi, kadang-kadang dengan menggunakan pra-rekaman siaran televisi. Gereja online modern memberikan alternatif kegiatan bergereja yang sama bagi para anggotanya dengan jangkauan lebih luas, seringkali ditambah pendekatan interaktif. [2] [3]
Data statistik terkini menunjukkan peningkatan angka keluarnya orang-orang muda dari gereja-gereja, terutama setelah mereka meninggalkan rumah dan hidup sendiri. Dalam sebuah studi pada tahun 2007, Lifeway Research menemukan bahwa 70% dari kaum Protestan muda dan dewasa antara 18-22 tahun berhenti menghadiri gereja secara teratur.[4]
Gereja-gereja online sekarang ada di seluruh dunia; namun keberadaannya masih dikritik karena kurangnya "relasi langsung manusia".[5]
Gambaran
Gereja online adalah suatu pertemuan dari para penganut agama yang difasilitasi melalui penggunaan online video streaming, audio streaming dan/atau pesan tertulis yang tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan pertemuan umat dalam tubuh gereja dengan menggunakan internet.
Hal ini mencakup aspek-aspek yang berbeda dari komunitas Kristen online, terutama oleh mereka yang melihat fenomena ini sebagai bagian dari emerging church, mengembangkan ekspresi iman dalam kaitannya dengan perubahan budaya. Gereja online merupakan pelayanan rohani yang terutama hadir dalam bentuk website terbatas, ruang interaktif di semua website atau situs jejaring sosial.
Gereja online menggambarkan sebuah lembaga yang mengajarkan dan mempraktekkan keyakinan keagamaan melalui metode online. Meskipun ada ratusan gereja yang tersedia secara online, istilah "gereja online" ini umumnya diperuntukkan bagi gereja-gereja yang mayoritas anggotanya bertemu, berhubungan atau berkumpul dengan cara atau penggunaan internet; dimana pelayanan keagamaannya dilakukan melalui teknologi Internet. Perbedaan dasar gereja online dengan gereja tradisional adalah pada media fisik yang menghubungkan pendeta, pengajar, dan umat di dalamnya. Banyak gereja di Amerika Serikat memiliki gereja online mereka sendiri, dengan mayoritas diantaranya memiliki ratusan anggota.
Anggota gereja online tetap berkomunikasi dengan pendeta dan bekerja sama dengan orang-orang lain melalui alat komunikasi web yang disediakan. Dalam beberapa kasus anggota berkomunikasi melalui telepon dengan para pendeta/pelayan.[6]
Karena penggunaan Internet terus berkembang, orang-orang Kristen semakin banyak yang menggunakan website, blog, jejaring sosial , situs media jasa, chatroom, forum diskusi, dan sarana elektronik lainnya untuk untuk koneksi sosial, pendidikan, dan pengayaan iman mereka.
Istilah Gereja Online
Istilah gereja online atau cyberchurch digunakan oleh pengembang web Tim Bednar dalam paper "We Know More Than Our Pastors" (Kita Tahu Lebih banyak Dari para Pendeta Kami). Ulasan dalam gerakan blogging tersebut memberi pengaruh pada pengalaman iman. [7] Seorang pelaku survey keagamaan dan penulis George Barna menggunakan istilah dalam bukunya Revolusi untuk menggambarkan "berbagai pengalaman rohani yang disampaikan melalui Internet".[8] Barna melihat gereja online atau Cyberchurch sebagai salah satu masa depan dari gereja di masa depan.[8]
Situs jejaring sosial
Orang-orang kristen, seperti banyak pengguna Internet, semakin banyak yang menggunakan situs jaringan sosial seperti MySpace, Xanga, dan Facebook. Situs ini menggabungkan banyak teknologi blogging, yang memungkinkan mereka untuk "mengirim pesan" satu sama lain dalam sistem, terhubung secara resmi sebagai "teman", dll. Koneksi ini bisa terwujud di dunia nyata, bisa juga tidak, tapi banyak juga yang sekarang mempertimbangkan hubungan on-line sebagai sesuatu bagian yang berarti dalam hidup mereka. Hal ini meningkatkan potensi pengaruh kehadiran umat Kristen dalam lingkungan ini. Kritik dari pengguna Kristen mengenai situs-situs tersebut telah berkembang, namun isinya lebih kepada pertanyaan seputar konten dan isu keamanan.[9] Hasilnya kini, sejumlah alternatif jejaring sosial Kristen telah dikembangkan.[10] Di sisi lain, sebagian orang menganjurkan cara bermisi menggunakan situs jejaring sosial dan jaringan komponen lain dari media Internet seperti blogging, chatting, dan pesan instan untuk menyebarkan Injil dan merekrut anggota baru.[11]
Sudah ada beberapa spekulasi dan eksperimen untuk memulai gereja-gereja dalam "lingkungan virtual". LifeChurch.tv mencoba membuka gereja online atau cyberchurch dalam komunitas Facebook menggunakan teknologi "Internet Kampus".[12] Demikian juga gereja-gereja, mulai muncul dalam bentuk gereja virtual dimana orang dapat hadir sebagai avatar dan melakukan ibadah atau kegiatan penyembahan bersama-sama.[13] Banyak gereja online yang tetap mempertahankan unsur-unsur yang dapat ditemukan dalam tradisi gereja, seperti khotbah. Namun, mereka juga berusaha untuk beradaptasi dengan norma-norma sosial media digital yang unik, sepeti misalnya pengguna yang menghadiri gereja-gereja ini biasanya dikenal dengan nama online atau username mereka; dan ada sesi obrolan sebelum, setelah, atau bahkan selama pelayanan gereja online berlangsung.[14]
On-line multimedia
Podcasting, streaming audio dan video, download media dan penyiaran situs web memungkinkan berbagi pandangan dan keyakinan secara luas. Di saat bentuk rekaman dari penyiaran agama sudah ada, kini giliran kemampuan Internet membuat file-file ini menjadi umum bagi jutaan pengguna. Hal inilah yang mendorong pertumbuhan dan meluasnya pengaruh gereja online atau cyberchurch.[15] Sekarang ada jutaan khotbah audio, konferensi dan seminar rekaman, video, dokumenter, film bertema keimanan yang lebih mudah diakses melalui World Wide Web.
Tech-savvy blogger dapat menggunakan multimedia untuk membuat audioblogs dan videoblogs yang menyajikan pengalaman, opini, dialog, cerita, dan ajaran-ajaran, menciptakan pengalaman blogging yang lebih hidup. Banyak tokoh pemikir, penulis, dan pemimpin memiliki blog yang menyajikan podcast atau audio streaming dari pidato-pidato, ceramah, atau khotbah. Situs berbagi Video seperti YouTube dan Google Video memungkinkan siapa pun dengan web camera dapat memposting video bersama produser profesional film religi/ film rohani dan membuatnya tersedia untuk jutaan pengguna. Hal ini memungkinkan umat berbagi ide-ide tentang iman melalui cara baru yang kreatif. Sebagian besar situs-situs ini memungkinkan menyertakan video dalam blog atau website, dan memutar video tersebut menggunakan basis komunikasi di Internet. Sejumlah situs Kristen juga muncul untuk memperkokoh keimanan penggunanya melalui layanan berbagi video.
Buku
- Cyberchurch by Patrick Dixon (Kingsway Publications, 1997, ISBN 0-85476-711-8)[16]
- "The internet church" by Walter P. Wilson (Word Publications, 2000) ISBN 0-8499-1639-9
- "Exploring religious community online: we are one in the network" by Heidi Campbell (Peter Lang Publications, 2005) ISBN 0-8204-7105-4
- The Blogging Church by Brian Bailey and Terry Storch (Jossey Bass, 2007) ISBN 978-0-7879-8487-8
- The Wired Church 2.0 by Len Wilson (Abingdon Press, 2008) ISBN 978-0-687-64899-3
- Church of Facebook: How the Hyperconnected Are Redefining Community by Jesse Rice (David C. Cook, 2009) ISBN 1-4347-6534-2
- SimChurch: Being the Church in the Virtual World by Douglas Estes (Author) Zondervan, 2009) ISBN 0-310-28784-7
- Under The Radar: Learning From Risk Taking Churches by Bill Easum and Bill Tenny-Brittian (Authors) Abingdon Press, 2005) ISBN 0-687-49373-0, a book citing Alpha Church for sacraments of Baptism and Holy Communion on the internet, p. 33.
Referensi
- ^ "Brandon Buckner, [1] Redeeming The Internet" Collide Magazine (Accessed April 1, 2011)
- ^ Nils Smith, "Faith groups should embrace — not fear — social media" San Antonio Express (Accessed August 16, 2010)
- ^ "OMGod: The World's first online church". 3 News. August 5, 2010. Diakses tanggal October 5, 2011.
- ^ BRETT MCCRACKEN, "The Perils of 'Wannabe Cool' Christianity" Wall Street Journal (Accessed August 13, 2010)
- ^ Gordon MacDonald "Who Stole My Church?: What to Do When the Church You Love Tries to Enter the 21st Century" (Thomas Nelson Inc, 2008, ISBN 0-7852-2601-X, 9780785226017)
- ^ Jonathan Wynne-Jones, "Church minister to tweet Holy Communion to the faithful" Telegraph (Accessed August 16, 2010)
- ^ Tim Bednar, "We Know More Than Our Pastors: Why Bloggers Are the Vanguard of the Participatory Church" PDF (Accessed September 5, 2007)
- ^ a b George Barna, "Revolution" (Tyndale House, 2005, ISBN 1-4143-1016-1 )
- ^ John Kuhn, "Should Myspace be Yourspace?"
- ^ see Ditty Talk, Your Christian Space, Xianz, MyPraize, Faith Freaks, Christ Union
- ^ Andrew Careaga, "Embracing the cyberchurch" Next-Wave http://www.next-wave.org (Accessed September 5, 2007); Kevin D. Hendricks, "How Your Church Can Use MySpace" Church Marketing Sucks http://www.churchmarketingsucks.com (Accessed September 5, 2007); and Rev.
- ^ Bobby Gruenewald, "Facebook Church" Swerve http://swerve.lifechurch.tv (Accessed September 5, 2007)
- ^ Theodore Wright, "CyberChurch in Second Life" Dokimos.org http://www.dokimos.org (Accessed September 5, 2007)
- ^ Tim Hutchings. (2011) "Contemporary Religious Community And The Online Church."
- ^ Andrew Jones, "Linking to Cyberchurch" Relevant Magazine (Accessed September 5, 2007)
- ^ Cyberchurch, a 1997 book by the well-known Futurist Patrick Dixon, explored ways in which churches and individual believers were embracing web-based technologies, and correctly anticipated rapid developments over the following decade, including widespread use of video and community forums, especially by larger traditional churches who have developed global influence as a result.