Masjid Saka Tunggal Banyumas

masjid di Indonesia
Revisi sejak 5 Oktober 2016 10.13 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Masjid Saka Tunggal terletak di desa Cikakak kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah. Masjid ini dibangun pada tahun 1288 seperti yang tertulis pada Saka Guru (Tiang Utama) masjid ini. Namun, tahun pembuatan masjid ini lebih jelas tertulis pada kitab-kitab yang ditinggalkan pendiri masjid ini, yaitu Kyai Mustolih. Tetapi kitab-kitab tersebut telah hilang bertahun-tahun yang lalu.[1]

Masjid Saka Tunggal
Masjid Saka Tunggal tampak dari depan
PetaKoordinat: 7°28′25″S 109°3′21″E / 7.47361°S 109.05583°E / -7.47361; 109.05583
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiBanyumas, Jawa Tengah, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid

Terkenal dengan banyaknya monyet-monyet liar disekitaran masjid.

Saka Guru (Tiang Tunggal)

Tradisi unik yang ada di Masjid Saka Tunggal ini yaitu ;

Zikir seperti melantunkan kidung jawa

Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa di hari Jum’at. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.

Pakaian Imam dan muazin

Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiyah, tapi menggunakan udeng/pengikat kepala. khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung.

Empat muazin sekaligus

Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang warna putih, menggunakan udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.

Semuanya dilakukan berjama’ah

Uniknya lagi, seluruh rangkaian sholat jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari salat tahiyatul masjid, kobliah juma’at, salat Jumat, ba’diah jum’at, salat zuhur, hingga ba’diah zuhur. Semuanya dilakukan secara berjamaah.

Tanpa Pengeras Suara

Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang dan merdu dari masjid ini.

Setiap tanggal 27 Rajab di masjid ini diadakan pergantian Jaro dan pembersihan makam Kyai Mustolih. Masjid yang berjarak ± 30 km dari kota Purwokerto ini, disebut Saka Tunggal karena tiang penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).

Setiap tanggal 27 Rajab di masjid ini diadakan pergantian Jaro dan pembersihan makam Kyai Mustolih. Masjid yang berjarak ± 30 km dari kota Purwokerto ini, disebut Saka Tunggal karena tiang penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).[2]

Referensi

[1]