Kekhanan Bukhara
Kekhanan Bukhara (atau Kekhanan Bukhoro) (bahasa Persia: خانات بخارا; bahasa Uzbek: Buxoro Xonligi) adalah sebuah negara di Asia Tengah[3] yang berdiri dari kuartal kedua abad ke-16 hingga akhir abad ke-18. Kekhanan ini beribukota di Bukhara dan mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Abdullah Khan II (berkuasa 1577–1598) dari Wangsa Shaybanid.
Kekhanan Bukhara خانات بخارا | |||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1500–1785 | |||||||||||||||
Kekhanan Bukhara (hijau) sekitar tahun 1600. | |||||||||||||||
Ibu kota | Bukhara | ||||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Persia,[1][2] Uzbek | ||||||||||||||
Agama | Islam (Sunni, Sufisme Naqshbandi) | ||||||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||||||
Khan | |||||||||||||||
• 1500–1510 | Muhammad Shaybani | ||||||||||||||
• 1599–1605 | Baqi Muhammad Khan | ||||||||||||||
• 1747–1753 | Muhammad Rahim | ||||||||||||||
• 1758–1785 | Abu’l Ghazi Khan | ||||||||||||||
Ataliq | |||||||||||||||
Era Sejarah | Periode modern awal | ||||||||||||||
• Pendirian Dinasti Shaybanid | 1500 | ||||||||||||||
• Samarkand direbut | 1505 | ||||||||||||||
• Pendirian Dinasti Janid | 1599 | ||||||||||||||
• Kekhanan ditaklukan oleh Nader Shah setelah Mohammad Hakim menyerah | 1745 | ||||||||||||||
• Dinasti Manghit mengambil alih kekuasaan setelah kematian Nader Shah | 1747 | ||||||||||||||
• Pendirian Keamiran Bukhara | 1785 | ||||||||||||||
| |||||||||||||||
Sekarang bagian dari | Uzbekistan Tajikistan Turkmenistan Kazakhstan Afganistan Pakistan Tiongkok | ||||||||||||||
Pada abad ke-17 dan ke-18, kekhanan ini dikuasai oleh Dinasti Janid (Astrakhanid atau Ashtarkhanid). Mereka adalah keturunan Genghis Khan terakhir yang menguasai Bukhara. Pada tahun 1740, negara ini ditaklukan oleh Nadir Shah, Shah Iran. Setelah kematiannya pada tahun 1747, kekhanan ini dipimpin oleh keturunan Amir Uzbek Khudayar Bi melalui posisi ataliq yang serupa dengan perdana menteri. Pada tahun 1785, Shah Murad yang berasal dari golongan ini meresmikan kekuasaan keluarganya (Dinasti Manghit) dan kekhanan ini berubah menjadi Keamiran Bukhara.[4] Para penguasa Manghit bergelar Amir dan bukan Khan karena mereka tidak mengklaim legitimasi sebagai keturunan Genghis Khan.
Catatan kaki
- ^ Ira Marvin Lapidus - 2002, A history of Islamic societies, p.374
- ^ Dumper, Michael; Bruce E. Stanley (2007). Cities of the Middle East and North Africa: A Historical Encyclopedia. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 97. ISBN 9781576079195.
- ^ Gabriele Rasuly-Paleczek, Julia Katschnig (2005), European Society for Central Asian Studies. International Conference, p.31
- ^ Soucek, Svat. A History of Inner Asia (2000), p. 180.