Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda: ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ, Latin: Kab. Sukabumi) adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat.
Kabupaten Sukabumi ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: Gemah Ripah Loh Jinawi | |
Koordinat: 6°59′14″S 106°33′04″E / 6.9872757°S 106.5510934°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Tanggal berdiri | 21 April 1921 (pembentukan) 1 Oktober 1945 (hari jadi) |
Dasar hukum | Besluit no. 21 Pemerintahan Hindia Belanda |
Ibu kota | Palabuhanratu (PLARA) |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Drs. H. Marwan Hamami, M.M. |
• Wakil Bupati | Drs. H. Adjo Sardjono, M.M. |
Luas | |
• Total | 4,128 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi ((2010)) | |
• Total | 2.339.348 |
• Kepadatan | 566,70/km2 (1,467,7/sq mi) |
Demografi | |
• Bahasa | Sunda, Indonesia |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0266 |
Kode Kemendagri | 32.02 |
DAU | Rp. 1.331.012.058.000.- |
Situs web | http://sukabumikab.go.id/ |
Sejarah
Era Kerajaan Hindu dan Buddha
Ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak di daerah Cibadak menjelaskan bahwa kawasan sekitar Kabupaten Sukabumi saat ini setidaknya sudah dihuni oleh manusia sejak abad ke-9 M, dimana isi prasasti tersebut menyebutkan larangan dari penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat untuk menangkap ikan.[1] Terdapat juga peninggalan sejarah lainnya yaitu Prasasti Pasir Datar yang ditemukan di Cicantayan namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan sehingga isinya belum diketahui.
Pembentukan
Pada awalnya daerah Kabupaten Sukabumi saat ini ada dibawah Kabupaten Cianjur pada masa Pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yang merupakan bagian dari Karesidenan Priangan (Residentie Preanger Regentschappen). Pada tahun 1776 Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk sebuah kepatihan bernama Kepatihan Tjikole yang terdiri dari beberapa distrik yaitu distrik Goenoengparang, distrik Tjimahi, distrik Tjiheoelang, distrik Tjitjoeroeg, distrik Djampangtengah, dan distrik Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di Tjikole (sekarang bagian dari Kota Sukabumi).
Di tanggal 13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berganti nama menjadi Kepatihan Soekaboemi. Nama Soekabumi diusulkan oleh Dr. Andries de Wilde, seorang ahli bedah pemilik perkebunan teh yang mempunyai usaha perkebunan kopi dan teh di daerah Soekaboemi. Asal nama "Sokaboemi" berasal dari Bahasa Sansekerta soeka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhoemi, "bumi, tanah". Jadi "Soekabumi" memiliki arti "tanah yang disukai".
Dari Kepatihan menjadi Kabupaten
Kabupaten Sukabumi sendiri mulai berdiri sejak ditetapkan berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Dirk Fock tertanggal 25 April 1921 no. 71 di mana dijelaskan status Soekaboemi sebagai Kabupaten (Afdeling) tersendiri yang terpisah dari Kabupaten Tjianjoer, mulai berlaku sejak 1 Juni 1921. Bupati pertamanya adalah R. A. A. Soerianatabrata, Patih terakhir dari Kepatihan Soekaboemi. Pada tahun 1923, Karesidenan Priangan dimekarkan menjadi tiga bagian yaitu West Preanger (Priangan barat) berpusat di Soekaboemi, Midden Preanger (Priangan tengah) berpusat di Bandoeng dan Oost Preanger (Priangan timur) berpusat di Tasikmalaya. R. A. A. Soerianatabrata sendiri memerintah sampai tahun 1930.
Bupati kedua Kabupaten Soekabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat yang memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat pada masa pemerintahannya. Dibentuk 5 Karesidenan baru di Jawa Barat, yaitu Residentie Bantam Regentschappen (Karesidenan Banten), Residentie Batavia Regentschappen (Karesidenan Batavia), Residentie Boeitenzorg Regentschappen (Karesidenan Boeitenzorg/Bogor), Residentie Tjirebon Regentschappen (Karesidenan Tjirebon) dan Residentie Preanger Regentschappen (Karesidenan Priangan). Kabupaten Soekaboemi yang sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan barat untuk selanjutnya dimasukkan sebagai bagian dari Karesidenan Boeitenzorg, karena itu wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi saat ini memiliki plat nomor kendaraan F.[2]
Masa penjajahan Jepang
Setelah Jepang menaklukkan Hindia Belanda pada 8 Maret 1942, dikeluarkanlah UU no. 27 tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah pada tanggal 5 Agustus 1942. Karesidenan (Residentie Preanger Regentschappen) berganti nama menjadi Syukocan dan kepala daerahnya disebut Syukocanco. Kabupaten (Afdeling) berganti nama menjadi Ken dan kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Soekaboemi masih R. A. A. Soeriadanoeningrat. R. A. A. Soeriadanoeningrat sendiri wafat pada tahun 1942 dan digantikan oleh R. Tirta Soeyatna sebagai Kenco kedua.
Awal Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dilaksanakan pertemuan Musyawarah oleh tokoh-tokoh seperti Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen dan Dr. Aboe Hanifah yang menyepakati akan mengirimkan delegasi ke Karesidenan Boeitenzorg untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Apabila gagal, disepakati juga akan diadakannya aksi massa pada tanggal 1 Oktober 1945 yang terdiri dari Badan Keamanan Rakyat, Kepolisian, KNID, Alim Ulama dan Utusan daerah.
Setelah diumumkan pada tanggal 1 Oktober 1945 di mana perundingan di Boeitenzorg mengalami kegagalan, massa pun hari ini juga melakukan aksi mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita seluruh persenjataan didalamnya. Di Lapangan Victoria (Sekarang Lapangan Merdeka Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih secara resmi. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang juga direbut pada hari itu juga. Hanya dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian besar-besaran para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro-kemerdekaan dengan tokoh-tokoh yang pro-kemerdekaan.
Setelah berada dibawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, pada akhir 1945 Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin diangkat menjadi Wali Kota Kota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan Istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten. Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukabumi.
Geografi
Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Sukabumi:
Utara | Kabupaten Bogor |
Timur | Kabupaten Cianjur |
Selatan | Samudera Hindia |
Barat | Kabupaten Lebak |
Dengan luas wilayah 4.128 km², Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 % berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang relatif luas yaitu ± 419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut : Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %), sawah 62.083 Ha (14,78 %), Tegalan 103.443 Ha (24,63 %), perkebunan 95.378 Ha (22, 71%) , Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %) , Hutan 135. 004 Ha (32,15 %), dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %). Beberapa puncak gunung terdapat di bagian utara, diantaranya: Gunung Halimun (1.929 m dpl), Gunung Salak (2.211 m dpl), dan yang tertinggi adalah Gunung Gede (2.958 m dpl). Di antara sungai yang mengalir adalah Sungai Cimandiri dan Sungai Cikaso, yang bermuara di Samudra Hindia.
Pembagian administratif
Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 364 desa dan 4 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kota Palabuhanratu.
Daftar Wilayah
Adapun Daftar Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi adalah:
- Wilayah Utara:
- Kecamatan Cicurug
- Kecamatan Cibadak
- Kecamatan Kalapanunggal
- Kecamatan Parungkuda
- Kecamatan Nagrak
- Kecamatan Ciambar
- Kecamatan Caringin
- Kecamatan Cisaat
- Kecamatan Cidahu
- Kecamatan Kabandungan
- Kecamatan Bojong Genteng
- Kecamatan Parakansalak
- Wilayah Tengah:
- Kecamatan Jampang Tengah
- Kecamatan Surade
- Kecamatan Jampang Kulon
- Kecamatan Cibitung
- Kecamatan Waluran
- Dan lain-lain
- Wilayah Selatan:
- Kecamatan Cisolok
- Kecamatan Ciracap
- Kota Palabuhanratu
- Dan lain-lain
Pariwisata
- Pantai Palabuhanratu di Kota Palabuhanratu pantai ini merupakan wisata terpopuler dan andalan Jawa Barat.
- Pemandian Air Panas Palabuhanratu, terletak 17 km barat daya Kota Palabuhanratu. Tempat ini terdapat sungai dengan mata air panas dengan letupan vulkanis. Di dekatnya terdapat air terjun dan perkebunan karet.
- Pantai Karang Hawu, Kota Palabuhanratu, terletak 20 km dari Kota Palabuhanratu. Pantai ini terdapat karang dengan beberapa lubang pada seperti tungku, yang disebut hawu oleh orang setempat. Di pantai ini dapat dilakukan olahraga selancar air.
- Gua Lalay Pelabuhan Ratu, terletak 3 km dari Kota Palabuhanratu. Gua ini merupakan rumah dari ribuan kelelawar.
- Ciletuh Geopark di daerah Ciemas merupakan Geopark Internasional.
- Wisata Sejarah/Kebudayaan
- Wisata Alam
- Untuk mereka yang menyukai petualangan alam, mendaki Gunung
Gede atau Gunung Pangrango di Taman Nasional Gede-Pangrango di utara Kota Sukabumi merupakan suata pengalaman menarik. Di sini dapat ditemui berbagai jenis ragam tumbuhan serta Bunga Edelweis yang abadi di puncak Petualangan menantang lainnya adalah arung jeram di Sungai Cicatih atau di Sungai Citarik, yang berada 30 km sebelah selatan Kota Sukabumi.
- AWWI (Agro Widya Wisata Ilmiah)
- Wisata Situ Batukarut, pasirhalang, sukaraja dan merupakan sumber air PDAM Kab/kota Sukabumi berada 5 km dari Kota Sukabumi
- Wisata Pantai Ujung Genteng di Kec. Ujung Genteng
Arti Lambang Kabupaten Sukabumi
Lambang Perisai :
Menggambarkan perlindungan Pemerintah Daerah terhadap penduduk dan semua kekayaan alam di wilayah Kabupaten Sukabumi.
Warna Hitam :
Berarti kekal dan abadi
Warna kuning :
Berarti keadaan yang gilang gemilang
Gambar Punggung Penyu dan Sayap Walet :
Menggambarkan sumber daya alam yang sangat potensial, dan warna HIJAU pada kotak punggung penyu melambangkan kehidupan yang tentram, subur, dan makmur.
Gambar Kujang melambangkan :
Pusaka Kerajaan Pajajaran yang dahulu kala berkuasa di bumi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi
Kata "Gemah Ripah Loh Jinawi" :
Adalah MOTTO yang mengandung makna Subur Makmur Wibawa Mukti.
Pusat Perbelanjaan
- Pasar Kecamatan Cibadak
- Pasar Kecamatan Cisaat
- Pasar Kecamatan Cicurug
- Pasar Kamis Cicurug
- Pasar Minggu Cicurug
- Pasar Kambing Cicurug
- Pasar Baru Semi Modern Kota Palabuhanratu
- Pasar Ikan Kota Palabuhanratu
- Pasar Ikan Cibaraja
- Labora Indah Cibadak
- Pasar Selasa Gegerbitung
- Dan Kecamatan Lainnya di Sukabumi
- Pasar Kemis Kalapanunggal
- Pasar Gilang center sukaraja
- Pasar Pangleseran
- Pasar Minggu Parakansalak
Pemekaran Daerah
Kabupaten Sukabumi Utara
Beberapa kecamatan di Kabupaten Sukabumi akan segera memisahkan diri dan membentuk daerah otonom baru yakni Kabupaten Sukabumi Utara. Usulan pemekaran Kabupaten Sukabumi Utara itu telah disetujui oleh Gubernur Jawa Barat
Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam Kabupaten ini meliputi:
- Cicurug
- Cibadak
- Kalapanunggal
- Parungkuda
- Nagrak
- Ciambar
- Caringin
- Cisaat
- Cidahu
- Kabandungan
- Bojong Genteng
- Parakansalak
Kota Palabuhanratu
Rencananya Kota Palabuhanratu ini akan dimekarkan dari Kabupaten Sukabumi menjadi kota mandiri, sedangkan desa/kelurahan yang ada di Kota Pelabuhan Ratu statusnya akan di tingkatkan menjadi kecamatan. Penduduk Kota Palabuhanratu menuntut pemekaran karena alasan bahwa Palabuhanratu merupakan daerah yang maju pesat perekonomiannya terutama dibidang Pariwisata dibanding kecamatan lainnya karena merupakan daerah wisata dan minapolitan dan penyumbang PAD yang cukup besar bagi Kabupaten Sukabumi.
Pranala luar
Lihat pula
Referensi
- ^ Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). "Kerajaan Sunda". Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuna. PT Balai Pustaka. hlm. 376. ISBN 979-407-408-X ISBN 978-979-407-408-4.
- ^ Saptariani, Nani (2008). Menepis kabut halimun: rangkaian bunga rampai pengelolaan sumberdaya alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 15. ISBN 9789794616628.