Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 26 Oktober 2016 16.34 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan atau yang disingkat KPBS Pangalengan merupakan sebuah koperasi yang beranggotakan para peternak sapi perah yang berada di Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Koperasi ini yang berdiri pada tahun 1969 merupakan koperasi berprestasi tahun 2007.[3] Sepanjang perjalanannya, koperasi ini juga telah mendulang serangkaian prestasi nasional seperti penghargaan Koperasi Teladan Nasional (1982, 1984, dan 1985), Koperasi Mandiri (1988), dan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (1997).[4]

Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan
Koperasi
IndustriPeternakan susu, pengolahan susu, pemasaran
PendahuluGabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan[1]
Didirikan1 April 1969[1][2]
PendiriDaman Danuwijdaja[2]
Kantor pusat,
ProdukSusu, produk susu (susu pasteurisasi, permen susu, kerupuk susu, dodol susu)
Situs webhttp://www.kpbs.co.id
Kantor pusat KPBS Pangalengan
Kios yang menjual berbagai produk susu KPBS Pangalengan
Fasilitas pengolahan susu miliki KPBS Pangalengan.

Bersama PT Frisian Flag dan empat sentra produksi susu lainnya di Indonesia, KPBS Pangalengan bertekad untuk mensukseskan swasembada susu di Indonesia.[5] PT Frisian Flag merupakan mitra utama KPBS Pangalengan karena PT Frisian Flag membeli susu segar dari KPBS Pangalengan[6] dan memberikan bantuan pendanaan.[7]

Sejarah

Pada zaman penjajahan Belanda di Pangalengan terdapat beberapa peternakan diantaranya, De Friensche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Big Man. Pemasaran hasil produksinya dilakukan oleh Bandungche Melk Center (BMC). Pada masa pendudukan Jepang semua perusahaan tersebut dihancurkan dan sapinya dipelihara oleh penduduk sekitar sebagai usaha keluarga. Para bulan November 1949 petani membentuk koperasi dengan nama Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (GAPPSIP).[1]

Pada tahun 1960an, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tataniaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh kolektor (tengkulak). Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang rentan karena susu merupakan produk yang cepat rusak.[2][1]

Beberapa tahun kemudian yaitu pada tanggal 22 Maret 1969 didirikan koperasi yang diberi nama KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN Pangalengan, disingkat KPBS Pangalengan. Pada tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan secara resmi telah berbadan hukum.[1][2][8]

Untuk menanggulangi rentannya susu, KPBS membangun fasilitas pengolahan susu yang selesai dibangun pada tahun 1979.[2]

Pasca kejadian gempa bumi Jawa Barat 2009, KPBS Pangalengan sempat berhenti berproduksi selama beberapa hari.[9][10] Gempa bumi telah merusak berbagai fasilitas produksi susu seperti kandang sapi dan mesin pengolahan susu.[11]

Pada tahun 2011, sebanyak 5000 ekor sapi susu yang sudah tua dan tidak produktif disembelih, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu. Untuk mengganti sapi tua dengan bibit sapi yang baru membutuhkan waktu lama, sehingga pada tahun 2013 produksi susu belum mencapai level sebelum penyembelihan.[12][13] Selain itu, besarnya kebutuhan industri daging menggoda peternak sapi perah untuk menyembelih sapinya. Hal ini semakin menyulitkan KPBS untuk mengembalikan populasi sapi.[14][15]

Referensi

Bahan bacaan terkait

  • Thoby Mutis (1992). Pengembangan koperasi: kumpulan karangan. Grasindo. ISBN 9795530429. 
  • Ibnoe Soedjono (1996). Koperasi di tengah arus liberalisasi ekonomi. Formasi. ISBN 9799514908. 

Pranala luar