Krisis Lebanon 1958

Revisi sejak 26 Oktober 2016 21.07 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)

Krisis Lebanon 1958 adalah krisis politik di Lebanon yang dipicu oleh ketegangan politik dan religius di negara tersebut. Amerika Serikat kemudian melakukan intervensi selama sekitar tiga bulan hingga Presiden Camille Chamoun (yang sebelumnya telah meminta bantuan dari Amerika) menyelesaikan masa jabatannya sebagai presiden. Pasukan Amerika dan Lebanon berhasil penduduki pelabuhan dan bandara internasional Beirut. Setelah krisis ini berakhir, pasukan Amerika Serikat mundur dari Lebanon.

Krisis Lebanon 1958
Bagian dari Perang Dingin

Marinir Amerika Serikat di lubang pertahanan di luar Beirut, 1958
Tanggal15 Juli – 25 Oktober 1958
LokasiLebanon
Hasil

Kemenangan pemerintah Lebanon-Amerika

Pihak terlibat
Lebanon Pemerintah Lebanon
 Amerika Serikat

Lebanon Oposisi Lebanon:

Tokoh dan pemimpin
Lebanon Camille Chamoun
Lebanon Naim Moghabghab
Amerika Serikat Dwight Eisenhower
Amerika Serikat Robert Murphy
Lebanon Rashid Karami
Ibrahim Kulaylat
Kamal Jumblatt
Korban
1.300–2.000 tewas[1][2][3]

Latar belakang

Pada Juli 1958, Lebanon terancam perang saudara antara kaum Kristen Maronit dengan kaum Muslim. Ketegangan dengan Mesir telah memanas pada awal tahun 1956 ketika Presiden Lebanon yang pro-Barat dan beragama Kristen Camille Chamoun tidak memutuskan hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat yang menyerang Mesir selama Krisis Suez, sehingga memicu kemarahan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Hubungan semakin memburuk setelah Chamoun menunjukkan kedekatannya dengan Pakta Baghdad. Nasser merasa bahwa Pakta Baghdad yang pro-Barat mengancam nasionalisme Arab. Sebagai tanggapan, Mesir dan Suriah bersatu menjadi Republik Arab Bersatu. Perdana Menteri Lebanon yang beraliran Sunni Rashid Karami mendukung Nasser pada tahun 1956 dan 1958. Karami membentuk pemerintahan rekonsiliasi nasional setelah krisis pada tahun 1958 berakhir.

Kaum Muslim Lebanon ingin agar pemerintah bergabung dengan Republik Arab Bersatu, sementara kaum Kristen ingin tetap dekat dengan negara-negara Barat. Pemberontakan Muslim yang konon didukung oleh Republik Arab Bersatu membuat Presiden Chamoun melayangkan protes kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengirim sekelompok penyelidik yang melaporkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan adanya intervensi dari Republik Arab Bersatu.

Dijatuhkannya pemerintahan yang pro-Barat di Irak selama Revolusi 14 Juli dan ketidakstabilan internal mendorong Presiden Chamoun untuk meminta bantuan Amerika. Presiden Amerika Serikat Eisenhower menanggapi dengan melancarkan Operasi Blue Bat pada 15 Juli 1958. Operasi ini merupakan penerapan pertama Doktrin Eisenhower yang menyatakan bahwa AS akan melindungi rezim yang menurutnya terancam oleh komunisme internasional. Tujuan operasi ini adalah untuk memperkuat pemerintahan Lebanon yang pro-Barat dalam upaya melawan oposisi internal dan ancaman dari Mesir dan Suriah.

Catatan kaki

  1. ^ "B&J": Jacob Bercovitch and Richard Jackson, International Conflict: A Chronological Encyclopedia of Conflicts and Their Management 1945–1995 (1997)
  2. ^ Eckhardt, William, in World Military and Social Expenditures 1987–88 (12th ed., 1987) by Ruth Leger Sivard.
  3. ^ Singer, Joel David, The Wages of War, 1816–1965 (1972)

Pranala luar