Daeng Marewah

Revisi sejak 23 November 2016 13.45 oleh Rachmat04 (bicara | kontrib) (Dikembalikan ke revisi 11625328 oleh Ezagren (bicara).)

Daeng Marewah adalah Yang Dipertuan Muda I dari Kesultanan Johor (kemudian menjadi Kesultanan Lingga). Setelah memenangkan perang melawan Raja Kecik, Sultan Sulaiman Badrul'alam Syah Sultan Johor pada saat itu, maka ia mengangkat Daeng MarEwa sebagai Yang Dipertuan Muda Riau I (1721-1729), bergelar Kelana Jaya Putera. Yang Dipertuan Muda adalah sebuah jabatan yang setingkat dengan Perdana Menteri berkuasa penuh, dimana segala wewenang dan urusan pemerintahan berada dalam kekuasaannya.

Riwayat keluarga

Sebagaimana yang tertulis di dalam Tuhfat al-Nafis yang ditulis oleh Raja Ali Haji, diriwayatkan bahwa bangsawan Kerajaan Luwu, yang bernama Opu Tenri Borong Daeng ri LEkke' atau sering disingkat Opu Tenri Burong, berangkat bersama ke-5 putranya dari tanah Bugis menuju ke tanah asing.[1] Kelima putranya diantaranya adalah:

  1. Opu Daeng Manambung,
  2. Opu Daeng Marewah,
  3. Opu Daeng Cella',
  4. Opu Daeng Parani, dan
  5. Opu Daeng KamasE

Mereka merapat di Pulau Siantan dan disambut dengan ramahnya oleh seorang pelaut Bugis terkemuka di kawasan itu, yakni : Kari Abdul Malik yang juga dikenal sebagai Nakhoda Alang. Akhirnya mereka menetap di Siantang dalam waktu beberapa lama.

Penerimaan Nakhoda Alang dalam sebuah jalinan persahabatan yang akrab, membuat Opu DaEng Ri LEkke' berpikir untuk semakin mempererat hubungan itu sebagai hubungan kekeluargaan. Maka dia melamar puteri Nakhoda Alang untuk dinikahkan dengan salah seorang puteranya, yaitu : Opu DaEng Parani (Opu Dahing Parni, versi Tuhfat An Nafis). Pernikahan itu dikaruniai sepasang putera puteri, yakni : Opu Daeng Kamboja dan Opu Daeng Khatijah.

Kedua orang cucu dari Tenri Bonrong ini kelak akan menjadi orang yang penting di daerah Melayu. Dahing Kamboja kelak akan menjadi Yang Dipertuan Muda ke-3 di Kesultanan Lingga, dan Dahing Khatijah itu menjadi isteri Raja Alam, putra Yang Dipertuan Raja Kecik Siak.

Dalam suasana kebahagiaan mendapatkan cucu serta kesibukan membangun armada Angkatan Laut itu, Opu Tenri Borong Daeng ri LEkke', Pangeran Luwu yang bercita-cita besar itu wafat dan dimakamkan pada sebuah pulau kecil di dekat Pulau Matak dalam wilayah Siantan. Hingga kini, makam Opu Tenri Borong Daeng ri LEkke' dikenal sebagai "Keramat Pulau Siantan"[2]

Catatan Kaki

  1. ^ Hannibal dari Tanah Melayu (bag. 1)
  2. ^ Dr. H. Wahyuddin Hamid, M.S., Passompe' Bugis Makassar, 2005

Lihat juga