Jalur kereta api Lumajang–Balung
Jalur kereta api Lumajang-Rambipuji merupakan jalur kereta api yang tidak lagi aktif, yang menghubungkan Stasiun Lumajang dengan Stasiun Balung. Jalur ini telah ditutup semenjak 1986, bersamaan dengan penutupan jalur kereta api Balung-Rambipuji, kemungkinan karena okupansi penumpang yang menurun dan prasarananya yang telah banyak mengalami kerusakan.
Jalur kereta api ini pada masa lalu merupakan jalur yang cukup sibuk. Lebih dari 300.000 penumpang tercatat pada tahun 1950 menggunakan kereta api dari Stasiun Balung, dan sedikit kurang dari jumlah itu di Stasiun Lumajang. Akan tetapi berselang beberapa tahun kemudian di 1953, jumlah penumpang ini di Stasiun Lumajang menurun hingga tinggal sedikit lagi di atas angka 270 ribu orang; namun penyusutan yang drastis terjadi di Stasiun Balung, yang turun okupansinya hingga mendekati 170 ribu orang saja. Dalam kurun waktu itu, angkutan barang justru meningkat pada tahun 1953, hingga mencapai lebih dari 23 ribu ton di Stasiun Lumajang dan lebih dari 25 ribu ton di Stasiun Balung.[1]
Jalur lain yang terhubung
Jalur KA Lumajang - Balung sebetulnya adalah yang terakhir dibuka di wilayah ini pada sekitar tahun 1928; yakni setelah dioperasikannya jalur KA Klakah - Pasirian (1896), jalur KA Rambipuji - Balung - Puger (1913), dan jalur KA Balung - Ambulu (1913)[2]. Jalur KA Klakah - Pasirian telah sejak semula dibangun dengan lebar sepur 1.067 mm. Berlainan halnya adalah jalur-jalur KA Rambipuji - Balung - Puger, Balung - Ambulu, dan kemudian juga Lumajang - Balung, yang pada awalnya dibangun dengan lebar sepur 600 mm[3]. Di belakang hari, jalur Lumajang - Balung dan Balung - Rambipuji diganti lebar sepurnya menjadi 1.067 mm.
Jalur KA Klakah - Pasirian kemudian terbagi menjadi dua ruas, yakni jalur kereta api Klakah-Lumajang dan jalur kereta api Lumajang-Pasirian. Sementara itu, jalur kereta api Balung-Puger dan jalur kereta api Balung-Ambulu ditutup pada tahun 1945. Pada masa penjajahan Belanda, jalur-jalur ini berada di bawah pengelolaan Staatsspoor- en Tramwegen (Oosterlijnen) (SS en T-O/L). Pada saat ini, tidak satu pun dari jalur-jalur di atas yang masih beroperasi.
Daftar stasiun di jalur ini
- Stasiun Lumajang (jarak 0 km; stasiun ini sebagai acuan)
- Halte Karangbendo (5 km)
- Stasiun Tekung (10 km)
- Halte Kalipepe (14 km)
- Stasiun Yosowilangun (17 km)
- Halte Jombang (22 km)
- Stasiun Kencong (26 km)
- Halte Krebet (28 km)
- Stasiun Gumukmas (32 km)
- Stasiun Mlokorejo (37 km)
- Stasiun Kasiyanlor (40 km)
- Halte Tutul (44 km)
- Stasiun Balung (47 km)
- Halte Curahmalang (49 km)
- Stasiun Rambipuji (54 km)
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ Djawatan Kereta Api, tt., DAFTAR C, 13c. Ichtisar Angkutan Penumpang jang berangkat dan Kiriman Biasa (dalam ton) jang dikirim dari tiap² setasiun² dan perhentian² D.K.A. di DJAWA dan MADURA semasa tahun² 1950-1951-1952 dan 1953 Eksplotasi TIMUR. Hlm. 156.
- ^ Studiegroep ZWP: Haltestempels Nederlands Indië 1883 - 1891/1950. Spoorweg Trajecten SS-OL. Diakses 30/VIII/2013.
- ^ Semboyan35: "Sejarah Perkeretaapian".
Pranala luar
- (Indonesia) Semboyan35: (diskusi) Jalur mati Rambi-Balung (bekas narrow gauge)