Kebumen adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan ibukota Kabupaten Kebumen, ProvinsiJawa Tengah, Indonesia. Luas wilayah Kecamatan Kebumen 42,04 km² terdiri atas 24 Desa, 5 Kelurahan, 138 RW, dan 554 RT. Jumlah penduduk Kecamatan Kebumen berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen pada Tahun 2015 sebanyak 121.580 jiwa yang terdiri dari laki-laki 60.579 jiwa dan perempuan 61.001 jiwa. Walaupun Kecamatan Kebumen menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kebumen tetapi jumlah penduduk Kecamatan Kebumen terbanyak kedua di Kabupaten Kebumen setelah Kecamatan Karanganyar yang terletak 22 Km sebelah barat Kota Kebumen.
Kecamatan Kebumen terletak pada 7°40′33.4″S109°39′50.6″E / 7.675944°S 109.664056°E / -7.675944; 109.664056. Topografi wilayah Kecamatan Kebumen sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 22-150 meter diatas permukaan air laut. Wilayah tertinggi berada di bagian utara pada Perbukitan Wadang-Sumbul yang meliputi Desa Gemeksekti dan Desa Jemur. Selain itu dibagian timur terdapat Perbukitan Bulupitu yang meliputi Desa Argopeni dan Desa Roworejo. Kecamatan Kebumen dilintasi dua sungai besar yakni Sungai Luk Ulo disebalah barat dan Sungai Kedungbener disebalah timur.
Sejarah rakyat
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram pada zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger / Pakubuwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya. Di dalam "Babad Mataram" disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta[1].
Daftar pemimpin Kebumen
Nama-Nama Tumenggung/Adipati/Bupati yang pernah memimpin Kebumen
Masyarakat Kabupaten Kebumen umumnya menggunakan bahasa jawa dalam penturan sehari-hari. Namun jika dilihat dari logat bahasanya, bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Kabupaten Kebumen terbagi dalam beberapa logat/dialek bahasa. Bahasa yang digunakan Masyarakat Kecamatan Kebumen/ Kebumen Kota adalah Bahasa Jawa dengan dialek Banyumasan atau lebih familiar dengan istilah Ngapak. Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan yang patut untuk dilestarikan dan dihargai. Dialek dan budaya masyarakatnya memperkaya keanekaragaman Indonesia. Wikipedia juga turut melestarikan bahasa banyumasan ini dengan menerbitkan Wikipedia bahasa Banyumasan.
Penduduk
Penduduk di Kecamatan Kebumen umumnya berprofesi sebagai Pedagang, Buruh, Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta dan PNS. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga Universitas meski sebagiaan besar tamatan Sekolah menengah pertama dan Sekolah menengah atas. Penduduk Kecamatan Kebumen 90% berasal dari Suku Jawa, 6% berasal dari etnis Tionghoa dan 4% dari etnis lainnya. Sedangakan bahasa yang digunakan oleh penduduk di wilayah ini umumnya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Banyumasan atau Ngapak. Secara garis besar penduduk di Kecamatan Kebumen terdiri dari berbagai lintas agama seperti sebagai berikut:
Sekolah tingkat Taman kanak-kanak (TK) di Kecamatan Kebumen berada disetiap desa/kelurahan yang total berjumlah 64 TK. Bahkan terdapat desa/kelurahan yang memiliki lebih dari satu sekolah TK seperti di Kelurahan Kebumen, Kelurahan Panjer, Kelurahan Bumirejo dan Kelurahan Tamanwinangun. Terbanyak di Kelurahan Kebumen yang memiliki 9 sekolah TK. Kecamatan Kebumen memiliki 1 sekolah TK Negeri sedangkan lainnya adalah sekolah swasta, baik sekolah bernuansa agama Islam, maupun Kristen.
Tingkat SD
Sekolah tingkat Sekolah dasar SD di Kecamatan Kebumen berada disetiap desa/kelurahanyang total berjumlah 79 SD. Bahkan terdapat desa/kelurahan yang memiliki lebih dari satu SD seperti di Kelurahan Kebumen, Kelurahan Panjer, Kelurahan Bumirejo dan Kelurahan Tamanwinangun. Di wilayah tersebut umumnya memiliki 4-5 SD. Kecamatan Kebumen memiliki 63 SD Negeri, 5 SD Swasta, 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan 9 Madrasah Ibtidaiyah Swasta. Ke 79 sekolah tersebut adalah baik sekolah bernuansa agama Islam, maupun Kristen.
^Catatan dari Babad Mataram: Di dalam perang tersebut hal yang tidak masuk akal adalah ia tidak menyerah ke Pangeran Mangkubumi, yang seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi karena dia termasuk putra Pakubuwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia bertugas sebagai mata-mata penghubung antara pihak Keraton Surakarta dengan Pangeran Mangkubumi, setiap kali ia sebagai utusan Kraton Surakarta untuk membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang tersebut yang dalam bentuk emas dan berlian yang dimasukkan di dalam sebuah Kendang besar, tidak ada satupun yang tahu, baik Belanda, para punggawa Kraton Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu berhasil menembus posisi yang dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi lagi. Demikian saat tiap kali Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut, sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini ada yang menyebutkan sebagai "perang Kendang". Tampaknya alasan inilah yang membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan berulangkali.