Peringkat kebangsawanan di kalangan masyarakat Eropa telah mengakar sejak Abad Kuno Akhir dan Abad Pertengahan. Meskipun begitu, memang terdapat beberapa perbedaan di tiap masa dan tiap daerah. Gelar kebangsawanan ini ditulis dalam bahasa Inggris dengan penyertaan padanannya dalam beberapa bahasa Eropa lain dan gelar di luar Eropa.

House of Lords Inggris (kamar lama, terbakar pada 1834) dilukis oleh Augustus Pugin dan Thomas Rowlandson (1808-11).

Tingkatan gelar

Di Eropa, sebuah kekaisaran atau kerajaan biasanya tidak memiliki pemerintahan terpusat. Beberapa daerah dan wilayah dalam sebuah monarki besar (kekaisaran atau kerajaan) biasanya dikelola dan dipimpin oleh bangsawan yang memiliki kekuasaan otonomi, mirip dengan sistem republik federal yang memberikan kewenangan pada tiap pemimpin daerah untuk mengelola daerahnya sendiri tanpa campur tangan yang terlalu banyak dari pusat. Para bangsawan tersebut memiliki peringkat yang berbeda-beda, yang juga berdampak pada besarnya jumlah kekuasaan yang mereka pegang. Peringkat dan gelar tersebut biasanya dianugerahkan oleh kaisar atau raja yang menjadi pemimpin para bangsawan tersebut, yang pada banyak kasus kemudian gelar tersebut dapat diwariskan kepada keturunan mereka.

Setiap daerah di Eropa memiliki tingkatan kebangsawanan masing-masing yang memiliki beberapa perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya.Beberapa gelar di suatu negara terkadang tidak memiliki padanannya di negara dan bahasa lain, meski masih dalam satu lingkup benua Eropa. Namun begitu, beberapa tingkatan yang umum di seluruh benua Eropa adalah: emperor (kaisar), king (raja), duke (adipati), marquess, count atau earl, viscount, dan baron.

Emperor

Emperor adalah tingkat kebangsawanan dan penguasa monarki tertinggi dalam tingkatan kebangsawanan Eropa. Gelar ini berasal dari bahasa Prancis kuno empereor, berasal dari bahasa Latin imperator[1]) yang awalnya bermakna “komandan” pada Republik Romawi. Dalam bahasa Indonesia, gelar yang dapat disepadankan dengan emperor adalah kaisar dan maharaja. Dalam penggunaannya, kaisar lebih bersifat umum, sedangkan maharaja lebih berkonotasi pada kaisar Hindu. Wilayah kekuasaan emperor disebut empire yang dapat disejajarkan dengan "kekaisaran" atau "kemaharajaan" dalam bahasa Indonesia.

 
Kartu pos tahun 1908 menunjukkan sembilan belas penguasa monarki dunia yang sedang berkuasa: (kiri ke kanan) (1) Rama V/Chulalongkorn, Raja Siam (2) George I, Raja Yunani (3) Peter I, Raja Serbia (4) Carol I, Raja Romania (5) Franz Joseph, Kaisar Austria-Hungaria (6) Ferdinand I, Tsar Bulgaria (7) Abdul Hamid II, Khalifah dan Sultan-Kaisar Utsmani (8) Vittorio Emanuele III, Raja Italia (9) Nikolai II, Kaisar dan Autokrat Rusia (10) Edward VII, Raja Inggris Raya dan Kaisar India (11) Wilhelm II, Kaisar Jerman dan Raja Prusia (12) Gustaf V, Raja Swedia (13) Haakon VII, Raja Norwegia (14) Frederick VIII, Raja Denmark (15) Wilhelmina, Ratu Belanda (16) Zaitian, Kaisar Guangxu Tiongkok (17) Mutsuhito, Kaisar Meiji Jepang (18) Manuel II, Raja Portugal dan Algarves (19) Alfonso XIII, Raja Spanyol.

Bentuk wanita dari gelar ini adalah empress dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni empress regnant yang merupakan seorang wanita yang memerintah empire atas namanya sendiri atau empress consort yang merupakan istri dari emperor. Dalam bahasa Indonesia, gelar yang dapat disejajarkan dengan empress regnant adalah kaisarina. Sedangkan untuk mengindikasikan empress consort, cukup menggunakan “permaisuri kaisar” atau “permaisuri maharaja”. Dalam konteks kemaharajaan, maharani dapat digunakan untuk merujuk empress regnant ataupun empress consort.

Beberapa gelar non-Eropa yang dapat disejajarkan dengan emperor dan empress adalah:

  • Padisyah, Badisyah, Badsyah (پادشاه‎‎). Digunakan oleh Kekaisaran Utsmani sejak abad lima belas dan Kekaisaran Mughal.
  • Nəgusä Nägäst. Gelar untuk Kaisar Ethiopia. Bentuk wanita dari gelar ini adalah nəgəstä nägäst.
  • Huángdì (皇帝). Gelar untuk Kaisar Tiongkok. Digunakan sejak tahun 221 SM. Digunakan oleh pria dan wanita.
  • Tennō (天皇). Gelar untuk Kaisar Jepang. Digunakan oleh pria dan wanita.
  • Samrāṭ atau Chakravartin. Gelar untuk kaisar di anak benua India.
  • Khagan. Gelar untuk Kaisar Mongolia.
  • Sultan dapat disejajarkan dengan emperor maupun king.

King

King berasal dari bahasa Jerman kuningaz, yang bermakna “putra bangsa.” Gelar yang sepadan dalam bahasa Indonesia untuk king adalah raja dan wilayah kekuasaan king disebut kingdom, dapat disejajarkan dengan "kerajaan" dalam bahasa Indonesia. Kedudukan king (raja) secara umum berada di bawah emperor (kaisar atau maharaja), sedang king yang berdaulat lebih tinggi daripada king yang menjadi bawahan pemimpin lain.

Bentuk wanita dari king adalah queen. Queen berasal dari bahasa Jerman kwoeniz atau kwenon yang bermakna “istri.” Queen sendiri dapat digunakan sebagai gelar bagi seorang wanita yang memimpin kerajaan (queen regnant) atau sebatas istri dari king (queen consort). Dalam bahasa Indonesia, gelar yang sepadan dengan queen, baik dalam konteksnya sebagai penguasa atau sebatas istri penguasa, adalah ratu. Sedangkan permaisuri, atau lebih spesifiknya, permaisuri raja, hanya dapat disejajarkan dengan queen dalam konteksnya sebagai istri penguasa (queen consort).

Beberapa gelar non-Eropa yang dapat disejajarkan dengan king dan queen adalah:

  • Syah (شاه‎‎). Raja Persia.
  • Khan. Gelar yang awalnya untuk pemimpin Mongolia.
  • 王 (pinyin: wáng, Korea: (hangeul: 왕) wang, romaji: ō). Gelar untuk raja di Asia Timur. Di Jepang, gelar ini juga ditujukan pangeran yang merupakan kerabat jauh kaisar. Di Korea, wang dapat juga digunakan untuk ratu (wanita yang memimpin kerajaan), meskipun terkadang juga digunakan istilah yeowang (여왕). Di Jepang, bentuk wanita dari ō adalah joō (女王) yang digunakan untuk merujuk pada ratu yang memimpin kerajaan, sedangkan istilah untuk permaisuri raja adalah ōhi (王妃).
  • Malik (ملك‎‎). Gelar untuk raja dalam bahasa Arab. Bentuk wanitanya adalah malikah (ملكة‎‎).
  • Firaun. Gelar untuk pemimpin Mesir kuno. Digunakan oleh pria dan wanita.
  • Sultan dapat disejajarkan dengan emperor maupun king.

Gelar terkait

High King adalah gelar yang digunakan oleh king yang memiliki senioritas di atas king lain, tanpa menyandang gelar emperor. Gelar lain yang setara dengan hing king adalah king of kings atau raja diraja.

Prince

Prince adalah salah satu gelar kebangsawanan Eropa dalam bahasa Inggris dan disepadankan dengan “pangeran” dalam bahasa Indonesia. Bentuk wanita dari gelar ini adalah princess yang disepadankan dengan “putri” dalam bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Inggris, prince tidak hanya gelar yang diperuntukkan bagi keturunan raja atau kaisar, tetapi juga digunakan untuk penguasa monarki yang tingkatannya di bawah kingdom atau kerajaan. Bahasa Eropa lain yang berakar dari bahasa Latin juga menggunakan gelar yang sama untuk kedua jenis pangeran tersebut, sedangkan bahasa Belanda, Skandinavia, dan rumpun bahasa Slavia memiliki dua gelar berbeda. Seperti dalam bahasa Jerman, pangeran yang menjadi pemimpin monarki disebut fürst (fürstin untuk wanita), sedangkan pangeran yang merupakan keturunan penguasa monarki (kaisar, raja, atau fürst) disebut prinz (prinzessin untuk wanita). Baik fürst maupun prinz, keduanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai prince.[2]

Sebuah wilayah yang dipimpin seorang prince (fürst) disebut principality (fürstentum dalam bahasa Jerman)[3] atau “kepangeranan” dalam bahasa Indonesia. Negara berdaulat yang berbentuk principality saat ini adalah Andorra, Liechtenstein, dan Monako. Di Eropa tengah, kedudukan fürst berada di bawah duke.

Duke

Duke adalah salah satu gelar kebangsawanan Eropa yang kedudukannya di bawah king. Gelar ini diturunkan dari bahasa Latin dux atau pemimpin, gelar yang disandang untuk pemimpin militer Republik Romawi. Penganugerahan gelar duke seringnya sangat terbatas pada keluarga kerajaan atau pada mereka yang dipandang memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan layak di mata keluarga kerajaan. Gelar di Indonesia yang dapat disepadankan dengan duke adalah bhre (gelar untuk keluarga istana yang memimpin provinsi dalam Kerajaan Majapahit) dan adipati.

Bentuk wanita dari gelar ini adalah duchess yang dapat mengindikasikan seorang wanita yang menyandang gelar tersebut atas namanya sendiri, atau hanya sebatas istri dari duke. Bila duke dimaknai sebagai adipati, duchess dapat berarti adipati putri. Walaupun demikian, Ratu Elizabeth II menyandang gelar Duke of Normandy di Kepulauan Channel dan Duke of Lancaster di Lancashire, dan bukan duchess.

Wilayah kekuasaan duke atau duchess disebut duchy. Status duchy dapat berupa negara berdaulat ataupun wilayah bagian dari sebuah kerajaan (kingdom) atau kekaisaran (empire). Di masa modern, banyak orang yang menyandang gelar duke atau duchess hanya sebatas gelar kehormatan dan kebangsawanan semata tanpa wilayah kekuasaan. Duchy dapat disepadanakan dengan kadipaten di Indonesia. Contoh kadipaten di Indonesia yang masih bertahan adalah Mangkunegaran dan Paku Alaman.

Gelar terkait

Grand Duke adalah gelar kebangsawanan yang berada di bawah king dan di atas duke dan dapat diterjemahkan sebagai adipati agung. Gelar ini mulai digunakan seiring semakin merosotnya pamor dan reputasi dari gelar duke di Abad Pertengahan yang kerap dianugerahkan kepada pemimpin dari wilayah feudal yang sempit. Bentuk wanita dari gelar ini adalah grand duchess dan wilayah kekuasaannya disebut grand duchy. Di masa sekarang, satu-satunya negara berdaulat yang berbentuk grand duchy adalah Luksemburg.

Archduke adalah gelar yang digunakan sejak 1358 oleh penguasa Habsburg. Bentuk wanita dari gelar ini adalah archduchess. Di dalam Kekaisaran Romawi Suci, gelar ini berada di bawah emperor dan king dan di atas grand duke (diperdebatkan) dan duke.

Marquess

Marquess adalah gelar kebangsawanan yang berada di bawah duke dan di atas earl atau count. Pelafalan Prancis untuk gelar ini, marquis, kerap digunakan dalam bahasa Inggris. Wanita yang berada pada tingkatan ini, baik atas namanya sendiri maupun sebagai istri dari marquess, menyandang gelar marchioness di Britania Raya dan Irlandia atau marquise di tempat lain di Eropa. Di masa lalu, perbedaan antara marquess dan count adalah tanah kepemimpinan marquess, disebut march atau mark, berada di tanah perbatasan negara, sedangkan biasanya count tidak. Hal ini menjadikan seorang marquess dipercaya untuk melindungi negara dari potensi serangan negara tetangga, menjadikan kedudukannya berada di atas count.

Count

Count (pria) atau countess (wanita) adalah gelar kebangsawanan Eropa yang memiliki bermacam-macam status. Kata ini diturunkan dari bahasa Prancis comte, dari bahasa Latin comes, yang bermakna sekutu, dan kemudian bermakna “sekutu kaisar” atau “duta kaisar.”[4] Di Kekaisaran Romawi Barat, count adalah pemimpin angkatan bersenjata tanpa peringkat yang spesifik. Sedangkan di Kekaisaran Romawi Timur pada abad ketujuh, count merujuk peringkat seorang pemimpin dari dua ratus orang. Pada masa Kekaisaran Karoling, count dapat diserupakan dengan gubernur yang memimpin sebuah provinsi atau wilayah lain yang lebih kecil. Di Inggris Raya, gelar ini disepadankan dengan gelar earl. Wilayah kekuasaan count disebut county.

Earl

Earl adalah gelar kebangsawanan. Di Inggris Raya, gelar ini berada di bawah marquess.[5] Gelar ini berasal dari bahasa Inggris kuno, mirip bahasa Skandinavia jarl yang bermakna “kepala suku” yang memerintah sebuah wilayah atas nama raja. Tidak ada bentuk wanita dari kata earl, sehingga gelar countess menjadi padanan wanitanya, yang merujuk pada wanita yang berada di peringkat ini atas namanya sendiri, atau istri dari earl.

Awalnya earl berperan sebagai gubernur kerajaan. Berbeda dengan duke, earl tidak memerintah atas namanya sendiri. Di masa Inggris kuno, earl memiliki kewenangan terhadap wilayah mereka dan hak untuk pengadilan pada mahkamah provinsi sebagai duta raja. Mereka juga dapat menarik denda dan pajak. Pada masa perang, earl diberi amanah memimpin pasukan raja. Beberapa shire (istilah lama untuk sebuah bagian dalam satu wilayah dalam Inggris Raya) bersatu dan membentuk wilayah kesatuan yang lebih besar yang disebut earldom yang dikepalai seorang earl.

Viscount

Viscount adalah gelar kebangsawanan Eropa yang memiliki beberapa macam status, tetapi secara historis berada pada peringkat menengah bawah.[6] Di banyak negara, viscount awalnya bukan merupakan gelar turun-temurun hingga beberapa waktu belakangan dan memegang posisi tata usaha dan kehakiman.[7] Bentuk wanita dari gelar ini adalah viscountess.

Kata viscount berasal dari bahasa Latin vice “wakil” dan comes “sekutu kaisar”.[8] Pada masa Kekaisaran Karoling, raja mengutus count sebagai administrator sebuah provinsi dan wilayah yang lebih kecil sebagai gubernur dan komandan angkatan bersenjata, sedangkan viscount ditugaskan sebagai wakil count dalam mengurus provinsi, dan sering bertanggung jawab atas masalah kehakiman.[7] Raja secara ketat menjaga agar jabatan count dan viscount tidak menjadi gelar turun-temurun, untuk menjaga kewenangan mereka dan menekan kemungkinan pemberontakan.[7]

Baron

Baron adalah gelar kehormatan yang kerap dapat diwariskan. Bentuk wanita dari gelar ini adalah baroness. Dalam sistem peerage (sistem hukum yang terdiri dari gelar turun-temurun di berbagai negara, terdiri dari beberapa tingkatan bangsawan) di Inggris Raya, baron berada di tingkat paling rendah dan di bawah viscount.

Baronet

Baronet adalah gelar kehormatan turun-temurun yang tidak termasuk ke dalam peerage. Baronet tidak dipandang sebagai kelas bangsawan, atau termasuk bangsawan rendah. Bentuk wanitanya adalah baronetess.

Knight

Knight adalah gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh pemimpin monarki atau pemimpin politik lain kepada mereka yang telah berjasa terhadap monarki atau negara, biasanya dalam bidang ketentaraan.[9] Istilah dalam bahasa Indonesia yang hampir serupa dengan knight adalah ksatria. Pada abad pertengahan, knight dianggap sebagai kelas bangsawan rendah. Gelar dame digunakan sebagai padanan resmi dari knight untuk wanita diperkenalkan sejak tahun 1917 oleh Ordo Kekaisaran Britania.

Gelar untuk wanita

Sebagaimana lazimnya gelar kebangsawanan Eropa, tiap gelar memiliki bentuk pria dan wanita. Bentuk wanita dari tiap gelar bermakna, secara teori, bahwa gelar tersebut disandang oleh wanita yang duduk di posisi tersebut. Misalnya, seorang pria yang memimpin sebuah kekaisaran disebut emperor (kaisar), maka wanita yang memimpin sebuah kekaisaran akan menyandang gelar yang merupakan bentuk wanita dari emperor, yakni empress (kaisarina). Seorang istri bangsawan juga akan menyandang bentuk wanita dari gelar yang disandang suaminya.

Dalam prakteknya, gelar-gelar untuk wanita ini lebih terkesan sebagai gelar untuk istri-istri bangsawan daripada seorang wanita yang menyandang gelar tersebut atas namanya sendiri. Hal ini karena di masa lalu, seorang wanita memang dibatasi ruang geraknya dalam urusan publik dan politik secara resmi, menjadikan mereka hanya mendapat gelar kebangsawanan melalui pernikahan. Beberapa wanita yang menyandang gelar kebangsawanan atas namanya sendiri kadang menyandang gelar yang lazimnya digunakan oleh pria, agar menegaskan bahwa status mereka tidak sekadar "istri". Contoh kasus ini adalah Ratu Jadgiwa yang memerintah Polandia pada tahun 1384–1399. Dia menyandang gelar król saat memerintah, yang sering diterjemahkan menjadi king dalam bahasa Inggris atau raja dalam bahasa Indonesia, dan bukannya menyandang gelar króla (queen atau ratu) yang merupakan bentuk wanita dari król. Kasus yang mirip terjadi sebelumnya di Kekaisaran Romawi Timur. Kaisarina Irene yang memerintah pada tahun 797–802 bahkan tidak konsisten dalam menggunakan gelarnya. Saat memerintah, Irene menyebut dirinya sebagai basileus (βασιλεύς), gelar yang biasanya disandang Kaisar Romawi Timur, dan bukannya basilissa (βασίλισσα), bentuk wanita dari gelar basileus yang biasanya digunakan oleh permaisuri kaisar. Dia menandatangani dua dokumen dengan memakai gelar basileus, dan gelar itu pula yang muncul di koin emasnya yang ditemukan di Sisilia. Namun dalam dokumen dan koin yang lain, Irene menggunakan gelar basilissa.[10]

Dalam bahasa Inggris, bentuk wanita dari sebuah gelar atau posisi akan menyandang akhiran -ess, sebagaimana akhiran -wati dalam bahasa Indonesia. Namun ada gelar yang berakhiran -ess tapi tidak diperuntukkan untuk wanita, misal: marquess. Selain itu, ada juga gelar untuk wanita yang tidak berakhiran -ess, misal: queen.

Hak atas gelar

Suo Jure

Suo jure adalah istilah dalam bahasa Latin yang berarti "atas namanya sendiri." Maknanya adalah bahwa sang penyandang gelar menerima gelar tersebut atas namanya sendiri, karena pihak yang bersangkutan adalah pewaris dari status kebangsawanan tersebut, dan bukan hanya karena pernikahan. Duchess suo jure berarti bermakna bahwa wanita yang bersangkutan menjadi duchess atas namanya sendiri, bukan karena dia menikah dengan seorang duke.

Untuk empress dan queen atas namanya sendiri, biasanya digunakan istilah regnant dalam bahasa Inggris daripada menggunakan suo jure, yakni empress regnant (kaisarina) dan queen regnant (ratu), bertolak belakang dengan empress consort (permaisuri kaisar) maupun queen consort (permaisuri raja). Dalam penulisan dan pengucapan sehari-hari, tambahan regnant dan consort tidak digunakan, sehingga cukup empress dan queen, baik mereka memerintah atas namanya sendiri maupun hanya sebatas permaisuri.

Jure Uxoris

Jure uxoris adalah istilah dalam bahasa Latin yang bermakna "atas nama istrinya."[11] Istilah ini mengacu pada seorang pria yang mendapat gelar kebangsawanan karena menikahi seorang wanita yang menyandang gelar kebangsawanan atas namanya sendiri. Misal, raja jure uxoris berarti bahwa laki-laki tersebut menjadi raja bukan karena keturunan dari dinasti penguasa kerajaan tersebut, tetapi karena menikah dengan seorang ratu. Hal ini pernah terjadi kepada Guy dari Lusignan yang menjadi Raja Yerusalem sejak tahun 1186 karena menikah dengan Sibylla, Ratu Yerusalem atas namanya sendiri.

Prinsip jure uxoris didasarkan pada prinsip feodal abad pertengahan Eropa. Hukum di Eropa, baik dari Kristen yang merupakan agama mayoritas masyarakat Eropa, maupun dari hukum pra-Kristen, tidak memberikan seorang wanita hak milik pribadi bila telah menikah. Seluruh hak milik istri akan lebur menjadi milik suami, penguasaan dan pengelolaannya juga sesuai kehendak sang suami, meskipun istrinya tidak setuju.[12] Masalah hak milik ini juga termasuk gelar dan hak kebangsawanan. Hukum ini mengikat semua wanita yang menjadi istri, bahkan termasuk seorang ratu sekalipun. Seorang lelaki bahkan dapat meneguhkan kepemilikan atas gelar dan segala hak milik istri bahkan setelah pernikahan mereka berakhir. Saat pernikahan Matius dan Marie dibatalkan oleh Paus pada 1170, Marie yang merupakan pemimpin County Boulogne hidup di biara, sedangkan suaminya tetap melanjutkan kepemimpinannya atas county tersebut.

Pada masa pencerahan, perlakuan ini berubah di beberapa negara. Pemimpin monarki wanita hanya akan memberikan sebagian haknya kepada suaminya agar kendali monarki tetap berada di tangan sang wanita yang memang merupakan pewaris dinasti dari kerajaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi saat pernikahan Mary I, Ratu Inggris, yang hendak menikah dengan Felipe II.

Jure Matris

Jure matris adalah istilah dalam bahasa Latin yang bermakna "atas nama ibunya." Istilah ini digunakan ketika gelar kebangsawanan diturunkan dari ibu ke anaknya. Istilah ini juga digunakan untuk seorang wanita yang memberikan sebagian kewenangannya dalam memerintah kepada anaknya. Di Eropa pada umumnya, seorang suami akan memerintah atas nama istrinya. Namun saat suaminya wafat, sang wanita dapat melimpahkan kewenangan tersebut kepada anaknya.

Consort

Consort adalah istilah untuk "pasangan" dalam bahasa Inggris yang konteksnya digunakan dalam gelar kebangsawanan. Bila istilah ini menempel pada gelar kebangsawanan, hal ini menandakan bahwa sang penyandang gelar mendapat gelar tersebut bukan atas namanya sendiri, melainkan sebatas melalui pernikahan. Queen consort bermakna bahwa dia adalah wanita yang menjadi queen karena pernikahan, bukan karena sang wanita mewarisi gelar tersebut atas namanya. Berbeda dengan queen regnant yang bermakna seorang wanita yang menyandang gelar queen atas namanya sendiri. Dalam penulisan dan percakapan sehari-hari, biasanya imbuhan regnant dan consort tidak digunakan, sehingga untuk membedakannya, harus dilihat konteks pembicaraannya terlebih dahulu.

Sebagai tambahan, king consort (raja pendamping) berbeda dengan king jure uxoris (raja jure uxoris). King jure uxoris bermakna bahwa laki-laki tersebut memiliki kewenangan memerintah lantaran menikah dengan queen regnant, sementara king consort bermakna bahwa dia hanyalah sebatas pasangan dari queen regnant tanpa kewenangan memerintah. King consort sepadan dengan queen consort (permaisuri raja).

Gelar kebangsawanan dalam berbagai bahasa Eropa

  Latin[cat 1] Prancis Jerman Rusia Spanyol
Emperor,
Empress
Imperator/
Caesar,
Imperatrix/
Caesarina
Empereur,
Impératrice
Kaiser,
Kaiserin
Imperator/Tsar[cat 2],
Imperatritsa/Tsarina
Emperador,
Emperatriz
King,
Queen
Rex,
Regina
Roi,
Reine
König,
Königin
Koról/Tsar,
Koroléva/Tsaritsa
Rey,
Reina

Grand Duke/
Grand Prince,
Grand Duchess/
Grand Princess

Magnus Dux/
Magnus Princeps,
Magna Ducissa,
Magna Principissa

Grand-Duc,
Grande-Duchesse
Großherzog/
Großfürst,
Großherzogin/
Großfürstin
Velikiy Knyaz,
Velikaya Kniagina
Gran Duque,
Gran Duquesa
Archduke,
Archduchess
Archidux,
Archiducissa
Archiduc, Archiduchesse Erzherzog,
Erzherzogin
Ertsgertsog,
Ertsgertsoginya
Archiduque,
Archiduquesa
Duke,
Duchess
Dux,
Ducissa
Duc,
Duchesse
Herzog,
Herzogin
Gertsog,
Gertsoginya
Duque,
Duquesa
Prince,[cat 3]
Princess
Princeps,
Principissa
Prince,
Princesse
Prinz/Fürst,
Prinzessin/Fürstin[cat 4]
Kniaz,
Kniagina[cat 5]
Príncipe,
Princesa
Marquess,
Marchioness
Marchio,
Marchionissa
Marquis,
Marquise
Markgraf,
Markgräfin
Markiz,
Markiza,
Boyar
Marqués,
Marquesa
Earl / Count,
Countess
Comes,
Comitissa
Comte,
Comtesse
Graf,
Gräfin
Graf,
Grafinya
Conde,
Condesa
Viscount,
Viscountess
Vicecomes,
Vicecomitissa
Vicomte,
Vicomtesse
Vizegraf, Burggraf
Vizegräfin, Burggräfin
Vikont,
Vikontessa
Vizconde,
Vizcondesa
Baron,
Baroness
Baro,
Baronissa
Baron,
Baronne
Baron, Herr, Freiherr
Baronin, Frau, Freifrau, Freiin
Baron,
Baronessa
Barón,
Baronesa
Baronet,
Baronetess
  Baronnet   Baronet Baronet
Knight[cat 6] / Dame Eques Chevalier Ritter Rytsar Caballero

Kebangsawanan di Eropa modern

Sekitar abad kedelapan belas, kekuasaan para penguasa monarki dan para bangsawan mendapat penentangan hebat dari masyarakat lantaran masalah kesenjangan sosial. Salah satu bentuk penentangan sistem kebangsawanan yang paling terkenal dalam sejarah Eropa adalah Revolusi Prancis. Terilhami dari gagasan liberal dan radikal, semangat revolusi ini menyebar ke berbagai bagian Eropa dan dunia dan mengubah arah gerak sejarah modern, menurunkan jumlah monarki mutlak di dunia secara dramatis dan menggantinya dengan republik dan demokrasi liberal.[13]

Walaupun begitu, beberapa monarki masih bertahan di masa modern, meskipun dengan memangkas banyak kekuasaan yang mereka miliki, sehingga lahirlah monarki konstitusional. Semua monarki di Eropa yang tersisa di masa modern berbentuk monarki konstitusional, membatasi kewenangan penguasa monarki dan para bangsawan dalam sebuah hukum yang diatur parlemen. Hal ini juga berdampak dalam kekuasaan para bangsawan. Meskipun beberapa gelar dan tingkatan bangsawan masih tetap dipertahankan di sebagian negara, tetapi kebanyakan dari gelar-gelar tersebut kehilangan kewenangan nyatanya. Sebagian besar dari pemegang gelar tersebut sudah tidak memiliki wilayah kekuasaan, menjadikan gelar yang disandang hanya sebatas status kehormatan semata.

Kepausan bukanlah MONARKI, dan paus juga hanya orang biasa bukan BANGSAWAN Eropa.

Catatan kaki

  1. ^ Gelar Latin untuk perbandingan secara harfiah, tidak secara akurat menggambarkan padanannya pada abad pertengahan.
  2. ^ Gelar tsar dapat setara dengan emperor, dapat pula disepadankan dengan king. Pembahasan mengenai keambiguan kedudukan tsar terhadap gelar kebangsawanan Eropa Barat dapat dilihat di halaman tsar.
  3. ^ "Prince" (Prinz di Jerman, Prins di Swedia, Prinssi di Finlandia, "Principe" di Spanyol) juga dapat bermakna gelar untuk keturunan penguasa monarki. Sebagai contoh, dalam sistem Britania, prince bukan peringkat kebangsawanan, tetapi gelar khusus untuk anggota dinasti, keturunan dari raja dan ratu.
  4. ^ Di Eropa tengah, peringkat gelar Fürst atau kníže (e.g. Fürst von Liechtenstein, Kepangeranan Liechtenstein) berada di bawah duke (e.g. Duke of Brunswick). Gelar Vizegraf tidak digunakan di negara berbahasa Jerman, dan gelar Ritter dan Edler tidak lazim digunakan.
  5. ^ Untuk kebangsawanan domestik Rusia, hanya gelar Kniaz dan Boyar yang digunakan sebelum abad ke-18, ketika Graf ditambahkan.
  6. ^ Bukan gelar turun-temurun. Tidak termasuk bangsawan dalam sistem Britania.

Catatan

  1. ^ Harper, Douglas. "emperor". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 2010-08-30. 
  2. ^ "Definition of the German title Prinz". Duden (dalam bahasa Jerman). 
  3. ^ "Definition of Fürstentum". Duden (dalam bahasa Jerman). 
  4. ^ "An Online Encyclopedia of Roman Emperors". University of South Carolina. Diakses tanggal 2008-04-10. 
  5. ^ Stevenson, Angus, ed. (2007). Shorter Oxford English Dictionary. 1 A-M (edisi ke-6th). Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-920687-2. 
  6. ^ "Ranks and Privileges of the Peerage". Debretts. n.d. Diakses tanggal 18 June 2014. 
  7. ^ a b c Upshur, Jiu-Hwa; Terry, Janice; Holoka, Jim; Goff, Richard; Cassar, George H. (2011). Cengage Advantage Books: World History. I. California: Wadsworth Publishing Co Inc. hlm. 329. ISBN 9781111345167. 
  8. ^ "Viscount (n.)". Online Etymology Dictionary. n.d. Diakses tanggal 18 June 2014. 
  9. ^ Clark, p. 1.
  10. ^ James, p. 45, 46.
  11. ^ Black, HC (1968), Law Dictionary (edisi ke-4th) , citing Blackstone, Commentaries, 3, hlm. 210 .
  12. ^ Emanuel, p. 121.
  13. ^ Livesey, James. Making Democracy in the French Revolution p. 19 The Revolution created and elaborated...the ideal of democracy, which forms the creative tension with the notion of sovereignty that informs the functioning of modern democratic liberal states. This was the truly original contribution of the Revolution to modern political culture.

Daftar pustaka

Lihat juga