Sakramen Ekaristi (Gereja Katolik)

Perayaan Ekaristi atau Perjamuan Kudus dalam Gereja Katolik
Revisi sejak 6 Juni 2017 18.05 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Ekaristi dalam Gereja Katolik adalah perayaan Misa, liturgi ekaristis. Istilah Ekaristi juga digunakan untuk menyebut roti dan anggur setelah ditransubstansiasikan (substansinya telah diubah), berdasarkan ajaran Katolik, menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Menurut Katekismus Gereja Katolik, "Pada Perjamuan Terakhir, pada malam waktu Ia diserahkan, Penyelamat kita menetapkan kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya."[1]

Ecce Agnus Dei pada saat Misa Tridentin Meriah.

Sakramen Mahakudus adalah suatu istilah devosional yang digunakan dalam Gereja Katolik Roma untuk menyebut rupa yang terlihat dari elemen roti dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi, yaitu Tubuh dan Darah Kristus.[2] Hosti yang telah dikonsekrasi disimpan dalam sebuah tabernakel setelah Misa, dengan demikian Sakramen Mahakudus dapat diantarkan kepada mereka yang sakit dan menghadapi ajal di luar waktu Misa. Hal ini juga memungkinkan dilakukannya praktik adorasi Ekaristi. Karena Kristus sendiri hadir dalam sakramen altar ini, Ia harus dihormati dengan ibadah adorasi. "Mengunjungi Sakramen Mahakudus adalah ... suatu bukti dari rasa syukur, suatu ungkapan dari cinta, dan suatu tugas dari adorasi akan Kristus Tuhan kita."[3]

Dasar Perjanjian Baru

 
Pemecahan Roti (fractio panis) saat Ekaristi[4] dalam suatu perayaan Neokatekumenat.

Ekaristi Pertama dalam Kitab Suci

Gereja Katolik melihat dasar utama keyakinan ini adalah perkataan Yesus sendiri ketika merayakan Perjamuan Terakhir, yang tertulis dalam Injil Sinoptik (Matius 26-28; Markus 14:22-24; Lukas 22:19-20), dan perkataan Santo Paulus dalam 1 Korintus 11:23-25 menceritakan bahwa dalam konteks tersebut Yesus mengatakan tentang apa yang terlihat sebagai roti dan anggur: "Inilah tubuh-Ku ... darah-Ku." Pemahaman Katolik atas perkataan tersebut, dari para penulis Patristik dan seterusnya, telah dan sampai sekarang menekankan dasar-dasarnya dalam sejarah perjanjian yang bersumber dari Perjanjian Lama.

Injil Yohanes dalam Bab 6, Diskursus tentang Roti Hidup, menyajikan perkataan Yesus:

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia." (Yohanes 6:53-56)

Menurut Yohanes, Yesus tidak memperlunak perkataan tersebut, bahkan ketika banyak murid-Nya meninggalkan Dia (Yohanes 6:66), terguncang oleh perkataan-Nya.[5]

Santo Paulus mengimplikasikan suatu identitas antara roti dan anggur Ekaristi yang terlihat dengan tubuh dan darah Kristus ketika ia menulis: "Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (1 Korintus 10:16)", dan pada ayat yang lain: "Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan" (1 Korintus 11:27).

Selain itu, dan dengan cara yang unik, dalam satu doa yang diajarkan oleh Yesus, yaitu Doa Bapa Kami, kata sifat epiousios—yang tidak ditemukan di tempat lain dalam literatur Yunani Klasik—apabila diurai secara linguistis berarti (roti) "super-substansial" (epi-ousios, melampaui substansinya), dan ditafsirkan sebagai rujukan kepada Roti Hidup, yaitu Ekaristi.[6]

Laporan lainnya dalam Perjanjian Baru

Laporan-laporan mengenai pelayanan Ekaristi yang tercantum dalam Perjanjian Baru seringkali ditunjukkan dengan frasa "Pemecahan Roti", kendati tidak selalu demikian.[7] Setelah peristiwa Perjamuan Terakhir, contoh pertama penulisan frasa tersebut yang digunakan dengan suatu cara untuk mengenang kembali perayaan Ekaristi dapat ditemukan dalam Injil Lukas, yang mengisahkan Kristus yang telah bangkit berjalan bersama dua murid dalam perjalanan menuju Emaus (lih. Penampakan pada perjalanan ke Emaus). Murid-murid itu tidak mampu mengenali siapa Dia hingga pada saat "Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia... (Lukas 24:30-31)." Setelah peristiwa tersebut mereka kembali ke Yerusalem, kemudian "kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti (Lukas 24:35)." Frasa yang sama ini juga digunakan untuk mendeskripsikan aktvitas inti dari komunitas Kristen yang pertama: "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah (Kisah 2:42-47)."

Pratanda dalam Perjanjian Lama

Cetakan buku mazmur atau buku doa Katolik dari abad pertengahan awal berisi banyak ilustrasi yang dipasang-pasangkan, yang menggambarkan pratanda dari berbagai peristiwa Perjanjian Baru dalam Perjanjian Lama, suatu cara yang dikenal sebagai tipologi biblika. Pada zaman ketika kebanyakan umat Kristen belum terpelajar, penggambaran visual semacam itu menjadi dikenal sebagai Biblia pauperum, atau Alkitab kaum miskin. Alkitab itu sendiri utamanya sebuah buku liturgis yang digunakan saat Misa, dihias sangat indah dengan tangan ("teriluminasi"), dan biaya produksinya mahal. Kebiasan berdoa Ibadat Harian menyebar luas di antara mereka yang mampu membeli buku doa yang dibutuhkan untuk mengikuti siklus tekstual yang mencerminkan masa pastoral ibadah bait suci Yahudi.

 
Speculum Humanae Salvationis memuat ilustrasi-ilustrasi adegan terkait dari Perjanjian Lama dan Baru.

Santo Thomas Aquinas mengajarkan bahwa pratanda yang paling jelas dalam Perjanjian Lama mengenai aspek tanda dari Ekaristi adalah tindakan Melkisedek dalam Kejadian 14:18, bahwa semua pengurbanan Perjanjian Lama, terutama pada Hari Pendamaian, merupakan pratanda dari kandungan sakramen ini, yakni Kristus sendiri yang dikurbankan bagi manusia. Santo Thomas juga mengatakan bahwa manna merupakan suatu pratanda khusus dari efek sakramen ini sebagai rahmat, namun ia mengatakan kalau anak domba paskah merupakan figur luar biasa Ekaristi dalam ketiga aspek tanda, kandungan, dan efek.[8]

 
Penghormatan yang Musa tunjukkan di hadapan semak duri yang menyala di Gunung Sinai dipersamakan dengan penyembahan para Gembala dan imam yang merayakan kurban Misa.

Mengenai pratanda pertama Perjanjian Lama yang disebutkan St. Thomas, tindakan Melkisedek membawa roti dan anggur untuk Abraham, sejak zaman Klemens dari Aleksandria (ca 150 - ca 215) telah dipandang sebagai pratanda roti dan anggur yang digunakan dalam Sakramen Ekaristi,[9][10] dan karenanya "Gereja melihat dalam tindakan raja dan imam Melkisedek, yang 'membawa roti dan anggur', suatu pratanda dari persembahan Gereja sendiri" (dalam Ekaristi).[11]

Pratanda kedua yang disebutkan St. Thomas adalah dari pengurbanan-pengurbanan Perjanjian Lama, terutama pada Hari Pendamaian. Teolog-teolog lainnya juga melihat hal ini sebagai pratanda atau mengisyaratkan Ekaristi.[12] Mereka menunjukkan bahwa Yesus "sendiri berkata, saat Ia mengikat perjanjian dengan para Rasul melalui Ekaristi Ilahi selagi Perjamuan Terakhir, 'Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa'."[13]

Manna yang memberi makan bangsa Israel di padang gurun juga dipandang sebagai simbol Ekaristi.[14] Hubungan antara tanda tersebut dengan Ekaristi dipandang telah ditunjukkan dalam Yohanes 6 maupun dalam Doa Bapa Kami versi Injil Lukas. Melalui penguraian linguistis, Santo Hieronimus menerjemahkan "ἐπιούσιον" (epiousios) dalam Doa Bapa Kami sebagai "supersubstantialem" pada Injil Matius, dan karenanya Alkitab Douay-Rheims menuliskan supersubstantial bread ("roti yang melampaui substansinya"). Namun, pada Injil Lukas, ia menggunakan kata "cotidianum" ("sehari-hari"), dan diikuti oleh kebanyakan versi Alkitab berbahasa Inggris dengan menuliskan daily bread ("roti harian"). Versi Lukas ini ditafsirkan sebagai kenangan akan Keluaran 16:19-21, yang menceritakan bahwa manna dikumpulkan dalam jumlah yang cukup untuk satu hari saja.[15] Santo Ambrosius melihat pratanda Ekaristi dalam rupa manna yang disediakan sebagai makanan, dan dalam rupa air dari batu yang memberi minum kepada bangsa Israel (bdk. 1 Kor. 10:3-4).[16][17]

Ritual malam Paskah Yahudi yang dideskripsikan dalam Kitab Keluaran mengandung dua elemen fisik utama: seekor anak domba "jantan, tidak bercela," sebagai kurban dan "roti yang tidak beragi" (Keluaran 12:1-10). Selain ritual untuk malam Paskah itu sendiri, Kitab Keluaran meresepkan suatu "ketetapan untuk selamanya" terkait dengan Paskah yang dirayakan melalui "hari raya makan roti yang tidak beragi" (Keluaran 12:14-20). Kitab 1 Korintus dalam Perjanjian Baru merepresentasikan Paskah sehubungan dengan Kristus: "... Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran (1 Korintus 5:7-8)." Kristus adalah anak domba yang baru, dan Ekaristi adalah roti Paskah yang baru.[18][19]

Di antara banyak larangan dalam Hukum Perjanjian Lama yang menegaskan perjanjian tersebut, terdapat satu yang tampak nyata, yang disebut "bagian maha kudus ... dari segala korban api-apian TUHAN": suatu kurban roti yang diurapi dengan minyak. "Setiap hari Sabat [roti itu harus diatur demikian] di hadapan TUHAN; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban perjanjian untuk selama-lamanya." (Imamat 24:5-9) Sejak zaman Origenes, sejumlah teolog telah melihat "roti sajian" itu sebagai pratanda Ekaristi yang dideskripsikan dalam Lukas 22:19.[20][21][22]

Liturgi ekaristis

Litrugi ekaristis dan Misa adalah istilah-istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan Perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi Latin atau Barat dari Gereja Katolik. Istilah Misa berasal dari kata Latin Akhir missa (secara harfiah: "pembubaran", "perutusan"), sebuah kata yang digunakan sebagai rumusan penutup Misa dalam bahasa Latin: "Ite, missa est" ("Pergilah, kamu diutus").[23]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) "Paragraph 1323", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  2. ^ (Inggris) "Paragraph 1330", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  3. ^ (Inggris) "Paragraph 1418", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  4. ^ (Inggris) "The meaning of the sign demands that the material for the Eucharistic celebration truly have the appearance of food. It is therefore expedient that the Uucharistic bread, even though unleavened and baked in the traditional shape, be made in such a way that the priest at Mass with a congregation is able in practice to break it into parts for distribution to at least some of the faithful. Small hosts are, however, in no way ruled out when the number of those receiving Holy Communion or other pastoral needs require it. The action of the fraction or breaking of bread, which gave its name to the Eucharist in apostolic times, will bring out more clearly the force and importance of the sign of unity of all in the one bread, and of the sign of charity by the fact that the one bread is distributed among the brothers and sisters." General Instruction of the Roman Missal Diarsipkan July 20, 2008, di Wayback Machine., 321.
  5. ^ (Inggris) "Paragraph 1336", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  6. ^ (Inggris) "Paragraph 2837", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  7. ^ (Inggris) "Paragraph 1329", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  8. ^ (Inggris) Thomas Aquinas, Summa Theologica III, q. 73, art. 6
  9. ^ (Inggris) Horton, Fred L., The Melchizedek Tradition (Cambridge University Press 2005 ISBN 978-0-521-01871-5), p. 89
  10. ^ Crockett 1989, hlm. 75.
  11. ^ (Inggris) "Paragraph 1333", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  12. ^ (Inggris) Nash, Tom. Worthy Is the Lamb (Ignatius Press 2004 ISBN 978-0-89870-994-0), 105
  13. ^ (Inggris) Tyneh, Carl S., Orthodox Christianity (Nova Science 2002 ISBN 978-1-59033-466-9), p. 74, quoting Matthew 26:28
  14. ^ (Inggris) Arinze, Francis, Celebrating the Holy Eucharist (Ignatius Press 2006 ISBN 978-1-58617-158-2), p. 18
  15. ^ (Inggris) LaVerdiere, Eugene. The Eucharist in the New Testament and the Early Church (Liturgical Press 1996 ISBN 978-0-8146-6152-9), p. 192
  16. ^ (Inggris) O'Connor, James Thomas. The Hidden Manna (Ignatius Press 2005 ISBN 978-1-58617-076-9), pp. 37-38
  17. ^ Crockett 1989, hlm. 76.
  18. ^ (Inggris) Hahn, Scott. The Lamb's Supper. New York: Doubleday, 1999. p 14-27.
  19. ^ (Inggris) "Paragraph 1334", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  20. ^ (Inggris) Salza, John. The Biblical Basis for the Eucharist. Our Sunday Visitor Publishing Division: Huntinton Indiana. 2008. bottom of page 104 to middle of p 106.
  21. ^ (Inggris) Origen of Alexandria, On Leviticus 13. Quoted in Aquilian, Mike. The Mass of the Early Christians. Our Sunday Visitor Publishing Division: Huntington Indiana. 2007.
  22. ^ (Inggris) Aquilian, Mike. The Mass of the Early Christians. Our Sunday Visitor Publishing Division: Huntington Indiana. 2007. p25-27
  23. ^ (Inggris)   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Liturgy of the Mass". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 

Sumber kutipan

Bacaan lanjutan

  • (Inggris) Laferrière, P. M. New & Eternal Testament [i.e. the Holy Eucharist]. Trans. by Roger Capel, with a Foreword by C. C. Martindale. London: Harvill Press, 1961. N.B.: The French text, of the rev. ed. of this work, had been published in 1958.

Pranala luar

Templat:Kehadiran nyata

Templat:Misa Katolik

Templat:Sejarah Gereja Katolik