Lokomotif BB200

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia

Lokomotif BB 200 buatan pabrik General Motors Electro-Motive Division, Amerika Serikat adalah lokomotif diesel elektrik pertama dengan transmisi daya DC-DC yang sudah digunakan di Jawa sejak tahun 1957. Lokomotif ini memiliki daya mesin sebesar 950 hp dengan susunan gandar (A1A)(A1A), yakni dengan dua bogie bergandar 3, namun masing-masing hanya 2 gandar yang digerakkan oleh motor traksi. Hal ini dibuat agar tekanan tiap-tiap gandarnya rendah, dan tidak melampaui daya dukung jaringan rel Kereta ketika lokomotif melewati jaringan rel tersebut.[2]

Lokomotif BB200
Jenis dan asal
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenGeneral Motors
Electro-Motive Division, Amerika Serikat
ModelEMD G8U6[1]
Tanggal produksi1957
Data teknis
Konfigurasi:
 • AARA1A-A1A
 • UIC(A1A)(A1A)
Lebar sepur1.067 mm
Diameter rodapenggerak: 1.016 mm
idle: 889 mm
Jari-jari lengkung terkecil58,6 m
Panjang13.106 mm
Lebar2.794 mm
Tinggi3.760 mm
Kapasitas bahan bakar1.900 liter
Kapasitas pelumas500 liter
Kapasitas pendingin700 liter
Kapasitas bak pasir340 liter
MesinEMD 8 567C
Jenis mesin2 Langkah, Blower
GeneratorGM D-15E, DC-DC
Motor traksi4 unit
Tipe: GM D-19, DC-DC
Rem lokomotifRem udara tekan, dynamic brake, rem vakum, rem parkir
Performansi
Daya mesin950 hp
Karier
LokalPulau Jawa dan Sumatera Selatan
Mulai dinas1957
KeadaanTelah diafkirkan
BB 200 05 di Stasiun Lempuyangan
Berkas:Gambar teknik BB200.jpg
Gambar teknik BB 200

Lokomotif ini pernah dioperasikan oleh Daerah Operasi IV Semarang dan Divisi Regional III Sumatera Selatan dan Lampung.[2]

Sejarah

Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia dan diberi nomor seri BB200. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit BB200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di dipo Semarang Poncol, 4 unit di dipo Kertapati, 1 unit di dipo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.

Secara teknis long hood (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya lokomotif uap. BB200 pun hanya memiliki satu meja layanan masinis, dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, CC200, yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB200 ke arah long hood. Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.

Bentuk fisik lokomotif BB200 ini sama halnya dengan lokomotif EMD G8 lainnya di seluruh dunia. Anehnya, di Amerika Serikat tidak ada lokomotif EMD G8 karena dayanya kurang besar (daya rata-rata minimum lokomotif Amerika Utara yang diproduksi oleh GM-EMD adalah 2.000 hp), sedangkan lokomotif EMD G8 hanya sebesar 875 hp, karena EMD G8 memang merupakan lokomotif ekspor. Akan tetapi, meskipun dayanya relatif kecil, lokomotif ini dapat melaju hingga 110 km/jam.

Contoh kereta api yang pernah ditarik oleh BB200 antara lain, Bima, Mutiara Utara, Pandanaran, Senja Utama, dan Purbaya, serta untuk pengangkutan barang. Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB200. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini satu persatu berhenti beroperasi.

Pada bulan Juni 2006, komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), mengajukan proposal kepada PT Kereta Api (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 dipo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatera Selatan. Sementara itu, BB 200 06 tanpa mesin dan sebuah kereta penumpang dipajang di Akpol untuk sarana pendidikan dan latihan antiterorisme.[3]

Salah satu seri lokomotif ini, BB 200 08, telah direstorasi di Balai Yasa Yogyakarta untuk dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[4]

Satu-satunya BB200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di Balai Yasa Lahat.

Pada tahun 1968, sebuah lokomotif BB200 pernah mengalami kecelakaan dengan KA Bumel di Ratu Jaya, Depok, kejadian ini memakan korban sebanyak 116 jiwa.

Data teknis

  • Dimensi Lokomotif
  1. Lebar sepur: 1.067 mm
  2. Panjang body: 13.106 mm
  3. Jarak antara alat perangkai: 14.006 mm
  4. Lebar body: 2.794 mm
  5. Tinggi maksimum: 3.760 mm
  6. Jarak gandar: 3.200 mm
  7. Jarak antar pivot: 7.620 mm
  8. Diameter roda penggerak: 1.016 mm
  9. Diameter roda idle: 889 mm
  10. Tinggi alat perangkai: 760 mm
  • Berat
  1. Berat kosong: 70 ton
  2. Berat siap: 74,8 ton
  3. Berat adhesi: 49,6 ton
  • Motor Diesel
  1. Tipe: EMD 8 567C
  2. Jenis: 2 langkah, Blower
  3. Daya Mesin: 950 hp
  4. Daya ke generator/converter: 875 hp
  • Motor Traksi/Converter
  1. Jumlah motor traksi: 4 unit
  2. Tipe motor: GM D-19, DC-DC
  3. Gear ratio: -
  4. Tipe generator: GM D-15E, DC-DC
  • Performansi
  1. Kecepatan maksimum: 110 km/jam
  2. Gaya tarik maksimum (adhesi): 10416 Kgf
  3. Kecepatan minimum kontinu: 17 km/jam
  4. Jari-jari lengkung terkecil: 58,6 m
  • Kapasitas
  1. Bahan bakar: 1900 liter
  2. Minyak pelumas: 500 liter
  3. Air pendingin: 700 liter
  4. Pasir: 340 liter
  • Lain-lain
  1. Sistem rem: Rem udara tekan, dynamic brake, rem vakum, rem parkir
  2. Tipe kompresor: Gardner Denver WBO

Lihat pula

Referensi

Pranala luar