Agus Wirahadikusumah
Agus Wirahadikusumah (17 Oktober 1951 – 30 Agustus 2001) adalah perwira tinggi militer Indonesia dan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Agus Wirahadikusumah | |
---|---|
Berkas:Mayjen TNI Agus WK.jpg | |
Pangkostrad | |
Masa jabatan 29 Maret 2000 – 1 Agustus 2000 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 17 Oktober 1951 Bandung, Jawa Barat |
Meninggal | 30 Agustus 2001 Jakarta | (umur 49)
Hubungan | Umar Wirahadikusumah (paman) |
Julukan | AWK |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1973−2001 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Karier militer
Wirahadikusumah adalah lulusan akademi militer Indonesia pada tahun 1973. Ia juga belajar di Amerika Serikat, termasuk di Universitas Harvard (John F. Kennedy School of Government). Dalam tahun-tahun terakhir abad ke-20, ia menjadi Kepala Direktorat Perencanaan di Markas Angkatan Bersenjata Indonesia.
Setelah pengunduran diri Soeharto, Wirahadikusumah muncul sebagai pembaharu di jajaran angkatan bersenjata. Pada tahun 1997, ia sebagai Mayor Jenderal, ditugaskan di Markas Angkatan Bersenjata sebagai staf ahli bidang politik dan keamanan Panglima TNI.[1] Pada tahun yang sama, ia menyerukan agar militer Indonesia untuk menghentikan keterlibatan mereka dalam urusan politik dan menjadi kekuatan pertahanan profesional sebagai gantinya.
Pada Januari 1999, Mayor Jenderal Agus Wirahadikusumah, yang saat itu adalah Komandan Seskoad kemudian menjadi Asisten Perencanaan Umum Panglima TNI.
Pada tahun 2000, Presiden Gus Dur menunjuknya sebagai Pangkostrad. Ia menjabat posisi ini dari 29 Maret 2000 hingga 1 Agustus 2000. Wirahadikusumah mendukung setiap keputusan-keputusan Gus Dur, termasuk keputusan pemberhentian Jenderal Wiranto sebagai Menkopolkam. Wiranto menyebutnya sebagai "apel buruk".
Sementara Wirahadikusumah sangat populer dikalangan prajurit biasa, ia juga menciptakan musuh bagi dirinya sendiri, karena ia berusaha membersihkan Kostrad dari sejumlah dugaan kasus korupsi. Sebagai konsekuensinya, dia diberhentikan dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad pada musim panas tahun 2000. Namun, menurut Umar Wirahadikusumah, pamannya, jabatan sebagai Panglima TNI telah ditawarkan kepada Agus Wirahadikusumah pada tanggal 23 Juli 2001.
Pada 30 Agustus 2001, Wirahadikusumah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina di Jakarta Selatan pada pukul 06:19. Seorang pegawai rumah sakit menyatakan bahwa ia telah meninggal ketika ia dibawa masuk, penyebab meninggalnya tidak diketahui dan tidak ada otopsi yang dilakukan. Menurut The Jakarta Post, kemungkinan penyebab kematian adalah gagal jantung. Namun, beberapa orang menyatakan bahwa ia mungkin telah dibunuh,[2] karena sikap reformisnya untuk mengungkap skandal korupsi 189 miliar rupiah di Yayasan Dharma Putra Kostrad, sebuah organisasi amal milik militer.[3] Ia dimakamkan di TMP Kalibata pada siang harinya.[4]
Olahraga
Terlepas dari urusan militer, Wirahadikusumah juga tertarik pada olahraga dan ia adalah Wakil Ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. Dalam fungsi ini ia berperan dalam rencana tahun 1998 untuk mewujudkan pertemuan antara mantan juara bulu tangkis Indonesia (seperti Tan Joe Hok) dan penerus mereka untuk berbagi pengalaman mereka dan membuat mereka lebih siap untuk turnamen mendatang. Pada tahun 1998, ia adalah manajer dari tim Piala Thomas Indonesia yang memenangkan piala tahun itu. Wirahadikusumah dianugerahi Medali Satyalancana Kebudayaan untuk prestasi ini oleh Presiden, B.J. Habibie pada 9 September 1998.
Keluarga
Agus Wirahadikusumah adalah keponakan Umar Wirahadikusumah, mantan Wakil Presiden Indonesia dan juga mantan Panglima Kostrad. Agus Wirahadikusumah menikah dengan Tri Rachmaningish. Mereka memiliki dua anak: seorang putra, Yunan Mahastra Satria (lahir 22 Juni 1977) dan seorang putri, Diyah Gustinar Safitri (lahir 14 Juli 1975).
Catatan
Referensi
- "Vocal Reformist Indonesian General Dies", AFP, 30 Agustus 2001
- "An officer and a reformer", The Australian, 13 September 2001
- "Outspoken army general dies of heart failure", The Jakarta Post, 31 Agustus 2001
- "Outspoken Indonesian military reformer dies, age 49", Associated Press, Chris Brummit, 30 Agustus 2001
- "Badminton body asks advice from former champions", The Jakarta Post, 18 Maret 1998
- "Indonesian Thomas Cup Team wins 1st place in Group", Antara, 20 Mei 1998
- "Govt honors Thomas Cup team", The Jakarta Post, 10 September 1998
- "Sugiono gets promotion in major reshuffle", The Jakarta Post, 5 Januari 1999
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Djaja Suparman |
Pangkostrad 29 Maret 2000 − 1 Agustus 2000 |
Diteruskan oleh: Ryamizard Ryacudu |
Didahului oleh: Suaidi Marasabessy |
Pangdam VII/Wirabuana 1999−2000 |
Diteruskan oleh: Slamet Kirbiantoro |