Banta Berensyah

Revisi sejak 17 Agustus 2017 17.11 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Banta Berensyah adalah cerita rakyat yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam.[1][2][3][4][5] Cerita ini merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia.[3] Banta Berensyah adalah nama anak laki-laki yang merantau untuk memenangkan sayembara.[1] Ia mencoba peruntungan untuk bisa menikahi Putri Terus Mata.[3]

Cerita

Di sebuah kampung terpencil di Nanggroe Aceh Darussalam, hiduplah seorang janda tua bersama dengan anak lelakinya.[3] Anak lelaki itu bernama Banta Berensyah.[3] Keduanya hidup bersama-sama dalam sebuah gubuk kecil yang sederhana.[3] Gubuk itu terbuat dari bambu dengan ilalang sebagai atapnya.[3] Sehari-hari Banta membantu ibunya bekerja.[3] Ibu Banta bekerja menampi sekam, sedangkan Banta mengumpulkan sekam yang belum di tampi di ladang.[3] Dengan cara inilah, mereka dapat bertahan hidup.[3] Sebenarnya, mereka masih mempunyai anggota keluar lain di kampung itu yaitu saudara dari ibu Banta yaitu Jakub.[3] Jakub adalah seorang saudagar kaya yang terkenal kikir dan pelit di kampung itu.[3] Maka, tidak heran apabila kekayaannya tidak dibagi kepada Bantang dan ibunya.[3] Suatu hari Bantang dan ibunya mendengar kabar bahwa raja mengadakan sayembara.[1] Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita yang bernama Putri Terus Mata.[1] Sang putri menginginkan baju yang terbuat dari emas dan suasa (campuran dari emas dan tembaga).[1] Sang raja pun mengumumkan bahwa pemenang dari sayembara tersebut akan dinikahkan dengan Putri Terus Mata.[1] Banta pun mencoba peruntungannya dengan pergi mencari baju yang diinginkan oleh sang putri.[1] Banta pun pamit kepada ibunya dan ibunya memberikan bekal daun talas dan suling milik Banta.[1] Kebetulan Jakub pun akan berlayar sehingga Banta menumpang di kapal milik pamanya.[1] Di tengah perjalanan, Jakub mengatakan pada Banta bahwa tujuannya berbeda dengan Banta.[3] Jakub hendak menuju ke utara sedangkan Banta menuju ke barat.[3] Banta menggunakan daun talas yang diberikan ibunya untuk melanjutkan perjalanan.[3] Daun talas itu rupanya kuat menahan tubuh Banta hingga ia sampai di tujuan.[3] Sesampainya di tempat yang ia tuju, Banta bergegas mencari tukang-tukang tenun yang memiliki kain berbahan emas dan suasa.[3] Rupanya kain itu bukanlah kain yang mudah ditemukan.[3] Banta harus mencari sampai tujuh tukang tenun baru ia menemukan kain yang diinginkan oleh Putri Terus Mata.[3] Banta sangat senang karena setelah mencari ke beberapa tukang tenun akhirnya ia menemukan juga kain itu.[3] Banta sadar bahwa ia tidak mempunyai uang untuk membayar kain itu.[3] Oleh karena itu, ia membayar kain itu dengan memainkan lagu bagi tukang tenun.[3] Rupanya tukang tenun itu setuju mendengarkan lagu yang dimainkan Banta dengan menggunakan seruling.[3] Setelah selesai bermain lagu, Banta pun berterima kasih kepada tukang tenun tersebut dan ia berangkat pulang.[3] Kain itu ia masukkan ke dalam seruling yang ia bawa.[3] Dalam perjalanannya, Banta bertemu dengan kapal Jakub.[3] Jakub mengundang Banta untuk naik ke kapalnya.[3] Tanpa diduga, Jakub merampas seruling banta dan kemudian mematahkan seruling tersebut.[3] Jakub kemudian menemukan kain berbahan emas dan suasa itu.[3] Jakub kemudian membuang Banta dari kapalnya dan meninggalkan Banta di tengah laut.[3] Untungnya Banta ditemukan oleh sepasang suami istri yang sedang berlayar mencari lokan (sejenis kerang raksasa yang dapat dimakan).[3] Pasangan suami istri ini sangat senang menemukan Banta karena mereka tidak mempunyai anak.[3] Banta dirawat untuk beberapa hari di rumah mereka.[3] Setelah keadaan Banta membaik, ia pun pamit.[3] Pasangan suami istri itu merasa sedih, tetapi mereka mengizinkan Banta pergi dengan memberikan bekal untuk perjalanan Banta.[3] Sesampainya di kampung, Banta menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kepada ibunya.[3] Rupanya ibu Banta sudah mendengar tentang Jakub dan kain berbahan emas dan suasa.[3] Ibu Banta tidak menyangka bahwa Jakub akan berbuat jahat kepada Banta.[3] Kabar tentang pernikahan Jakub dan Putri Terus Mata pun terdengar.[3] Banta pun pamit kepada ibunya dan bergegas ke acara pernikahan itu.[3] Ketika Banta tiba, acara pernikahan akan dimulai.[3] Tiba-tiba di tengah acara pernikahan tersebut, seekor burung Elang masuk dan terbang mengitari gedung tersebut.[3] Burung tersebut mengeluarkan suara dan mengatakan bahwa kain berbahan emas dan suasa yang ada pada Jakub adalah milik Banta.[3] Awalnya tidak ada yang mendengar burung tersebut, tetapi burung elang tersebut terbang rendah hingga suaranya mampu didengar oleh semua orang dalam ruangan itu termasuk raja dan Putri Terus Mata.[3] Jakub yang mulai panik kemudian berusaha melarikan diri melalui jendela, tetapi kakinya tersandung sehingga ia jatuh dari jendela dan tewas.[1] Raja pun bertanya kepada Banta tentang kain berbahan emas dan suasa.[1] Banta menceritakan kejadian yang ia alami dan bagaimana sampai kain tersebut berada di tangan Jakub.[1] Akhirnya, raja menikahkan Banta dengan Putri Terus Mata.[1] Banta pun menjadi penerus kerajaan.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Sheina Ananda. 2013. Rangkuman 100 cerita rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jakarta:Anakkita. Hlm 4.
  2. ^ Dea rose. 2007. Cerita Rakyat 33 Provinsi dari Aceh Sampai Papua. Yogyakarta:IndonesiaTera. Hlm 4.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at Lesek Keti Ara. 1995. Cerita Rakyat dari Aceh: Volume 1.Jakarta:Grasindo. Hlm 47.
  4. ^ Tim Optima Pictures. 2009. 101 Cerita Nusantara. Malang:Kawan Pustaka.
  5. ^ Marina Asril Reza. 2010. 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara.Jakarta:Visimedia.