Daftar Bupati Sukapura

artikel daftar Wikimedia

Daftar berikut merupakan para Bupati Sukapura dari dinasti Wiradadaha dan keturunannya.

  1. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I dipanggil Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1641-1674).
  2. Raden Djajamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha II dipanggil Dalem Tamela, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1674).
  3. Raden Anggadipa I, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III dipanggil Dalem Sawidak, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1674-1723).
  4. Raden Subamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV dipanggil Dalem Pamijahan, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1723-1745).
  5. Raden Secapati, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha V dipanggil Dalem Srilangka, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1745-1747).
  6. Raden Jaya Anggadireja, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VI dipanggil Dalem Siwarak, (1747-1765), berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja.
  7. Raden Djayamanggala II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII dipanggil Dalem Pasirtando, (1765-1807), berkedudukan di Empang, Sukaraja.
  8. Raden Anggadipa II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII dipanggil Dalem Sepuh, (1807-1837), berkedudukan di Manonjaya.
  9. Raden Tumenggung Danudiningrat, (1837-1844), berkedudukan di Manonjaya.
  10. Raden Tumenggung Wiratanubaya, dipanggil Dalem Sumeren, (1844-1855), berkedudukan di Manonjaya.
  11. Raden Tumenggung Wiraadegdana, dipanggil Dalem Bogor, (1855-1875), berkedudukan di Manonjaya.
  12. Raden Tumenggung Wirahadiningrat, dipanggil Dalem Bintang, (1875-1901), berkedudukan di Manonjaya.
  13. Raden Tumenggung Prawirahadingrat, (1901-1908), berkedudukan di Tasikmalaya.
  14. Raden Tumenggung Wiratanuningrat, (1908-1937), berkedudukan di Tasikmalaya, pada masa pemerintahan ini tepatnya 1 Januari 1913 Kabupaten Sukapura diganti nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya.

Riwayat

Para Bupati Sukapura (Tasikmalaya), Gelar Bangsawan, Gelar Bupati, Panggilan Masyarakat, Pusat Pemerintahan dan Tahun Pemerintahan.

Pangeran Kusuma Diningrat merupakan leluhur Sukapura yang berasal dari kerajaan Pajang. Dia merupakan salah satu pewaris tahta kerajaan pada waktu itu. Oleh karena itu sewaktu terjadi perang saudara antara Pajang dan Mataram, karena Pangeran Kusumah Diningrat belum dewasa, dia di titipkan pada Sultan Demak. Sambil menunggu peperangan selesai, Pangeran Kusumah Diningrat mengembara mencari ilmu, dan sampailah di tanah Sunda.Tepatnya di Kampung Padarek, Kecamatan Cigalontang. Dia mendapat julukan 'Pangeran Dago Jawa'.

Nasab pangeran kusumah diningrat secara lengkap adalah Pangeran Kusumah Diningrat bin Sayyid Abdul Halim / Pangeran Benawa / Sayyid Abdurrahman / Jaka Tingkir bin Sayyid Shihabudin / Ki Ageng Pengging bin Sayyid Muhammad Kebungsuan / Handayaningrat (Kesultanan Kelantan) Bin Sayyidina Jamaludin Khusen Bin Sayyidina Ahmad Syah Jalal Bin Abdulloh Khon Bin Sayyidina Abdul Malik Azmatkhan. Adanya garis silsilah ini merupakan suatu bukti bahwa Keluarga Sukapura merupakan Ahlul Bait Rosululloh dengan Fam Azmatkhan, karena berasal dari keturunan ABdul Malik Azmatkhan

Silsilah Jaka Tingkir:

Jaka Tingkir adalah putera Kebo Kenanga dan cucu Adipati Andayaningrat. Manakala Adipati Andayaningrat juga di kenali dengan Syarief Muhammad Kebungsuan.

 
Andayaningrat/Syarief Muhammad Kebungsuan/Ki Ageng Wuking I 
 
 
 
Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kebo Kenanga
 
 
 
Nyi Ageng Pengging)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mas Karebet/Joko Tingkir (Hadiwijaya Raja Pajang)
 
 
 
 

 

Nasab Adipati Andayaningrat/ Syarief Muhammad

Nabi Muhammad SAWSayyidah Fathimah Az-ZahraAl-Imam Sayyidina HussainAl-Imam ‘Ali Zainal ‘AbidinAl-Imam Muhammad Al BaqirAl-Imam Ja’far As-ShodiqAl-Imam Al-Imam Ali Uradhi → Al-Imam Muhammad An-Naqib → Al-Imam ‘Isa Naqib Ar-Rumi → Al-Imam Ahmad al-Muhajir → Al-Imam ‘Ubaidillah → Al-Imam Alawi Awwal → Al-Imam Muhammad Sohibus Saumi’ah → Al-Imam Alawi Ats-Tsani → Al-Imam Ali Kholi’ Qosim → Al-Imam Muhammad Sohib Mirbath → Al-Imam 'Alawi Ammil Faqih → Al-Imam Abdul Malik Azmatkhan → Sayyid Abdullah Azmatkhan → As-Sayyid Ahmad Shah Jalal → As-Sayyid Asy-Syaikh Jumadil Kubro al-Husaini → Syarief Muhammad Kebungsuan → Kebo KenangaJoko TingkirPangeran Benawa → Pangeran Radin → P. Haryo Wiromenggolo → P. Adipati Wiromenggolo → P.H. Danupaya → K.R.T Padmonegoro →YosodipuroYosodipuro IIRonggowarsito


Pangeran Kusumah Diningrat menikah dengan Rd. Ayu Sudarsah. Putera Pangeran Rangga Gempol (Cucu Pangeran Geusan Ulun dari Sumedang). Dia menurunkan putera 5 orang antara lain : 1. Seureupeun Manangel 2. Seureupeun Cibeuli 3. Seureupeun Cihaurbeuti 4. Seureupeun Dawagung 5. Seureupeun Cibuniagung (yang menurunkan Sukapura). Seureupeun Cibuniagung berputera : 1. Rd. Wirahadiningrat (Entol Wiraha) 2. Nyi Ageng Rd. Wirahadiningrat menikah dengan putera dalem Sukakerta, bernama Brajayuda, Keturunan dari Srigading Anteg (terah galunggung). Dia mempunyai putera lima orang, antara lain: Rd. Wirawangsa, dari dia lah dimulai masa pemerintahan bupati sukapura.


Silsilah para Bupati Sukapura dari Nasab Adipati Unus:

Nasab para Bupati Sukapura juga diriwayatkan berasal dari Demak yaitu keturunan Adipati Unus . Dalam tradisi Jawa, Pati Unus atau Adipati Unus atau Yat Sun(1480?–1521) adalah raja Demak kedua, yang memerintah dari tahun 1518 hingga 1521. Ia adalah anak sulung atau menantu Raden Patah, pendiri Demak. Pada tahun 1521.

Pati Unus
Lahir  Jepara (Majapahit)
Meninggal  Demak (Demak Bintoro)
Tempat tinggalDemak, Jawa Tengah
Nama lainYat Sun
Adipati Unus
PekerjaanRaja Kerajaan Demak
Dikenal atasRaja Kerajaan Demak
AnakRaden Aryawangsa
Raden Suryadiwangsa

Dalam tradisi Jawa, Pati Unus atau Adipati Unus atau Yat Sun(1480?–1521) adalah raja Demak kedua, yang memerintah dari tahun 1518 hingga 1521. Ia adalah anak sulung/menantu Raden Patah, pendiri Demak. Pada tahun 1521, Pati Unus memimpin penyerbuan ke Malaka melawan pendudukan Portugis. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan digantikan oleh adik kandungnya, raja Trenggana.[1]

Pati Unus dikenal juga dengan julukan Pangeran Sabrang Lor (sabrang=menyeberang, lor=utara), karena pernah menyeberangi Laut Jawa menuju Malaka untuk melawan Portugis.

Nama aslinya adalah Raden Surya. Dalam Hikayat Banjar, raja Demak yaitu Sultan Surya Alam telah membantu Pangeran Samudera, penguasa Banjarmasin untuk mengalahkan pamannya penguasa kerajaan Negara Daha yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan.

Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebut seorang bernama "Pate Onus" atau "Pate Unus", ipar Pate Rodim, "penguasa Demak". Mengikuti pakar Belanda Pigeaud dan De Graaf, sejarahwan Australia M. C. Ricklefs menulis bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po. Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang dijuluki "Pate Rodim", mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putera atau adik Rodim dikenal dengan nama Trenggana (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), pembangun keunggulan Demak atas Jawa.

Kenyataan tokoh Pati Unus berbenturan dengan tokoh Trenggana, raja Demak ketiga, yang memerintah tahun 1505-1518, kemudian tahun 1521-1546.

Dalam catatan Silsilah Walisongo lan Babad Demak Bintoro di Makhtab Walisongo, Demak, Jawa Tengah disebutkan, bahwa silsilah nasab Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Unus, atau Kanjeng Gusti Pangeran Mas Maulana Abdul Qadir Al Idrus Bin Kanjeng Gusti Pangeran Mas Muhammad Yunus Al Idrus dari Garis Nasab Bapak bertaut dengan Trah Keturunan Kanjeng Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam, sebagai berikut :

1]Kanjeng Sayyidina Maulana Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam

2]Kanjeng Sayyidatun Nissa Siti Fatimah Az-Zahro Binti Muhammad Binti Muhammad, menikah dengan Kanjeng Sayyidina Al Imam Ali Murtadho Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah Radhiyallahu ‘Anhu, berketurunan :

3]Kanjeng Sayyidina Al Imam Hussain Radhiyallahu ‘Anhu

4]Kanjeng Sayyidina Al Imam Ali Zainal Abidin Radhiyallahu ‘Anhu

5]Kanjeng Sayyidina Al Imam Muhammad Al Baqir Radhiyallahu ‘Anhu

6]Kanjeng Sayyidina Al Imam Ja’far Ash-Shoddiq Radhiyallahu ‘Anhu

7]Kanjeng Sayyidina Al Imam Ali Al ‘Uraidhi

8]Kanjeng Sayyidina Al Imam Muhammad An Naquib

9]Kanjeng Syaikhuna Al Imam Isa Al Rumi

10]Kanjeng Syaikhuna Al Imam Ahmad Al Muhajir

11]Kanjeng Syaikhuna Al Imam Abdullah Ubaidillah

12]Kanjeng Syaikhuna Maulana Alawi

13]Kanjeng Syaikhuna Maulana Muhammad

14]Kanjeng Syaikhuna Maulana Alawi

15]Kanjeng Syaikhuna Maulana Ali Khali’ Qasam

16]Kanjeng Syaikhuna Maulana Muhammad Shohib Mirbath

17]Kanjeng Syaikhuna Maulana Ali

18]Kanjeng Syaikhul Akbar Maulana Muhammad Al Faqih Al Muqaddam Ing Hadral Mawt

19]Kanjeng Syaikhuna Maulana Yusuf Al Mukhrowi Ing Parsi

20]Kanjeng Syaikhuna Maulana Abdul Wahhab Ing Makkah

21]Kanjeng Syaikhuna Maulana Muhammad Akbar Al-Anshori Ing Madina

22]Kanjeng Syaikhuna Abdul Muhyi Al Khayri Ing Palistani

23]Kanjeng Syaikhuna Maulana Muhammad Al Alsiy Ing Parsi

24]Kanjeng Syaikhuna Maulana Abdul Khaliqul Idrus Al Farsi ing Japara [1400]

25]Kanjeng Gusti Pangeran Mas Muhammad Yunus Al Idrus ing Japara

26]Kanjeng Adipati Ibnu Yunus Sabrang Lor Maulana Abdul Qadir Al Idrus


RIWAYAT PATI UNUS DARI JEPARA SAMPAI SUKAPURA:

Kiprah Putra Pati Unus di Banten

Sebagian riwayat turun temurun menyebutkan Pangeran Yunus (Raden Abdullah putra Pati Unus) ini kemudian dinikahkan oleh Mawlana Hasanuddin dengan putri yang ke III, Fatimah. Tidak mengherankan, karena Kesultanan Demak telah lama mengikat kekerabatan dengan Kesultanan Banten dan Cirebon. Selanjutnya Pangeran Yunus (Raden Abdullah bin Pati Unus) banyak berperan dalam pemerintahan Sultan Banten ke II Mawlana Yusuf (adik iparnya) sebagai penasehat resmi Kesultanan . Dari titik ini keturunannya selalu mendapat pos Penasehat Kesultanan Banten , seperti seorang putranya Raden Aryawangsa yang menjadi Penasehat bagi Sultan Banten ke III Mawlana Muhammad dan Sultan Banten ke IV Mawlana Abdul Qadir.

Ketika penaklukan Kota Pakuan terakhir 1579, Raden Aryawangsa yang masih menjadi Panglima dalam pemerintahan Sultan Banten ke II Mawlana Yusuf (yang juga pamannya sendiri karena ibunya adalah kakak dari Mawlana Yusuf yang dinikahi Raden Abdullah putra Pati Unus) mempunyai jasa besar, sehingga diberikan wilayah kekuasaan Pakuan dan bermukim hingga wafat di desa Lengkong (sekarang dekat Serpong). Raden Aryawangsa menikahi seorang putri Istana Pakuan dan keturunannya menjadi Adipati Pakuan dengan gelar Sultan Muhammad Wangsa yang secara budaya menjadi panutan wilayah Pakuan yang telah masuk Islam (Bogor dan sekitarnya), tetapi tetap tunduk di bawah hukum Kesultanan Banten.

Seperti yang disebut di atas, Raden Aryawangsa kemudian lebih banyak berperan di Kesultanan Banten sebagai Penasehat Sultan, setelah ia wafat kiprah keluarga Pati Unus kemudian diteruskan oleh putra dan cucunya para Sultan Pakuan Islam hingga Belanda menghancurkan keraton Surosoan pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1683), dan membuat keraton Pakuan Islam, sebagai cabang dari Keraton Banten, ikut lenyap dari percaturan politik dengan Sultan yang terakhir Sultan Muhammad Wangsa II bin Sultan Muhammad Wangsa I bin Raden Aryawangsa bin Raden Abdullah bin Pangeran Sabrang Lor bin Raden Muhammad Yunus Jepara ikut menyingkir ke pedalaman Bogor sekitar Ciampea.

Kiprah Putera Pati Unus di wilayah Galuh (Priangan Timur) yang merupakan rujukan nasab dari para Bupati Sukaupura

Selain Raden Aryawangsa, Raden Abdullah putra Pati Unus juga memiliki anak lelaki lainnya yaitu yang dikenal sebagai Raden Suryadiwangsa yang belakangan lebih dikenal dengan gelar Raden Suryadiningrat yang diberikan Panembahan Senopati ketika Kerajaan Mataram Islam resmi menguasai Priangan Timur pada tahun 1595.

Kehadiran putra Pati Unus di wilayah Priangan Timur ini tidak terlepas dari kerjasama dakwah antara Kesultanan Banten dan Cirebon dalam usaha meng islam kan sisa-sisa kerajaan Galuh di wilayah Ciamis hingga Sukapura (sekarang Tasikmalaya).

Raden Suryadiwangsa dikirim ayahnya, Raden Abdullah putra Pati Unus yang telah menjadi Penasehat Kesultanan Banten untuk membantu laskar Islam Cirebon dalam usaha peng Islaman Priangan Timur. Raden Suryadiwangsa memimpin dakwah (karena hampir tanpa pertempuran) hingga mencapai daerah Sukapura dibantu keturunan tentara Malaka yang hijrah ketika Pati Unus gagal merebut kembali Malaka dari penjajah Portugis. Beristirahatlah mereka di suatu tempat dan dinamakan Tasikmalaya yang berarti danaunya orang Malaya (Melayu) karena di dalam pasukannya banyak terdapat keturunan Melayu Malaka.

Raden Suryadiwangsa pada tahun 1580 ini di angkat oleh Sultan Cirebon II Pangeran Arya Kemuning atau dipanggil juga Pangeran Kuningan (putra angkat Sunan Gunung Jati, karena putra kandung Pangeran Muhammad Arifin telah wafat) sebagai Adipati Galuh Islam. Akan tetapi seiring dengan makin melemahnya kesultanan Cirebon sejak wafatnya Sunan Gunung Jati pada tahun 1579, maka wilayah Galuh Islam berganti-ganti kiblat Kesultanan. Pada saat 1585-1595 wilayah Sumedang maju pesat dengan Prabu Geusan Ulun memaklumkan diri jadi Raja memisahkan diri dari Kesultanan Cirebon. Sehingga seluruh wilyah Priangan taklukan Cirebon termasuk Galuh Islam bergabung ke dalam Kesultanan Sumedang Larang. Inilah zaman keemasan Sumedang yang masih sering di dengungkan oleh keturunan Prabu Geusan Ulun dari dinasti Kusumahdinata.

Sekitar tahun 1595 Panembahan Senopati dari Mataram mengirim expedisi hingga Priangan, Sumedang yang telah lemah sepeninggal Prabu Geusan Ulun kehilangan banyak wilayah termasuk Galuh Islam. Maka Kadipaten Galuh Islam yang meliputi wilayah Ciamis hingga Sukapura jatuh ke tangan Panembahan Senopati. Raden Suryadiwangsa cucu Pati Unus segera diangkat Panembahan Senopati sebagai penasehatnya untuk perluasan wilayah Priangan dan diberi gelar baru Raden Suryadiningrat.

Di sekitar tahun 1620 salah seorang putra Raden Suryadiwangsa alias Raden Suryadiningrat menjadi kepala daerah Sukapura beribukota di Sukakerta bernama Raden Wirawangsa setelah menikah dengan putri bangsawan setempat. Raden Wirawangsa kelak pada tahun 1635 resmi menjadi Bupati Sukapura diangkat oleh Sultan Agung Mataram karena berjasa memadamkan pemberontakan Dipati Ukur. Raden Wirawangsa diberi gelar Tumenggung Wiradadaha I yang menjadi cikal bakal dinasti Wiradadaha di Sukapura (Tasikmalaya). Gelar Wiradadaha mencapai yang ke VIII dan dimasa ini dipindahkanlah ibukota Sukapura ke Manonjaya. Bupati Sukapura terakhir berkedudukan di Manonjaya adalah Raden Tumenggung Wirahadiningrat memerintah 1875-1901. Setelah ia pensiun maka ibukota Sukapura resmi pindah ke kota Tasikmalaya.



Sumber


  • Dalam catatan Silsilah Walisongo lan Babad Demak Bintoro di Makhtab Walisongo, Demak, Jawa Tengah
  • "Nasab silsilah Kesultanan Banten
  • Nasab silsilah Kesultanan Cirebon
  • Nasab silsilah Kesultanan Demak
  • Sejarah kota-kota lama Jawa Barat
  • Negarakerthabumi Parwa I Sargha II
  • Berita-berita sumber Eropa abad ke-15 dan k"-16 : Barros, Hendrik de Lame
  • van Naerssen, Frits Herman, R. C. de Iongh, The economic and administrative history of early Indonesia, Brill, 1977
  • Pires, Tomé, Suma Oriental
  • Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
  1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 68. ISBN 9798451163. ISBN 978-979-8451-16-4