Lydia Freyani Hawadi

psikolog dan guru besar asal Indonesia
Revisi sejak 13 September 2017 06.43 oleh Deni Kurniawan As'ari (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox Officeholder | name = Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog | image = Reni.jpg | imagesize = | office = Daftar Dirjen PLS/PNF/PN...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog atau yang lebih dikenal dengan nama Reni Akbar-Hawadi (lahir 22 Maret 1957), adalah seorang psikolog, dan guru besar[1] Ilmu Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) sekaligus menjabat Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi periode 2016-2020. Sebelumnya ia dipercaya menjadi Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal, dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional RI periode 2012-2014. [2][3]

Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog
[[Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal]] 8
Masa jabatan
2012 – 2014
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Informasi pribadi
Lahir(1957-03-22)22 Maret 1957
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikIndependen
Suami/istriDrs. H. Zulkifli Akbar, Psi., M.Si
AnakAidil Rizali Akbar, S.Hum.
Puti Ceniza Sapphira Akbar, S.Si., MSi.
Ardha Renzulli Akbar, S.Sos.,MSi.
Poeti Nazura Gulfira Akbar,S.Si.,MSc.,Ph.D.
Ali Araafi Akbar, S.Psi.
Poeti Gladyzka Emiria Akbar
Orang tua
  • R. Doelli Hawadi
  • Poeti Dalima Iskandar
Tempat tinggalJakarta
AlmamaterUniversitas Indonesia
PekerjaanDosen
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Keluarga

Berkas:Keluarga Prof. Reni.jpg
Prof. Reni Akbar-Hawadi bersama keluarga

Ia menikah dengan Drs. H. Zulkifli Akbar, Psi., M.Si. pada 29 Agustus 1982. Idjul Akbar sapaannya adalah anak keenam dari delapan bersaudara Dr. H. Ali Akbar, salah seorang pendiri YARSI atau sekarang dikenal dengan Universitas YARSI. Mereka dikaruniai 6 (enam) anak, masing-masing: Aidil Rizali Akbar, S.Hum. (UI)., Puti Ceniza Sapphira Akbar, S.Si. (ITB)., MSi. (UI)., Ardha Renzulli Akbar, S.Sos. (UI)., MSi. (UI)., Poeti Nazura Gulfira Akbar,S.Si. (ITB)., MSc. (BU, UK)., PhD Candidate (EUR, Netherland)., Ali Araafi Akbar, Psi. (UGM)., dan Poeti Gladyzka Emiria Akbar (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FISIP UI). Ayahnya bernama R. Doelli Hawadi (wafat 1974), seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI-AD berpangkat Kolonel berdinas di Komando Strategis Nasional (Kostranas) sebelum akhirnya dikaryakan di PT Tri Usaha Bakti (Truba) dan menjadi Chief Advisor Indonesia Chamber of Commerce di Taipei, Taiwan. Ibu Prof. Reni bernama Poeti Dalima Iskandar (wafat 2013), dan merupakan cucu dari Tuanku Maharajo Basa Marah Oejoeb Regent Padang yang ke VII sebagai Regent terakhir Kota Padang Tahun 1863.

Pendidikan

Reni Akbar-Hawadi menamatkan pendidikan dari SMA Santa Ursula Jakarta pada 1975. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI) dengan meraih sarjana psikologi pada 1981. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Indonesia (UI) dengan konsentrasi psikologi dan lulus pada 1989. Terakhir ia meraih gelar Doktor dari kampus yang sama Universitas Indonesia (UI) pada 1993. Motivasinya yang kuat untuk terus meningkatkan wawasannya, Prof. Reni mengikuti pendidikan S2 pada program Manajemen di Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) (2013).

Selain pendidikan formal, ia juga aktif mengikuti berbagai pendidikan, pelatihan, penataran, dan kursus tambahan untuk memperluas dan memperkaya pengetahuan, relasi, dan pemikirannya. Ia pernah mengikuti Conference Institute Confratute Enrichment Programme, University of Connecticut, Storr, Connecticut, USA (1994) dan Gifted and Talented Education Course (1992) di Department of Educational Studies, Purdue University.

Pekerjaan dan karir

Organisasi

Penelitian

  • Evaluasi Kebijakan Layanan CIBI : Gambaran Layanan Pendidikan Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa SMA di Indonesia, Peran Keterampilan Sosial Emosi Siswa Berbakat, Stigma Keberbakatan, dan Intervensi terhadap Siswa Berbakat Atlit Underachiever, 2017;
  • Evaluasi Program Akselerasi : Studi Komparatif Alumni Program Akselerasi dan Program Reguler Dalam Nilai Kebangsaan dan Perilaku Inovatif, 2016;
  • Sikap Santri terhadap Faktor-Faktor yang mempengaruhi Radikalisme dan Upaya Pemerintah dalam Penanggulangan Radikalisme di Lingkungan Pesantren, 2015.

Publikasi

  • Reni Akbar-Hawadi. 2008. Green Psychology Bagi Generasi Masa Depan Indonesia melalui Pendidikan Karakter Dalam buku Refleksi Karakter Bangsa. Zulkifli Akbar (ed.). Jakarta : FKAI bekerjasama dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi. 2007. Mengidentifikasi Minat dan Bakat Anak Sejak Dini. Dalam buku Masa Depan Anak Masa Depan Bangsa. Zulkifli Akbar (ed.). Jakarta : Jangka Indonesia Press dan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi., Setyowati, I.A., Khairunnisa.. 2006. Bekerjasama. Aktivitas untuk Mendorong Anak Suka Bekerjasama. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada;
  • Reni Akbar-Hawadi. 2004. Akselerasi. A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Metode Non-Tes. Dengan Pendekatan Konsep Keberbakatan Renzulli. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi., Wihardjo, S. D., Wiyono, M. 2001. Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi., Wihardjo, S. D., Wiyono, M. 2001. Kreativitas. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia;
  • Reni Akbar-Hawadi., Wihardjo, S. D., Wiyono, M. 2001. Keberbakatan Intelektual. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Pertemuan ilmiah regional dan internasional

  • 2nd Regional Consultative Meeting ASEAN Civil Society Conference/ASEAN Peoples’s Forum di Vientienne, Laos, 2016;
  • 18th ACWO Board Meeting, di Bangkok, Thailand, 2016;
  • Asia-Pacific Regional Policy Forum on Early Childhood Care and Education di Bangkok, Thailand, 2013;
  • Peserta Regional ECCE Policy Forum di Seoul, South Korea, 2013;
  • Peserta Regional ECCE Policy Meeting di Manila, Philippines, 2013;
  • European Council for Higher Ability (ECHA), Pamplona, Spain, 2006;
  • Peserta Konferensi International Council of Psychologist (ICP), Singapore, 2002;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan European Council for Higher Ability (ECHA), Rodos, Greece, 2002;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 14th World Conference on the Gifted and Talented Children, Barcelona, Spain, 2001;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 6th Asia Pacific Conference on Gifted and Talented, [[Beijing], China,2000;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 13th World Conference on the Gifted and Talented Children, Istanbul, Turki, 1999;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 5th Asia Pacific Conference on Gifted and Talented, New Delhi, India,1998;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 4th Asia Pacific Conference on Gifted and Talented, Jakarta, Indonesia, 1996;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 11th World Conference on the Gifted and Talented Children, Hongkong,1995;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 3th Asia Pacific Conference on Gifted and Talented, Seoul, Korea, 1994;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 10th World Conference on the Gifted and Talented Children, Toronto, Canada, 1993;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan 2nd Asia Pacific Conference on Gifted and Talented, Taipei, Taiwan, 1992;
  • Anggota Delegasi Indonesia untuk pertemuan Ninth World Conference on the Gifted and Talented Children, The Hague, Netherland, 1991;
  • Pembicara Saikologi Rumah tangga, pada Jabatan Hal Ehwal Syara’iah Kementerian Hal Ehwal Ugama. Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 1989;
  • Partisipan Regional Workshop on the Role of Youth in the Promotion of Participatory Development. Penyelenggara UNDP, Kuala Lumpur, 1989;
  • Program Persahabatan Abad Ke-21 Indonesia-Jepang yang disebut Nakasone Program, kategori Youth Leader, 1988;
  • Peserta Konferensi International Council of Psychologist, Jakarta, 1988;
  • Peserta 2nd Asian Workshop on Child and Adolescent, Bangkok, 1982.

Penghargaan

Percik Pemikiran

Pamong belajar

Ketika menjabat Dijen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), ia prihatin atas tunjangan fungsional pamong belajar yang saat itu belum sesuai dengan yang diharapkan. Jumlah pamong belajar juga dinilainya belum maksimal. “Jumlah pamong belajar yang ada sejumlah 3.476 orang. Sementara idealnya berdasarkan koridor MP3EI berjumlah 10.127 orang,” tuturnya. Ia berharap tunjangan fungsional pamong belajar sama dengan tunjangan guru pada pendidikan formal. [9] Menurutnya kalau berpikir konsisten maka Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen harus lihat dalam kerangka yang luas. “Pamong belajar notabene adalah guru juga sehingga harus masuk dalam kategori yang disebutkan dalam Undang-undang tersebut diatas,” tegasnya. Pandangannya disampaikan dalam satu kesempatan rapat dengan agenda Revisi UU RI No 14 Tahun 2005, yang dipimpin oleh Prof. Dr. Syawal Gultom sebagai Kepala Badan Pembinaan SDM Kemdikbud saat itu. Intinya ia mengharapkan agar Pamong Belajar nasibnya diperhatikan dan meminta agar persoalan itu dimasukkan jika UU tersebut akan direvisi.

Prof. Reny berpandangan Pendidikan Non Formal-Informal keberadaannya sama pentingnya dengan Pendidikan Formal. Konsekuensinya jumlah Pamong Belajar yang semakin sedikit dan kurang peminatnya harus ditambah dan ditingkatkan kualitasnya agar keberadaaan mereka dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Selain itu masalah tunjangan untuk Pamong Belajar yang hanya Rp 1.000,000,- /bulan tidak layak dan memadai, sehingga perlu disesuaikan dengan tunjangan seperti guru pada umumnya yang mengajar di jalur pendidikan formal.

Tempat penitipan anak

Selain itu, saat menjabat ia memperlihatkan kepeduliannya terkait dengan Tempat Penitipan Anak (TPA). “Dengan semakin banyaknya ibu yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, Sementara anak mereka yang berusia dini butuh mendapatkan pengasuhan dan pendidikan sepanjang waktu. Oleh karena itulah tempat penitipan anak semakin banyak dibutuhkan,” katanya. Untuk itulah Prof Reni mendukung pendirian TPA di tempat-tempat kerja pemerintah, khususnya kementerian, lembaga, dan kedinasan. Ditjen PAUDNI juga mendorong DWP untuk mengakses bantuan sehingga dapat mendirikan TPA baru dan memperkuat TPA yang sudah ada. Diharapkan, setidaknya semua DWP di kementerian/lembaga pusat sudah memiliki TPA dalam waktu dekat. [10]

Keluarga dan perceraian

Prof. Reni juga kerap diminta pendapatnya sebagai psikolog dan konsultan masalah keluarga seperti perceraian. Menurut Reni, perceraian dipandang berbeda-beda oleh tiap orang. “Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam memandang perceraiannya, terutama menyangkut kondisi kejiwaan atau psikologis pria dan wanita,” katanya. Ia mencontohkan, wanita yang bercerai mati tentulah psikologisnya tidak sama dengan yang cerai hidup. ”Kalau cerai mati mungkin tidak ada beban ketika akan memulai satu kehidupan baru. Tapi ternyata nggak mudah ketika dijalani karena dia juga berpikir apakah pria yang akan menjadi pasangannya kelak bisa sebaik suami sebelumnya,” terangnya. [11]

Kursus pra perkawinan

Di tengah kesibukannya sebagai dosen, ia sejak tahun 1988 bersama suami mewakafkan waktunya untuk menjadi konselor perkawinan di Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat yang terletak di Mesjid Negara Istiqlal, Kamar 66. Banyaknya kasus-kasus perceraian yang ditangani, membuat ia memiliki visi dan sekaligus melanjutkan cita-cita mertuanya Dr. H. Ali Akbar agar canten (calon penganten) diberikan Kursus Pra-Nikah sebagaimana yang diberikan pada pasangan calon penganten dari kalangan Nasrani.[12] Kedudukannya sebagai Dirjen PAUDNI kala itu, membuat ia mampu mewujudkan sinergi BP4 Pusat dan PP PNFI Regional 1 Bandung. Ada 6 (enam) modul untuk dapat dijadikan pedoman oleh masyarakat beragama Islam untuk melakukan Kursus Pra-Nikah yang disebut “Pendidikan Keluarga Responsif Anak Usia Dini Bagi Remaja Usia Pra Perkawinan“ yaitu :

Unit layanan terpadu

Merespons cepat keluhan masyarakat yang capek mengurus perijinan terkait sekolah internasional di empat ditjen yang berbeda maka ia bernisiatif melakukan rapat koordinasi dengan empat Kepala Bagian Umum dari Ditjen yang memberikan Rekomendasi Pengajuan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Rekomendai Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMPTA) dan Rekomendasi Ijin Peserta Didik Asing. Rapat langsung dipimpin Ditjen Paudni untuk melakukan inventarisasi dari empat Kepala Bagian Umum yaitu Ditjen Dikdas, Ditjen Dikmen, Ditjen Paudni dan Ditjen Dikti yang tadinya melakukan kegiatan di unit kerja masing-masing terkait tiga hal aktivitas diatas. Hasil rapat koordinasi memantapkan gagasannya agar Kemdikbud memiliki unit layanan terpadu satu atap terkait masalah pengurusan yang berkaitan dengan RPTKA, IMPTA dan Rekomendasi Ijin Peserta Didik Asing.

Inovasi BMN

Saat menjabat Dirjen Paudni Prof. Reny melahirkan beberapa inovasi dalam implementasi TIK dalam dunia kerja diantaranya:

  • Sistem Registrasi untuk Disposisi Pengadaan (Serundeng). Sistem Informasi yang dibangun untuk mewadahi permintaan pengadaan dari satker lalu diteruskan kepada Unit Layanan Pengadaan untuk dilakukan proses pengadaan dan manajemennya.
  • Sistem Informasi Database Barang untuk Penataan Ruang (Sidabutar). Sistem Informasi yang dibangun untuk mewadahi pengelola Barang Milik Negara dalam melakukan proses penataan barang milik negara berbasis geografis secara real time dan manajemennya.
  • Sistem Informasi Elektronik Katalog (Sielek). Sistem Informasi yang dibangun untuk mewadahi pengelola perpustakaan atau pengelola arsip dalam penyimpanan koleksi-koleksi buku atau arsip berbasis pindaian digital dan manajemennya.

Hingga saat ini, Prof. Reni Akbar-Hawadi terus aktif dalam tridharma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Pemikiran dan ide-ide konstruktifnya terutama terkait psikologi pendidikan senantiasa dibutuhkan untuk menciptakan karakter anak bangsa Indonesia yang sehat, kuat, dan dapat berkontribusi untuk bangsa dan negara.

Referensi

  1. ^ "Guru Besar". UI, Diakses 11 September 2017.
  2. ^ "Pelantikan Direktur Jenderal PAUDNI ". Kemdikbud Indonesia, 07 Februari 2012. Diakses 11 September 2017.
  3. ^ "Dirjen PAUDNI Kemendikbud Kerjasama dengan Stiepar Yapari Aktripa". Pikiran Rakyat , 23 Februari 2013. Diakses 13 September 2017.
  4. ^ "Struktur Fakultas". Psikologi UI, Diakses 11 September 2017.
  5. ^ "30.000 Desa Belum Terlayani PAUD". Kompas, 17 September 2012. Diakses 11 September 2017.
  6. ^ "PP FKPPI PERIODE 2008-2013". FKPPI, Diakses 11 September 2017.
  7. ^ " Adhyaksa Mengganti Lima Pimpinan Pramuka, Begini Alasannya ". Tempo, 22 Februari 2016. Diakses 12 September 2017.
  8. ^ " Konsultasi Pernikahan & Keluarga". Istiqlal, Diakses 13 September 2017.
  9. ^ "Ditjen PAUDNI Usulkan Kenaikan Tunjangan Pamong Belajar". Paud Dikmas, 9 Oktober 2012. Diakses 11 September 2017.
  10. ^ " Ditjen PAUDNI Bidik Pendirian TPA Bersama Dharma Wanita Persatuan". Dikmas, 19 Februari 2013. Diakses 12 September 2017.
  11. ^ " Ditjen PAUDNI Bidik Pendirian TPA Bersama Dharma Wanita Persatuan". Dikmas-Kemdikbud, 19 Februari 2013. Diakses 12 September 2017.
  12. ^ "Sekjen Depag: Masa Depan Bangsa Harus Diselamatkan Melalui Penguatan Lembaga Pernikahan". Kemenag, 16 September 2009. Diakses 13 September 2017.

Pranala luar

Didahului oleh:
Hamid Muhammad, Ph.D
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal, dan Informal
2012-2014
Diteruskan oleh:
Ir. Harris Iskandar, Ph.D