Raden Asnawi
Kiai Haji Raden Asnawi bin Abdullah Husnin atau Raden Asnawi Kudus adalah seorang ulama kharismatik dari Kudus, Jawa Tengah[1]. Dalam aktivitas kesehariannya, Kiai Asnawi selalu istikamah dalam mengembangkan dakwah dan penanaman rasa nasionalisme yang tinggi[2]. Jika dirunut silsilahnya, Kiai Asnawi masih merupakan keturunan ke-14 Sunan Kudus (Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan) dan keturunan ke-5 Kiai Ahmad Mutamakkin, Kajen, Pati[3].
Kiai Haji Raden Asnawi bin Abdullah Husnin | |
---|---|
Lahir | Raden Ahmad Syamsyi 1861 Damaran, Kota, Kudus, Jawa Tengah |
Meninggal | 26 Desember 1959 (umur 97–98) Kudus, Jawa Tengah |
Dimakamkan di | Komplek Makam Sunan Kudus, belakang Masjid Menara Kudus |
Nama lain | Raden Asnawi Kudus, Raden Haji Ilyas, Raden Ahmad Syamsyi |
Kebangsaan | Indonesia |
Etnis | Jawa, Arab |
Zaman | Abad ke-19 hingga 20 Masehi |
Wilayah aktif | Jawa |
Firkah | Sunni |
Mazhab Fikih | Syafi'i |
Organisasi | Sarekat Islam, Nahdlatul 'Ulama |
Karya yang terkenal | Kitab Fashalatan, Shalawat Asnawiyah |
Dipengaruhi oleh | |
Mempengaruhi |
Biografi
Kehidupan awal
Raden Asnawi lahir pada tahun 1861 di desa Damaran, Kudus dengan nama Raden Ahmad Syamsyi[3]. Ia terlahir dari pasangan Haji Abdullah Husnin dan Raden Sarbinah, keduanya merupakan pedagang konveksi yang cukup besar di kota Kudus[4]. Sejak kecil Ahmad Syamsyi diasuh oleh kedua orang tuanya, dikenalkan pada pelajaran agama dan tata cara bermasyarakat menurut syariat Islam, Serta diajarkan berdagang sejak dini[1].
Pada kisaran tahun 1876, orang tuanya pindah ke Tulungagung, Jawa Timur ketika Ahmad Syamsyi menginjak usia 15 tahun. Di sana, Abdullah Husnin mengajari anaknya berdagang dari pagi hingga siang hari[3].
Pendidikan
Sejak kecil, Raden Asnawi sudah terlihat kegemaran dalam belajar dan melakukan perjalanan keilmuan. Pendidikan keagamaan perdana seperti ilmu tajwid dan penguasaan bacaan al-Qur’an diperoleh dari ayahnya. Ketika keluarganya pindah ke Tulungagung, Asnawi kemudian melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Mangunsari[5]. Sebelum menunaikan ibadah Haji, ia kemudian berguru kepada Kiai Haji Irsyad Naib di kawasan Mayong, Jepara. Pada usia 25 tahun dia menunaikan ibadah haji yang pertama, dan berguru kepada ulama-ulama nusantara di Mekkah saat itu seperti Syekh Nawawi al-Bantani[6], Kiai Haji Saleh Darat as-Samarani (Semarang), Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi (Tremas, Pacitan), dan Sayyid Umar Syatha[7]. Sepulang dari haji pertamanya, nama Raden Ahmad Syamsi diganti menjadi Raden Haji Ilyas[8].
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b Amin, Syaifullah (2013-04-15). "KH Raden Asnawi". Website Resmi Qudsiyyah. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ Administrator (2017-06-08). "Belajar Bela Negara dari KH Raden Asnawi Kudus". balitbangdiklat.kemenag.go.id (dalam bahasa Inggris). Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ a b c Amin, Syaifullah (2009-12-12). "Berjalan Kaki 18 Km. ke Gunung Muria untuk Mengajar". nu.or.id (dalam bahasa Inggris). NU Online. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ Aziz, Munawir (2016-01-27). "Raden Asnawi, Kiai Pejuang di Masa Kolonial". nu.or.id (dalam bahasa Inggris). NU Online. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ Islamindonesia.id (2017-03-25). "Kiai Haji Raden Asnawi Kudus dan Beragam Karomahnya". Islam Indonesia: Satu Islam untuk Semua. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ Amin (2009), hlm. 95.
- ^ Said, SM (2017-03-10). "Karomah Kiai Haji Raden Asnawi". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2017-09-13.
- ^ Hazami, Akrom (2016-06-14). "Karomah KH R Asnawi Kudus, Penjajah Mendadak Takut Saat Hendak Memenjarakannya". www.murianews.com. Muria News. Diakses tanggal 2017-09-13.
Bibliografi
- Dematra, Damien (2011). Mahaguru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789792268126.
- Amin, Samsul Munir (2008). Karomah Para Kiai. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 190-193. ISBN 9789798452499.
- Amin, Samsul Munir (2009). Sayyid Ulama Hijaz: Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789798452475.