Pemulihan Petrus
Pemulihan Petrus (juga dikenal sebagai Penugasan kembali Petrus)[1] merupakan suatu peristiwa yang dideskripsikan pada Yohanes 21 dalam Perjanjian Baru yang mengisahkan salah satu penampakan diri Yesus di hadapan para murid setelah kebangkitan-Nya, dan dalam peristiwa ini Yesus berbicara secara khusus kepada Petrus. Yesus memulihkan Petrus setelah penyangkalan-penyangkalan yang ia lakukan sebelumnya, dan memintanya untuk menggembalakan "domba-domba"-Nya.
Latar belakang
Bagian dari serial tentang |
Santo Petrus |
---|
Dalam Perjanjian Baru |
Lain-lain |
Kebangkitan Yesus
Dalam Perjanjian Baru dikisahkan bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Injil Yohanes mencatat sejumlah peristiwa penampakan tersebut: kepada Maria Magdalena, kepada para murid selain Tomas, dan kemudian kepada para murid termasuk Tomas. Episode ini dengan demikian merupakan bagian dari penampakan setelah kebangkitan-Nya di dalam Injil Yohanes.
Penyangkalan Petrus
Keempat Injil mencatat penyangkalan Petrus terhadap Yesus, dan semua Injil sinoptik mencatat bagaimana Petrus "menangis dengan sedihnya" dan "tersedu-sedu" setelah ayam berkokok. Yohanes tidak menuliskan rincian tersebut, namun ia adalah satu-satunya penginjil yang mendeskripsikan adegan bagaimana Yesus memulihkan Petrus.
Bagaimanapun, perkataan Yesus dalam Markus 16:7 sering dianggap sebagai pesan mengenai pemulihan Petrus: "Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu."[2] Sementara pendekatan yang digunakan Yesus kepada Petrus dalam Yohanes 21, menurut Paul Barnett, bersifat tegas sekaligus penuh pengampunan.[3]
Perjumpaan di pantai
Dalam Yohanes 21, Petrus pergi untuk menangkap ikan bersama enam murid lainnya, namun mereka tidak berhasil menangkap apa-apa sepanjang malam. Menjelang siang hari, Yesus, yang pada saat itu belum dikenali oleh para murid tersebut, menjumpai mereka dari pantai dan mengatakan kepada mereka agar menebarkan jala mereka di sisi kanan perahu. Ketika mereka melakukannya, secara ajaib tertangkap seratus lima puluh tiga ekor ikan. Yohanes segera mengenali bahwa yang berkata kepada mereka adalah Yesus dan ia berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan."
Yesus dan murid-muridnya kemudian sarapan di darat, di tepi pantai. Yesus menyiapkan sarapan beserta api arang yang digunakan untuk menyiapkannya. Ketika Petrus menyangkal Yesus, ia juga berdiri berdiang dekat api arang. Setelah mereka selesai makan di tepi pantai itu, Yesus berbicara secara khusus kepada Petrus.
Tuntutan rangkap-tiga Yesus kepada Petrus
Perbandingan dengan penyangkalan Petrus
Sebelumnya Petrus telah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Sekarang, sebagai jawaban atas pertanyaan Yesus, Petrus menegaskan kasihnya kepada Petrus sebanyak tiga kali. William Hendriksen berpendapat bahwa terdapat sejumlah hubungan lainnya antara peristiwa ini dengan peristiwa penyangkalan Petrus. Sebagai contoh, tercatat adanya api arang (ἀνθρακιὰν) pada waktu Petrus menyangkal Yesus (Yoh. 18:18), dan sekarang juga terdapat api arang (Yoh. 21:9) ketika Petrus diminta untuk mengungkapkan kasihnya kepada Tuhannya.[4] Ben Witherington III mengemukakan bahwa, "Yohanes mencatat pemulihan rangkap tiga dalam suatu latar yang serupa dengan tempat terjadinya penyangkalan rangkap tiga. Ini seperti meninjau kembali tempat kejadian perkara, hanya saja kali ini [Petrus] melakukannya dengan benar."[5]
"Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?"
Yesus bertanya kepada Petrus, "Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Menurut D.A. Carson, naskah aslinya dalam bahasa Yunani ambigu dalam hal apa yang dimaksud dengan "mereka ini", dan menurutnya terdapat tiga kemungkinan:
- Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada engkau mengasihi murid-murid ini?
- Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada engkau mengasihi peralatan menangkap ikan ini?
- Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid lain ini mengasihi-Ku?
Carson sendiri memilih pilihan ketiga.[6] Adrienne von Speyr berpendapat, "Tuhan mengharapkan agar Petrus mengasihi Dia lebih dari pada mereka yang lain mengasihi-Nya, lebih dari pada Yohanes, yang bagaimanapun juga [Tuhan] merupakan personifikasi dari kasih itu sendiri. Dan ia juga seharusnya memiliki pengetahuan personal yang lebih akan hal ini. Harapan tersebut merupakan suatu tuntutan lebih yang seketika terhadap Petrus, suatu tuntutan lebih yang berawal di sini dan tidak akan berakhir sampai akhir zaman. ... Lebih dari pada mereka ini juga berarti: lebih dari pada mereka ini yang sebelumnya hanya mengenal kasih personal."[7]
Dua kata yang digunakan untuk "mengasihi"
Dialog antara Yesus dan Petrus mengadung dua kata berbeda untuk "mengasihi", yang dianggap memiliki arti penting eksegetis oleh beberapa komentator. Kedua kata itu adalah agapao (bentuk kata kerja dari kata benda agape) dan phileo (bentuk kata kerja dari kata benda philia). Dialog tersebut berlangsung sebagai berikut:[8]
- Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau agapao Aku lebih dari pada mereka ini?"
- Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku phileo Engkau."
- Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau agapao Aku?"
- Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku phileo Engkau."
- Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau phileo Aku?"
- Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau phileo Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku phileo Engkau."
Pembedaan tersebut dimunculkan pada Alkitab Protestan NIV edisi tahun 1984, yang menjadikan agapao sebagai "truly love" ("benar-benar mengasihi") dan phileo sebagai "love" ("mengasihi"). Ben Witherington III mengemukakan bahwa hal ini menunjukkan kalau "Yesus merendahkan diri dengan penuh belas kasih hingga Petrus siap untuk menanggapi dalam keadaan seperti sekarang itu."[9] William Hendriksen berpendapat bahwa dalam pertanyaan-Nya yang ketiga, Yesus bahkan mempertanyakan afeksi dan "kelekatan subjektif" Petrus, dan hal ini menurut Hendriksen merupakan alasan mengapa dituliskan: "Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya..." (Yoh. 21:17).[10]
Komentator lainnya, seperti D.A. Carson, menolak gagasan akan adanya pembedaan arti kedua kata tersebut.[11] Menurut Thomas J. Lane, "Sejak abad-abad awal, telah diperdebatkan apakah terdapat signifikansi pada tanggapan Petrus dengan suatu kata kerja kasih yang berbeda dan untuk pertanyaan ketiga Yesus menggunakan kata kerja kasih yang sama seperti Petrus. Kendati pendapat mayoritas telah bergoyang ke sana kemari selama berabad-abad, pendapat umum saat ini adalah bahwa tidak ada signifikansi khusus penggunaan keduanya di sini dalam [Yohanes] 21:15-17, karena kedua kata kerja kasih tersebut digunakan silih berganti dalam Injil ini. Keener pernah melakukan suatu studi pertukaran keduanya dalam [Injil] Yohanes, memperlihatkan bahwa keduanya bahkan digunakan untuk mendeskripsikan Bapa yang mengasihi Yesus."[12]
Dalam buku Tuhan karyanya, Romano Guardini mengatakan bahwa pertanyaan kedua dan ketiga dari Yesus membuat Petrus tidak lagi pernah menjawab-Nya dengan rasa percaya diri yang sebelumnya, membuatnya lebih rendah hati dan menyadari bahwa saat itu ia sedang dihukum karena "pengkhianatan rangkap tiganya".[13]
Petrus ditunjuk sebagai gembala
Sebagai tanggapan atas tiga kali penegasan Petrus akan kasihnya kepada Dia, Yesus tiga kali memerintahkan Petrus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Yesus kembali menugaskan Petrus sebagai rasul dan pemimpin dalam Gereja. "Domba" merupakan kiasan umum dalam Perjanjian Baru untuk menyebut umat Allah. Ini dipandang sebagai asal mula kata "pastor", yang berarti "gembala".
Catholic Encyclopedia 1913 menuliskan bahwa gelar "Vikaris Kristus" yang diberikan kepada Paus didasarkan pada perkataan Yesus tersebut, "yang dengannya Dia menetapkan Pangeran Para Rasul sebagai wali seluruh jemaat-Nya dalam posisi-Nya sendiri, sehingga menjadikan ia sebagai Vikaris-Nya dan menggenapi janji yang dibuat dalam Matius 16:18–19."[14] Teolog Protestan seperti D.A. Carson berpendapat bahwa "tidak ada penegakan superioritas ataupun otoritas komparatif yang dapat dikenali" dalam bagian ini.[15] Menulis dari perspektif Ortodoks Timur, Victor Potapov berpendapat bahwa kata "gembalakanlah" tidak menandakan "otoritas kepastoran tertinggi", tetapi secara sederhana merupakan "otoritas dan tanggung jawab kepastoran yang dikhususkan bagi semua rasul dan penerus mereka."[16]
Pernyataan Yesus mengenai kemartiran Petrus
Yesus kemudian mendeskripsikan masa depan Petrus, mengatakan kepadanya kalau "... orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki" (Yoh. 21:18). Sang penginjil menyebutkan bahwa hal ini mengacu pada kemartiran Petrus: "Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah" (Yoh. 21:19a). Menurut tradisi yang ditemukan dalam teks apokrif Kisah Petrus , Petrus disalibkan terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas.
"Ikutlah aku"
Setelah mengatakan semua hal di atas, Yesus berkata kepada Petrus: "Ikutlah aku" (Yoh. 21:19b). Romano Guardini menuliskan, "Di sini juga suatu peristiwa dari masa lampau diingatkan kembali, ditransfigurasikan, dan dilanjutkan." Pada saat tersebut Petrus bersukacita kembali karena menyadari bahwa ia telah diampuni, dan kemudian ia melanjutkan "suatu kecerewetan lamanya" (lihat Yoh. 21:20-23).[13]
Menurut Gerald O'Collins , semua orang yang membaca Injil Yohanes dan "membiarkan diri mereka terlibat dengan Yesus di dalam keseluruhan dari cerita Yohanes" juga akan mengalami pemulihan seperti yang dialami Petrus. Perkataan "Ikutlah aku" dalam Yohanes 21:19 dapat membangkitkan sekaligus menyembuhkan kenangan masa lalu mereka "sebagai landasan untuk masa depan yang baru".[17]
Referensi
- ^ (Inggris) Paul Barnett, John: The Shepherd King (Sydney South: Aquila Press, 2005), p. 314.
- ^ (Inggris) William L. Lane, The Gospel According to Mark (NICNT; Grand Rapids: Eerdmans, 1971), p. 589.
- ^ (Inggris) Paul Barnett, John, p. 321.
- ^ (Inggris) William Hendriksen (London: Banner of Truth, 1961), The Gospel of John, p. 486.
- ^ (Inggris) Ben Witherington III, What Have They Done with Jesus? Beyond Strange Theories and Bad History – Why We Can Trust the Bible (New York: HarperOne, 2006), p. 73.
- ^ (Inggris) D.A. Carson, The Gospel According to John (Leicester: Apollos, 1991), pp. 675–676.
- ^ (Inggris) Adrienne von Speyr (1991). "The Primacy". The Birth of the Church: Meditations on John 18-21. Translated by David Kipp. Ignatius Press. ISBN 9780898703689.
- ^ (Inggris) "Agapao & Phileo in Peter's Restoration". Acts 17:11 Bible Studies. Diakses tanggal 26 November 2013.
- ^ (Inggris) Ben Witherington III, What Have They Done with Jesus?, p. 74.
- ^ (Inggris) William Hendriksen, John, p. 488.
- ^ (Inggris) D.A. Carson, John, p. 676-677.
- ^ (Inggris) Thomas J. Lane (2016). "The Primacy of Saint Peter". The Catholic Priesthood: Biblical Foundations. Emmaus Road Publishing. ISBN 9781945125096.
- ^ a b (Inggris) Romano Guardini (1954). The Lord (edisi ke-Gateway). Regnery Publishing, Inc. hlm. 489-490. ISBN 0895267144.
- ^ (Inggris) Herbermann, Charles, ed. (1913). "Vicar of Christ". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.
- ^ (Inggris) D.A. Carson, John, 678.
- ^ (Inggris) Potapov, Victor. "Primacy and the "Infallibility" of the Roman Pope". Cathedral of St. John the Baptist. Diakses tanggal 26 November 2013.
- ^ (Inggris) Gerald O'Collins (2012). "Chapter 5: The Discovery of the Empty Tomb". Believing in the Resurrection: The Meaning and Promise of the Risen Jesus. Paulist Press. ISBN 9780809147571.