Gedung Robot

gedung perkantoran
Revisi sejak 26 November 2017 12.56 oleh Irvan Ary Maulana (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox building |name = Gedung Robot |image = UOB_re.jpg |image_size = 200px |location = Jalan Sathorn Selatan 191<br/>Bangkok, Thailand 10120 |coordina...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Gedung Robot (dalam bahasa Inggris disebut Robot Building) terletak di kawasan bisnis Sathorn, Bangkok, Thailand, yang menjadi kantor pusat United Overseas Bank di Bangkok. Gedung Robot dirancang untuk Bank Asia oleh Sumet Jumsai yang mencerminkan komputerisasi perbankan; arsitekturnya merupakan reaksi terhadap arsitektur pascamodern dan neoklasik teknologi tinggi. Fitur bangunan, seperti dinding yang semakin mengecil ke atas, antena, dan mata, berkontribusi pada penampilan robot dan fungsinya yang praktis. Selesai pada tahun 1986, Gedung Robot merupakan salah satu contoh terakhir arsitektur modern di Bangkok.

Gedung Robot
Peta
Informasi umum
StatusSelesai dibangun
JenisPerkantoran
LokasiJalan Sathorn Selatan 191
Bangkok, Thailand 10120
Koordinat13°43′14″N 100°31′38″E / 13.720448°N 100.527311°E / 13.720448; 100.527311
Rampung1986[1][2]
BiayaAS$10 juta [1][2]
Data teknis
Jumlah lantai20[1]
Luas lantai23,506 m2 (253,02 sq ft)[1]
Desain dan konstruksi
ArsitekSumet Jumsai[1]

Desain

Arsitek Thailand, Sumet Jumsai, merancang Gedung Robot untuk Bank Asia, yang kemudian diakuisisi oleh United Overseas Bank pada tahun 2005.[1][3] Ia telah diminta oleh direksi Bank Asia untuk merancang sebuah bangunan yang mencerminkan modernisasi dan komputerisasi perbankan[1][4] dan ia menemukan inspirasi dari robot mainan anaknya.[5]

Sumet merancang gedung tersebut secara sadar untuk menentang gaya era pascamodern, terutama revivalisme klasik dan arsitektur teknologi tinggi seperti yang terdapat pada Center Pompidou.[6] Sementara Sumet memuji dimulainya pascamodernisme sebagai protes terhadap desain modern puritan dan cemplang, ia menyebutnya "sebuah gerakan protes yang berusaha untuk menggantikan tanpa menawarkan penggantinya".[7] Sumet menolak kebangkitan revivalisme klasik pada pertengahan 1980-an sebagai "keterpurukan intelektual" dan mengkritiknya sebagai "katalog motif arsitektur tanpa makna" yang menandai revivalisme klasik di Bangkok.[7] Ia lebih lanjut menolak arsitektur teknologi tinggi, "yang menenggelamkan diri ke dalam mesin sementara pada saat yang sama diam-diam...mencintai...artefak buatan tangan dan tenaga kerja manual yang tulus", sebagai sebuah gerakan tanpa masa depan.[8]

Sumet menulis bahwa gedungnya "tidak perlu menjadi robot" dan "sejumlah metamorfosis lainnya" sudah cukup, asalkan gedung ini bisa "membebaskan semangat dari kebuntuan intelektual saat ini dan mendorongnya maju ke abad berikutnya".[7] Ia menulis bahwa rancangannya mungkin dianggap sebagai arsitektur pasca-teknologi tinggi: daripada memamerkan bagaimana bagian dalam gedungnya bekerja, ia memilih untuk menghiasi produk jadi dengan abstraksi komponen mekanis.[9] Gedung ini, menurutnya, menyerang pandangan abad ke-20 mengenai mesin sebagai "entitas terpisah" yang seringkali "diangkat ke atas alas untuk dipuja" dan, dengan menjadi "bagian dari kehidupan sehari-hari, seorang teman, diri kita sendiri", menjadikan jelas jalan amalgam mesin dan manusia abad ke-21.[8]

Gedung ini selesai dibangun pada tahun 1987 dengan biaya 10 juta dolar Amerika Serikat.[1][2] Menjelang pertengahan 1980-an, modernisme arsitektur telah pudar di Bangkok; bangunan ini merupakan salah satu contoh terakhir dari gaya ini.[10]

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h Sumet, p. 74.
  2. ^ a b c Kusno, hlm. 197.
  3. ^ Williams, Nick B. "Third World Review: High rise battle of Bangkok - The 20-storey robot that is the focus of architectural acrimony." The Guardian (22 Mei 1987).
  4. ^ "Buildings that put a sparkle in Thai skyline." The Straits Times (4 April 1997).
  5. ^ Algie, Jim. "Building A Name in Paris: The French capital plays host to an exhibition by Thailand's Renaissance Man." Asia Week (17 Desember 1999).
  6. ^ Sumet, hlm. 79–80.
  7. ^ a b c Sumet, hlm. 79
  8. ^ a b Sumet, hlm. 80.
  9. ^ Sumet, p. 77.
  10. ^ Williams & Cummings, hlm. 28.

Bibliografi

Pranala luar