Gundhul Pacul

salah satu lagu daerah
Revisi sejak 5 Desember 2017 06.39 oleh Eltha59 (bicara | kontrib) (Sumber yang menjelaskan bahwa lagu ini dikarang oleh Sunan Kalijaga tidak ada di referensi)

Gundhul Pacul adalah sebuah lagu anak-anak berbahasa Jawa. Digubah oleh R.C. Hardjosubroto.[1]

Lirik lagu

Bahasa Jawa

Gundhul gundhul pacul cul
geléléngan
Nyunggi nyunggi wakul kul
gembéléngan
Wakul ngglimpang segané dadi sak ratan
Wakul ngglimpang segané dadi sak ratan

Terjemahan bahasa Indonesia

Gundul gundul cangkul, tidak hati hati
Membawa bakul (di atas kepala) dengan tidak hati hati
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman

Arti filosofis

Lagu ini dianggap mengandung nilai filosofis yang dalam sebagai berikut:[1]

Gundul gundul pacul, gembelengan

Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat, merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (lit. "empat yang lepas"), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas.
  1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
  2. Telinga digunakan untuk mendengar nasihat.
  3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
  4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.
Gembelengan artinya "besar kepala, sombong, dan bermain-main" dalam menggunakan kehormatannya.

Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indra tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Nyungi nyunggi wakul kul, gembelengan

Nyunggi wakul' (membawa bakul di atas kepala) dilambangkan sebagai menjunjung amanah rakyat. Namun, saat membawa bakul, sikapnya sombong hati (gembelengan)

Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Wakul ngglimpang (bakul terguling) melambangkan amanah dari rakyat terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut.
Segane dadi sak latar (nasinya jadi sehalaman) melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, tidak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat).

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Sukma Permana. 8 April 2011. Berawal dari Gundul-Gundul Pacul.