Bandar Udara Jalaluddin

bandar udara di Indonesia

Bandar Udara Internasional Djalaluddin adalah bandar udara yang terletak di kecamatan Isimu, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bandar Udara ini terletak sekitar 30 km di sebelah barat dari pusat kota Gorontalo dan dioperasikan oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Terminal baru Bandara Djalaluddin diresmikan pada tanggal 1 Mei 2016. Bandara ini adalah pintu gerbang alternatif penerbangan ke bagian Utara serta Kawasan Timur Indonesia selain Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Bandara ini diberi nama Djalaluddin Tantu, yang merupakan Kolonel Penerbang dari Gorontalo, yang telah meninggal dalam "Operasi Dwikora" pada tahun 1964 di Malaysia. Beliau dinyatakan hilang bersama pesawat Hercules yang dikemudikannya.

Bandar Udara Domestik Djalaluddin

Djalaluddin International Airport
Informasi
JenisPublik
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaKementerian Perhubungan
MelayaniProvinsi Gorontalo, Indonesia
Ketinggian dpl18 mdpl
Koordinat00°38′14″N 122°50′59.5″E / 0.63722°N 122.849861°E / 0.63722; 122.849861
Situs webdjalaluddin.com
Peta
Wilayah Sulawesi Indonesia
Wilayah Sulawesi Indonesia
Bandar Udara Domestik Djalaluddin di Sulawesi
Bandar Udara Domestik Djalaluddin
Bandar Udara Domestik Djalaluddin
Lokasi bandar udara di Sulawesi
Bandar Udara Domestik Djalaluddin di Indonesia
Bandar Udara Domestik Djalaluddin
Bandar Udara Domestik Djalaluddin
Bandar Udara Domestik Djalaluddin (Indonesia)
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
09/27 2.500 8.202 Aspal
Sources: DAFIF,[1] Great Circle Mapper[2]

Sejarah

Bandar Udara Internasional Djalaluddin Gorontalo (dahulu bernama Pelabuhan Udara Tolotio) yang lama terletak pada Jazirah Utara pulau Sulawesi yaitu Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo.

Bandar udara ini berjarak sekitar 30km dari Kota Gorontalo, Ibukota Provinsi Gorontalo dengan koordinat 00 38' 17" LU dan 122 51' 07" BT, dengan ketinggian di atas permukaan laut sekitar 18m. Bandara Djalaluddin merupakan pintu gerbang utama transportasi udara yang melayani daerah provinsi Gorontalo dengan daerah lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendaratan pesawat terbang pertama kali di daerah Gorontalo pada tahun 1955 dengan pesawat udara jenis ALBATROS di Lapangan Terbang Air Iluta di Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo dalam rangka meninjau pelaksanaan pekerjaan pembangunan lapangan udara di desa Tolotio oleh Direktorat Pekerjaan Umum. Saat itu untuk keperluan transportasi militer dalam menyatukan dan mempertahankan wilayah teritorial NKRI. Selanjutnya seiring dengan selesainya pekerjaan rintisan pembangunan lapangan udara, maka pada tahun 1956 pesawat jenis DC-3 Dakota mendarat dilapangan udara (Konstruksi Pengerasan dasar )Desa Tolotio

Dengan fasilitas sederhana lapangan udara Tolotio yang semula berfungsi sebagai pelabuhan udara militer juga berfungsi sebagai pelabuhan udara komersial yang dikelola oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Perubahan nama pelabuhan udara Tolotio menjadi Pelabuhan udara Djalaluddin terjadi pada tahun 1974 berdasarkan usulan fraksi ABRI di DPRD kabupaten Gorontalo tentang perubahan nama Tolotio menjadi Djalaluddin. Nama Djalaluddin diambil dari nama seorang penerbang TNI-AU yang merupakan putra terbaik Indonesia yang berasal dari daerah Gorontalo yaitu Letkol Pnb Djalaluddin Tantu yang dinyatakan gugur dalam operasi Dwikora di Malaysia. Dia hilang bersama pesawat Hercules yang dikemudikannya, sehingga menjadi Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo.

Terminal Baru

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia telah menyelesaikan pembangunan gedung terminal baru Bandara Djalaludin Gorontalo. Gedung terminal baru yang terdiri dari dua lantai itu seluas 11.865 meter persegi, dan mampu menampung penumpang dan penjemput sejumlah 2.500 orang. Besarnya kali ini, sudah 10 kali lebih besar dari kapasitas sebelumnya yang sudah sesak jika diduduki 250 orang. Bandara Djalaludin Gorontalo merupakan Bandar Udara kelas satu yang berada di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Gedung terminal baru Bandara Gorontalo ini dibangun sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dengan total pembiayaan sebesar Rp 146 M, yang berasal dari anggaran Kementerian Perhubungan. Gedung terminal baru Bandara Djalaludin Gorontalo merupakan bagian dari pengembangan fasilitas darat bandara. Lantai dasar berfungsi sebagai tempat check in, drop off, baggage claim, serta area publik dan karyawan.

Sementara untuk lantai dua, berfungsi sebagai ruang tunggu penumpang dan area publik dan karyawan. Terminal baru Bandara Djalaludin Gorontalo ini sekarang juga dilengkapi dengan dua buah garbarata sehingga semakin memudahkan penumpang menaiki pesawat. Selain pembangunan terminal baru, Bandara Djalaludin Gorontalo juga mengembangkan area parkir bandara yang semula hanya seluas 3.902 M2 untuk 150 mobil, sekarang menjadi 46.411 M2 dan mampu menampung 1.820 mobil. Sehingga total biaya untuk pengembangan sisi fasilitas darat Bandara Djalaludin Gorontalo sebesar Rp 187 miliar.

Pada sisi udara juga telah dilakukan pengembangan apron yang semula hanya berukuran 230 x 80 M dan hanya mampu menampung dua unit pesawat sejenis 737-800 serta satu unit sejenis ATR, menjadi 130 x 291 M dan mampu menampung tiga unit pesawat sejenis 737-800 serta dua unit sejenis ATR.[1]

Maskapai Penerbangan dan tujuan

MaskapaiTujuan
Aviastar Ampana, Buol, Luwuk, Palu, Toli-Toli
Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
Citilink Makassar
Charter: Chengdu, Hangzhou, Hong Kong, Kunming
Garuda Indonesia Makassar, Manado
Lion Air Makassar
Charter: Changsha, Chengdu, Chongqing, Guangzhou, Koror, Makau, Shanghai–Pudong, Shenzhen, Wuhan
SilkAir Singapura
Sriwijaya Air Makassar
Charter: Guangzhou
Wings Air Luwuk, Manado, Tarakan

Referensi

  1. ^ Informasi bandar udara World Aero Data untuk WAMG
  2. ^ Informasi bandar udara untuk GTO di Great Circle Mapper