Kompas (surat kabar)
Harian Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Koran Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kompas Gramedia (KG). Kompas juga terbit dalam bentuk daring di alamat Kompas.com yang dikelola oleh PT Kompas Cyber Media. Kompas.com berisi berita-berita yang diperbarui secara aktual dan juga memiliki subkanal koran Kompas dalam bentuk digital.
Tipe | Surat kabar harian |
---|---|
Format | Lembar lebar |
Pemilik | Yayasan Bentara Rakyat (1964-1965) Kompas Gramedia |
Pendiri | P.K. Ojong Jakob Oetama |
Penerbit | Yayasan Bentara Rakyat (1964-1965) PT Kompas Media Nusantara |
Pemimpin redaksi | Budiman Tanuredjo |
Didirikan | 1964 (sebagai "Bentara Rakyat") 28 Juni 1965 |
Pandangan politik | Netral |
Bahasa | Indonesia |
Berhenti publikasi | 1965 (sebagai "Bentara Rakyat") 1978 |
Pusat | Palmerah Selatan No. 26-28 Jakarta 10270, Indonesia |
Sirkulasi surat kabar | 470.000[1] |
Surat kabar saudari | Kontan, Tribun Network |
Situs web | kompas |
Harian Kompas adalah satu di antara dua (2) koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations (ABC).[2][3]
Sejarah
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Xaverius Seda (Menteri Perkebunan dalam kabinet Soekarno) untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, Peter Kansius Ojong (Tionghoa : Auwjong Peng Koen) (1920-1980), seorang pimpinan redaksi mingguan Star Weekly, dan Jakob Oetama, wartawan mingguan Penabur milik gereja Katolik, yang pada waktu itu sudah mengelola majalah Intisari ketika PT Kinta akan mengalami kebangkrutan yang terbit tahun 1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno mendesak Partai Katholik untuk mendirikan media cetak berbentuk surat kabar, maka dari wartawan bulanan Intisari inilah sebagian wartawan Katolik direkrut. Selanjutnya, beberapa tokoh Katolik tersebut mengadakan pertemuan bersama beberapa wakil elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI): Partai Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Mereka sepakat mendirikan "Yayasan Bentara Rakyat".
Susunan pengurus pertama dari Yayasan Bentara Rakyat adalah Ignatius Joseph Kasimo (ketua Partai Katolik) sebagai ketua, Frans Seda sebagai wakil ketua, Franciscus Conradus Palaoensoeka sebagai penulis pertama, Jakob Oetama sebagai penulis kedua, dan P.K. Ojong sebagai bendahara. Dari yayasan tersebut, harian ini mulai diterbitkan.
Edisi perdana harian ini memuat karya terjemahan tentang bintang layar perak Marilyn Monroe, pengalaman perjalanan Nugroho Notosusanto, seorang ahli sejarah dari Universitas Indonesia, ke London, Britania Raya, dan kisah Usmar Ismail, sutradara film kenamaan, ketika pertama kali membuat film.
Pada awal penerbitannya, Frans Seda disarankan oleh Jenderal Ahmad Yani agar Kompas memberikan wacana untuk menandingi wacana Partai Komunis Indonesia yang berkembang pada saat itu. Namun secara pribadi, Jacob Oetama dan beberapa pemuka agama Katolik seperti Monsignor Albertus Soegijapranata dan I.J. Kasimo tidak mau menerima begitu saja, karena mengingat kontekstual politik, ekonomi dan infrastruktur pada saat itu tidak mendukung.
Tetapi, tekad Partai Katolik menerbitkan surat kabar sudah final. P.K. Ojong dan Jakob Oetama ditugaskan membangun perusahaan. Mulailah mereka bekerja mempersiapkan penerbitan surat kabar baru, corong Partai Katolik. Tapi, suhu politik yang memanas saat itu membuat pekerjaan mereka bukan perkara yang mudah. Rencananya, surat kabar ini diberi nama "Bentara Rakyat". Menurut Frans Seda, PKI tahu rencana itu lantas dihadang. Namun, karena Bung Karno setuju jalan terus hingga izinnya keluar. Frans Seda mengacu pada PKI yang merupakan salah satu partai besar di Indonesia pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, serta PKI memenangkan tempat keempat dalam pemilihan umum 1955.
Izin sudah dimiliki, tetapi "Bentara Rakyat" tidak kunjung terbit. Rupanya rintangan belum semuanya berlalu. Masih ada satu halangan yang harus dilewati, yakni izin dari Panglima Militer Jakarta yang pada saat itu dijabat oleh Letnan Kolonel Dachja. Dari markas militer Jakarta, diperoleh jawaban izin operasi keluar apabila syarat 5.000 tanda tangan pelanggan terpenuhi. Akhirnya, para wartawan pergi ke pulau Flores untuk mendapatkan tanda tangan tersebut, karena memang mayoritas penduduk Flores beragama Katolik.
Nama "Bentara" sesuai dengan selera orang Flores. Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Ketika akan menjelang terbit petama kalinya, Frans Seda melaporkan pada presiden Soekarno tentang persiapan terbitan perdana harian tersebut. Namun, dari Presiden Soekarno inilah lahir nama “Kompas” yang berarti adalah penunjuk arah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan redaksi pada saat itu, untuk menerima usulan dari Presiden Soekarno untuk mengubah nama harian Bentara Rakyat menjadi Kompas. Atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas. Menurut Bung Karno, "Kompas" berarti pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.[4]
Setelah mengumpulkan tanda bukti 3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965.[5] Pada mulanya kantor redaksi Kompas masih menumpang di rumah Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di kantor redaksi Majalah Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit dengan empat (4) halaman dengan iklan yang hanya berjumlah enam (6) buah.[6] Selanjutnya, pada masa-masa awal berdirinya (1965) Koran Kompas terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar..[7]
Kompas edisi pertama dicetak oleh P.N. Eka Grafika, milik harian Abadi yang berafiliasi pada Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Tepat 28 Juni 1965, Kompas mulai diterbitkan untuk pertama kalinya dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat.” Berita utama pada halaman pertama berjudul “Konferensi Asia-Afrika II Ditunda Empat Bulan.” Sementara Pojok kanan bawah mulai memperkenalkan diri dengan kalimat “Mari ikat hati. Mulai hari ini, dengan Mang Usil”.
Di halaman pertama pojok kiri atas, tertulis nama staf: Pemimpin Redaksi Jakob Oetama; Staf Redaksi J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem. Menurut Jakob Oetama, nama P. K. Ojong ketika itu tabu politik. Lagipula, figur Ojong tidak disukai Soekarno.
Dalam kontekstual politik pada saat itu untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Pagi hari 30 September 1965, tepat tiga bulan usia Kompas, sebagian besar warga Jakarta terlelap dalam tidur pulasnya, ketika sekelompok tentara bersenjata menangkap beberapa jenderal yang dituduh terlibat dalam Dewan Jenderal. Peristiwa ini mengubah jalannya republik. Sejarah mencatat sebagai upaya perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan Soekarno. Seperti beberapa harian yang terbit bersama dengan Kompas, mereka tidak terlepas dari upaya untuk memberikan tandingan kepada pers yang berafiliasi dengan ideologi kiri seperti PKI, dan harian yang dituduh tidak revolusioner lainnya.
Sehari setelah peristiwa itu, Agus Parengkuan dan Ponis Purba yang tengah mendapat giliran tugas malam, diberi tahu pihak percetakan bahwa Kompas beserta surat-kabar lain tak boleh terbit. Hanya harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, kantor berita Antara, dan Pemberitaan Angkatan Bersenjata yang diperbolehkan menyiarkan berita. Larangan untuk tidak naik cetak tersebut dikeluarkan oleh pihak militer Jakarta. Dalam surat perintah itu disebutkan “dalam rangka mengamankan pemberitaan yang simpang-siur mengenai pengkhianatan oleh apa yang dinamakan Komando Gerakan 30 September atau Dewan Revolusi, perlu adanya tindakan-tindakan penguasaan terhadap media-media pemberitaan.
Ketika itu, Agus Parengkuan dan Ponis Purba tetap yakin Kompas tak perlu dilarang terbit. Alasannya, Kompas sudah mengecam pemberontakan, dan di dalam lay out sudah disiapkan bahwa Kompas edisi 2 Oktober juga memuat pernyataan sikap dari Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana RE Martadinata.
Penyerangan terhadap PKI ternyata tak menyelamatkan Kompas. Koran itu baru boleh terbit lagi pada 6 Oktober 1965. Rentang waktu seminggu itu, hingga saat ini menjadi misteri yang belum terkuak. Banyak asumsi, pertanyaan, dan analisis bergentayangan. Mengapa seluruh koran dibredel dan hanya menyisakan koran milik militer? Pertumbuhan Kompas meningkat. Saat pertama kali dicetak, oplah Kompas sekitar 4.800 eksemplar. Ketika pindah ke percetakan yang lebih bagus, Percetakan Masa Merdeka, tirasnya meningkat jadi 8.003 eksemplar, hingga menjelang pembredelan yang dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto.
Saat terbit kembali pada 6 Oktober 1965, tiras Kompas menembus angka 23.268 eksemplar. Zaman berganti. Soekarno diganti Jenderal Soeharto. Pada 1999, setahun sesudah Soeharto dipaksa mundur, tiras Kompas mencapai angka lebih dari 600 ribu eksemplar per hari. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset AC Nielsen tahun 1999 menunjukkan pasar terbesar masih seputar Jakarta 46,77%, Bogor, Tangerang, dan Bekasi 13,02%, Jawa Barat 13.02%, Jawa Tengah, Yogyakarta 6,67%, Jawa Timur 2,04%, Sumatera 8,81%, Kalimantan 2,16%, dan Indonesia Timur 4,23%. Gramedia sebagai perusahaan induk Kompas tercatat sebagai persuahaan yagn membayar pajak terbesar nomor 32 pada tahun 1980 [11] sedang pada tahun pada tahun 1993 untuk perusahaan PT Kompas Media Nusantara saja diperkirakan menghasillkan Rp 240 milyar setahun dengan keuntungan bersih Rp 30 sampai 35 triliun. Tahun 1991 PT Gramedia dengan penerbitan bukunya menduduki urutan ke-151.
Seiring dengan pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas saat ini dibagi menjadi tiga bagian (section), yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, bagian berita olahraga dan iklan baris yang disebut dengan "Klasika". Harian Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara.
Oplah dan Pembaca
Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya malah mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia.
Saat ini (2011), Harian Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia.[8] Dengan oplah rata-rata 500 ribu eksemplar setiap hari dan mencapai 600 ribu eksemplar untuk edisi Minggu , Kompas tidak hanya merupakan koran dengan oplah (sirkulasi) terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Untuk memastikan akuntabilitas distribusi harian Kompas, Koran Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit semenjak tahun 1976 [1][9]
Berdasarkan hasil survey pembaca tahun 2008, Profil pembaca Koran Kompas mayoritas berasal dari kalangan (Strata Ekonomi dan Sosial) menengah ke atas (SES AB) yang tercermin dari latar belakang pendidikan dan kondisi keuangan.[10]
Pembredelan dan gugatan kasus hukum
- Tanggal 1 Oktober 1965, Larangan terbit pertama, terkait dengan peristiwa G30S/PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam, pemerintah melarang sejumlah koran yang terbit di Jakarta untuk terbit. Larangan tersebut hanya diberlakukan empat hari. Pada tanggal 6 Oktober 1965 larangan tersebut dicabut, Kompas dan sejumlah koran lainnya kembali terbit.[11]
- Tanggal 21 Januari 1978, Larangan terbit kedua, menyusul pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya. Pada tanggal 21 Januari 1978, menyusul pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya dan demo menentang korupsi yang marak, tujuh harian (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore) dilarang terbit atas perintah Sudomo.[12]
- Tahun 2006, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bambang Wisudo dan pembatalannya (2008). Pada tanggal 8 Desember 2006, Bambang Wisudo (wartawan) menerima surat pemecatan. Pada tanggal 12 Desember 2008, sekitar dua (2) tahun sesudahnya, diterbitkan surat pencabutan keputusan PHK Kompas terhadap Bambang Wisudo.[13]
- Tahun 2010, Aburizal Bakrie melaporkan sejumlah media ke Polisi dan Dewan Pers. Sejumlah media masa tersebut dilaporkan karena memberitakan pertemuan Aburizal Bakrie dengan terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan di Bali.[14][15][16][17]
- Tanggal 11 Januari 2011, gugatan perdata oleh Raymond Teddy terhadap sejumlah media. Raymond Teddy melakukan gugatan perdata terhadap sejumlah media (Kompas, RCTI/Koran Sindo, Republika, Detikcom, Warta Kota, dan Suara Pembaruan) atas penyebutan dirinya sebagai bandar judi.[18]
Desain, tata letak dan ukuran
Redesain 2005
Saat pertama kali terbit sampai dengan tanggal 27 Juni 2005, Kompas menggunakan ukuran broadsheet 9 Kolom dan tampil dengan warna hitam putih. Pada tanggal 28 Juni 2005 Kompas melakukan perubahan terhadap ukuran kertas yang digunakan, menjadi lebih kecil atau sering juga disebut young broadsheet 7 kolom.[19] Perubahan ukuran kertas dan jumlah kolom yang lebih sedikit berdampak juga pada tata letak tulisan redaksi dan iklan.
Perubahan yang paling mencolok adalah pergantian warna pada masthead yang semula berwarna hitam diubah menjadi biru. Pada halaman depannya juga terdapat penggunaan navigasi yang membantu pembaca untuk menuju rubrik atau berita tertentu. Penggunaan warna selain hitam pada tulisan, judul maupun penamaan rubrik juga menjadi perubahan yang sangat terlihat dan terasa.
Pengurangan ruang tulisan tidak bisa dihindari, hal ini karena ukuran koran Kompas menjadi lebih kecil (tidak selebar sebelumnya).
Perubahan lainnya yang juga sangat terasa adalah pada berita, Kompas mulai menggunakan byline dan firewall pada penulisan beritanya serta pemisahan iklan baris kedalam satu bagian khusus bernama Klasika. Penggunaan byline akan membuat berita menjadi lebih terjamin akutabilitasnya, hal ini karena nama wartawan atau reporter yang menulis berita tersebut tertera dengan jelas, tidak hanya berupa kode seperti sebelumnya. Penggunaan firewall (tembok pembatas) juga akan memberi pemisah yang jelas antara tulisan karya jurnalistik yang berasal dari wartawan/reporter dengan tulisan atau gambar iklan. Iklan ditempatkan sekaligus sebagai informasi, dikelompokkan dalam seksi Klasika, nama baru untuk terjemahan Classified Add yang merupakan modus pertama bagi koran di Indonesia tetapi sudah berlangsung lama bagi koran lain di luar negeri.[20]
Untuk mengelompokkan berita maupun iklan, diperkenalkan istilah baru upperdeck. Upperdeck adalah tulisan berwarna merah diatas judul berita maupun iklan di bagian klasika yang berfungsi sebagai kata kunci.[21]
Berkaitan dengan perubahan harian Kompas, terdapat tembok pembatas yang jelas antara berita bagian atas dan iklan bagian bawah.[22]
Dalam melakukan perubahan, Kompas melakukan persiapan selama satu tahun dengan menggunakan jasa konsultan Garcia Media yang dikepalai oleh Mario Garcia yang berasal dari Amerika.[23] Tim Garcia Media mengerjakan proyek ini bersama dengan tim Kompas selama lebih dari 7 bulan.[20]
Redesain 2018
Pada tanggal 3 Januari 2018, bertepatan dengan penerbitan edisi ke-17.731, Harian Kompas kembali melakukan perubahan desain. Desain baru ini dilakukan sepenuhnya oleh tim internal Harian Kompas[24].
Hal baru yang ditawarkan dalam redesain Kompas adalah ringkasan dalam sejumlah berita guna memberikan ruang kepada pembaca yang singkat waktu bacanya. Ada juga navigasi di balkon guna memberi petunjuk kepada pembaca tentang berita di halaman lain yang dipandang menarik dan penting. Redesain Kompas dimaksud agar Kompas lebih enak dibaca, segar dilihat, tetapi tetap kredibel dan bisa dipercaya. Ada pula rubrik Arsip yang dipindahkan ke halaman 15. Rubrik Arsip yang diambil dari arsip pemberitaan Kompas ditafsir ulang dan diberikan konteks kekinian.
Percetakan dan Distribusi
Percetakan
Pada awalnya harian Kompas dicetak di percetakan PT Keng Po. Seiring perkembangan oplah yang semakin meningkat, dan agar dapat menjamin Kompas dapat terbit pagi hari, dipandang perlu memiliki usaha percetakan sendiri. Pada tahun 1971 perusahaan mendirikan Percetakan Gramedia di Jalan Palmerah Selatan, yang mulai beroperasi pada bulan Agustus 1972, dan diresmikan pada tanggal 25 November 1972 oleh Ali Sadikin, selaku Gubernur DKI Jakarta saat itu. Dalam perkembangannya, pada tahun 1997 dibangunlah sistem cetak jarak jauh (remote printing) sebagai terobosan baru teknologi percetakan untuk mempercepat distribusi koran harian KOMPAS di daerah.[25]
Percetakan (cetak) jarak jauh
Sebagai Koran yang memposisikan diri sebagai koran nasional, Kompas menggunakan fasiltas percetakan jarak jauh untuk memproduksi koran harian dan melakukan distribusi dari banyak lokasi. Pada awal berdirinya, Kompas hanya dicetak di Jakarta dan setiap hari melakukan pengiriman koran menggunakan berbagai sarana transportasi (roda empat, roda dua, dan pesawat) ke barbagai wilayah tujuan di Indonesia. Seiring dengan tuntutan jam kedatangan yang semakin pagi oleh pembaca dan pelanggannya, maka Kompas juga di cetak di berbagai wilayah selain Jakarta.
- 1997, Mulai dicetak di Bawen, Jawa Tengah.
- 1997, Mulai dicetak di Makassar
- 1999, Mulai dicetak di Rungkut, Jawa Timur.
- 2001, Mulai dicetak di Palembang
- 2002, Mulai dicetak di Banjarmasin
- 2003, Mulai dicetak di Deli Serdang, Sumatera Utara.
- 2006, Mulai dicetak di Rancaekek , Sumedang.
- 2009, Mulai dicetak di Gianyar, Bali.
Keagenan
Untuk mendistribusikan dan menjual koran Kompas sampai ke konsumen, pihak Kompas menggunakan sistem perantara keagenan yang bisa disebut dengan agen koran. Agen koran memiliki loper untuk mengirimkan dan menagih tagihan koran ke pelanggan Kompas.[26][27]
Ada dua model agen penyalur Kompas
- Agen Konvensinal (menjual produk koran lain juga)
- Agen Kompas (hanya menjual dan mendistribusikan produk Kompas) di bawah PT. Jasatama Polamedia.[28]
Pada awalnya, sirkulasi Kompas dilakukan sendiri dibawah manajemen PT. Kompas Media Nusantara. Hingga pada tanggal 1 Januari 2009, sirkulasi Kompas berada dibawah naungan PT. Sirkulasi Kompas Gramedia (SKG). Unit ini merupakan hasil penggabungan seluruh Departemen Sirkulasi/Distribusi media di Kompas Gramedia.[29]
Kompas digital
KOMPAS ePaper
KOMPAS ePaper adalah koran digital Kompas dalam bentuk elektronik yang diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. KOMPAS ePaper diluncurkan pertama kali pada tanggal 1 Juli 2009. Inovasi dan inisiatif ini sebenarnya telah ada dari tahun 2008, akan tetapi baru bisa diakses pada tanggal tersebut setelah melalui beberapa perbaikan dan uji coba purwarupa.
Isi KOMPAS ePaper ini tidak sama dengan Kompas.com. Apabila pada Kompas.com, informasi-informasi yang diberikan berbeda dengan Kompas versi kertas koran, maka KOMPAS ePaper memiliki isi (berita dan iklan) yang sama dengan Kompas versi kertas koran. Perbedaan mendasarnya hanya pada mediumnya saja, tidak lagi menggunakan kertas koran, melainkan dalam bentuk digital atau sering juga disebut dengan epaper. Pada saat peluncurannnya, akses KOMPAS ePaper tidak memungut biaya, namun membutuhkan plugin tambahan yaitu Microsoft Silverlight dan Adobe Flash yang wajib dipasang terlebih dahulu pada Peramban web yang digunakan.
Digital
Per 1 Mei 2011, untuk mengakses digital.kompas.com harus melakukan pembayaran terlebih dahulu, sistem langganan berbayar ini meliputi KOMPAS Cetak, KOMPAS Reader dan KOMPAS ePaper.[30][31] Selain versi Microsoft Silverlight dan Adobe Flash yang kaya fitur dan interaktif, KOMPAS ePaper juga dapat diakses lebih mudah dan cepat melalui Peramban web biasa tanpa Microsoft Silverlight dan Adobe Flash dengan syarat fitur Javascript pada perambah tersebut dalam status terpasang dan aktif.
Pada tanggal 1 Februari 2017[32], PT Kompas Media Nusantara meluncurkan situs dengan sistem langganan dengan alamat https://kompas.id.
Scoop
Pada tanggal 15 Maret 2013, produk ePaper Kompas tersedia dan dapat diunduh melalui aplikasi mobile Scoop yang tersedia di platform Android dan iOS. Mulai 20 Maret 2013, harian Kompas versi digital di Scoop akan dikenakan biaya langganann sebesar 29,99 dollar AS untuk paket 3 bulan, 59,99 dollar AS untuk paket 6 bulan, dan 119,99 dollar AS untuk paket 1 tahun. Untuk dapat menikmati produk epaper Kompas di SCOOP pada berbagai platform tanpa melakukan pembelian kembali, pengguna harus membuat akun SCOOP ID terlebih dahulu. Akun tersebut kemudian digunakan pada berbagai platform.[33]
KOMPAS Cetak
KOMPAS Cetak adalah koran digital Kompas versi elektronik. Akses Kompas cetak melalui Peramban web tidak membutuhkan plugin tambahan. Berita yang ada disini sama persis dengan yang ada pada versi cetak (non-elektronik) namun kadang ada berita yang tidak ditambahkan di sini. Iklan yang ada pada versi cetak (non-elektronik) pun ditiadakan disini.
Mulai tanggal 1 Juli 2010 Harian Kompas edisi cetak di Kompas.com seluruhnya berganti menjadi edisi ePaper Harian Kompas.[34] Pada Agustus 2010, Kompas Cetak kembali lagi dengan desain baru.
KOMPAS Editor's Choice
iPad
KOMPAS Editor's Choice untuk iPad adalah sebuah bentuk publikasi baru (berbeda dari Kompas versi kertas koran) yang diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara yang hanya dapat diakses melalui perangkat iPad (Apple). Aplikasi pertama dari Indonesia yang bisa diunduh dari AppStore ini dapat menampilkan foto peristiwa dan video beresolusi tinggi yang memang dioptimalkan untuk layar iPad.[35]
Blackberry PlayBook
Kompas Editor's Choice untuk BlackBerry Playbook adalah publikasi baru yang mirip dengan Kompas Editor's Choice untuk iPad, perbedaan mendasarnya adalah aplikasi ini khusus ditujukan untuk pengguna tablet BlackBerry Playbook yang dapat diunduh melalui BlackBerry AppWorld.[36] Aplikasi ini telah tersedia bersamaan dengan diluncurkan Blackberry Playbook di Indonesia oleh pihak RIM pada tanggal 7 Juli 2011.[37]
Jendela Indonesia
Jendela Indonesia (Window of Indonesia) adalah publikasi pada perangkat iPad yang ditujukan untuk menampilkan ase/sumber daya alam dan budaya Indonesia kepada masyarakat luas termasuk dunia internasional. Aplikasi yang rutin terbit tiap sabtu ini juga menampilkan informasi tambahan berupa peta, lokasi hotel dan berbagai informasi lainnya yang menunjukkan potensi suatu wilayah. Konten yang ditampilkan juga tidak selalu berasal dari Koran Kompas versi cetak, tampilan 3D dan video yang tidak mungkin ditampilkan pada medium kertas koran dapat disimak pada aplikasi ini.[38]
Kompas Reader
Kompas Reader adalah koran digital Kompas versi elektronik. KOMPAS Reader merupakan aplikasi yang dapat dipasang pada sebuah sistem operasi (Windows, MacOS, dan Linux).[39] Aplikasi ini membutuhkan komponen Adobe Air agar dapat diunduh, dipasang dan dijalankan pada salah satu sistem operasi yang disebutkan sebelumnya. Aplikasinya sendiri bersifat gratis, namu untuk dapat mengunduh dan melakukan sinkronisasi isi haru terlebih dahulu melakukan pembayaran (langganan). Tampilan isi (berita dan iklan) pada aplikasi ini sama dengan versi Kompas yang dicetak di kertas koran. Pengguna aplikasi ini juga dapat menikmati konten Kompas tanpa harus selalu terhubung dengan lingkungan daring.
Aplikasi Kompas Reader ini pertama kali dikembangkan oleh Dody Dharma, yang pada saat itu merupakan mahasiswa tingkat akhir Institut Teknologi Bandung (ITB).[40][41]
Kode QR (dakode) (QR Code)
Menjelang ulang tahun yang ke-44, harian Kompas meluncurkan penggunaan teknologi QR code yang akan meningkatkan interaksi antara harian Kompas dan para pembacanya. Harian ini yang pertama di antara surat kabar nasional yang menggunakan QR code. Kode QR pada harian Kompas berfungsi sebagai ”jembatan” penghubung antara konten luring dan daring agar pembaca berinteraksi dengan media melalui ponsel.[42]
Realitas tertambah
Kompas adalah koran pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Realitas tertambah (Augmented reality, AR) pada medium kertas koran. Realitas tertambah pada koran Kompas berupa gambar yang bila ditangkap oleh kamera pada komputer akan menampilkan informasi tambahan berupa animasi tiga dimensi (3D) pada peramban web.[43][44]
Aplikasi Teka-teki Silang Kompas (TTS Kompas)
Setiap hari minggu, koran Kompas menampilkan Teka-teki silang bagi para pembacanya. Sejak bulan November 2010[45], Koran Kompas juga menghadirkan aplikasi Teka-teki silang pada perangkat bergerak mobile Blackberry. Aplikasi TTS Kompas pada perangkat Blackberry ini lahir dari kompetisi KIAD yang diikuti oleh 186 peserta.
Aplikasi teka-teki silang Harian Kompas dikembangkan ke berbagai perangkat bergerak lainnya di Windows Phone, iOS dan Android. Dengan dukungan sistem pengelola soal, generator soal dan sistem api , aplikasi Kompas TTS akhirnya dapat mempertahankan tingkat kesulitan pengerjaan yang sama dengan versi cetaknya.[46]
Galeri Kompas Digital
-
Kompas Reader (Desktop)
-
Kompas Mobile (Seluler)
-
Kompas Editor's Choice Playbook
-
Kompas Editor's Choice iPad
-
Kode QR Kompas
-
Realitas Visual
-
TTS Kompas Blackberry
-
Jendela Indonesia
Konten
Cerita Bersambung
Dari berbagai fitur yang dikembangkan KOMPAS salah satunya adalah cerita bersambung yang sedikit banyak telah membuat komunitas dan mengangkat nama penulisnya hingga dijadikan novel dan diangkat ke layar lebar seperti:
- Badai Pasti Berlalu (novel), karya Marga T, dimuat 5 Juni 1972 - 2 September 1972
- Musashi (novel), karya Eiji Yoshikawa, dimuat 1983
- Karmila, karya Marga T
- Cintaku di Kampus Biru, karya Ashadi Siregar
- Rara Mendut. Kisah Rara Mendut ditulis ke dalam sebuah karya sastra klasik oleh Y.B. Mangunwijaya (atau "Romo Mangun"), tokoh sastra terkenal asal Ambarawa, Jawa Tengah, Indonesia, ke dalam sebuah novel trilogi yang pertama kali diterbitkan tahun 1982 sampai tahun 1987 dalam harian Kompas dalam format cerita bersambung. Trilogi ini masing-masing berjudul "Rara Mendut", "Genduk Duku", dan "Lusi Lindri".
Karikatur
Bobo
Pada awalnya, Majalah Bobo adalah halaman anak-anak pada Harian Kompas yang kemudian terbit menjadi majalah tersediri.
Bola
Tabloid Bola awalnya terbit sebagai sisipan harian Kompas pada 3 Maret 1984, namun empat tahun kemudian mulai diterbitkan terpisah.
Suplemen
Kompas Ekstra
Sejak Bulan Februari 2011, Harian Kompas menerbitkan suplemen dengan nama Kompas Ekstra. Kompas Ekstra berwujud terbitan yang ukuran kertasnya lebih kecil dari ukuran surat kabar Kompas. Pengirimannya dijadikan satu dengan fisik koran Kompas. Suplemen ini terbit satu bulan sekali, tepatnya tiap hari senin minggu terakhir. Suplemen ini terbit dengan konten yang tematis. Beberapa tema kontennya antara lain 'Kesehatan', 'Pendidikan' , 'Asuransi' dan lain-lain.[47]
Penghargaan dan Rekor
- 2005, Tiga (3) penghargaan jurnalistik MH Thamrin untuk kategori artikel umum, kebakaran dan foto.[48]
- 2006, Goldern Brand Award 2006 untuk kategori surat kabar.[49]
- 2009, Kompas Raih Penghargaan Swara Sarasvati 2010 yang diselenggarakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia.[50]
- 2009, Harian Kompas menerima dua penhargaan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, masing-masing kategori Surat Kabar Peduli LIngkungan dan Surat Kabar untuk Berita Foto Lingkungan.[51]
- 2009, Harian Kompas Terima Penghargaan dari Mahkamah Konstitusi (MK)karena dianggap banyak membantu mensosialisasikan fungsi dan kewenangan MK dalam pemberitaannya.[52]
- 2009, Indonesia Best Brand Award 2009 Platinum untuk kategori media.[53]
- 2010, Kompas Pecahkan Rekor Sepeda Santai.[54]
- 2010, Best Brand Award 2010 untuk kategori Koran.[55]
- 2010, WAN-IFRA Best In Design (Gold) 2010 untuk halaman pertama yang menampilkan foto Gus Dur.[56]
- 2010, Kompas meraih tiga (3) penghargaan. Best in User Generated Content, Best in Cross Media Editorial Coverage dan Best eReader-Tablet .[57][58]
- 2010, Agus Susanto, Fotografer Kompas Raih Penghargaan The Jakarta International Photo Summit 2010.[59]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai koran yang paling disukai perempuan.[60]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai media cetak pengguna Bahasa Indonesia terbaik tingkat nasional.[61]
- 2011, Penghargaan dari asosiasi surat kabar sedunia (WAN IFRA) untuk bidang layanan publik dalam kategori World Young Reader Prize 2011.[62]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai Indonesia's Most Favorite Netizen Brand 2011 untuk kategori Koran (Wilayah Jakarta).[63]
- 2011, Kompas meraih (3) penghargaan pada Asian Digital Media Awards 2011 Hongkong (DMA11). Ekspedisi Citarum mendapat Gold Award pada kategori Cross Media, Silver Award untuk Best Newspapaer Website dan eReader Playbook mendapat Bronze Award untuk kategori Best eReader.[64]
- 2011, Kompas Raih Anugerah Tirtoadisuryo 2011.[65]
- 2011, Penghargaan media cetak yang terbanyak memuat isu lingkungan hidup periode 2011.[66]
- 2012, Penghargaan Adam Malik (Award), untuk kategori media dan jurnalis terbaik.[67]
- 2012, Hadiah Adinegoro untuk karya jurnalistik karikatur.[68]
- 2012, Dua Emas pada Indonesia Print Media Award 2012 dan Indonesia Inhouse Magazine 2012.[69][70]
- 2012, Penghargaan Perunggu untuk aktivitas "Volunter In Action" dari Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA), untuk kategori Layanan Komunitas [71]
- 2012, Penghargaan Emas (P.Raditya Mahendra Yasa), Perak (Agus Susanto) dan Perunggu (Yuniadhi Agung) dari Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA), untuk kategori Sports Photography [72]
- 2012, Dua penghargaan pada malam "38 Tahun Anugerah Jurnalistik M.H Thamrin - PWI Jaya" untuk kategori "Artikel Layanan Publik" dan "Tajuk Rencana"[73]
- 2012, Penghargaan Pendidikan pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 [74]
- 2012, Dua wartawan kompas dan satu fotografer mendapat penghargaan dalam acara Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan (APBK) 2012 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.[75]
- 2012, Wartawan Kompas, Eny Prihtiyani meraih juara III lomba karya tulis jurnalistik IFC Indonesia.[76]
- 2012, Ekspedisi Cincin Api mendapat penghargaan emas dan perak dari (WAN-IFRA),[77]
- 2012, Harian Kompas meraih Transmigration Award [78]
- 2012, Harian Kompas mendapat penghargaan dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Selama dua tahun ini, Kompas dinilai sebagai satu-satunya media yang konsisten dan komprehensif menyosialisasikan kondisi geologi Indonesia, melalui peliputan Ring of Fire (cincin api).[79]
- 2013, Harian Kompas meraih penghargaan Asian Media Award 2013. Fotografer Kompas, Agus Susanto meraih penghargaan perunggu untuk fotonya 'Indonesia Lawan Korea Utara (SCTV Cup)' [80]
- 2013, Melalui proyek Kompas Archipelago Culinary Expedition, Harian Kompas meraih penghargaan Digital Media Asia (DMA) 2013 untuk kategori tablet publishing.[81]
- 2013, Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran.[82]
- 2014, PT Kompas Media Nusantara mendapatkan Bronze Award pada acara Asian Media Award 2014 di Hongkong untuk kategori Foto Jurnalisme dengan judul foto 'Jakarta Tak Berdaya'.[83]
Komunitas
- Penghargaan Cerpen "Kompas". Merupakan aktivitas yang dilakukan Harian Kompas dalam mendukung kesusastraan Indonesia melalui penghargaan yang sudah berlangsung semenjak tahun 1992.
- Dana Kemanusiaan "Kompas" (DKK) . Merupakan aktivitas pengumpulan dana untuk kemanusiaan yang aset tahunannya diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Leonard, Mulia & Richard. Dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan, Kompas tidak pernah mendiskriminasi para penerimba bantuan baik dari segi etnis, agama, gender, maupun usia/umur. Dalam menentukan kebutuhan dan pengalokasikan dana, harus melalui Dewan Pengawas DKK.[84]
- Milis Forum Pembaca Kompas (milis FPK). Milis ini dibentuk oleh salah seorang pembaca Kompas bernama Agus Hamonangan pada tanggal 30 Juli 2004. Selain sebagai pendiri, Agus Hamonangan juga aktif sebagai moderator. Selain pembaca Kompas, milis tersebut juga dilanggani oleh karyawan Kompas terutama bagian redaksi. Karena lahir dari komunitas, maka pengelolaannya juga dilakukan oleh komunitas secara sukarela, pihak Kompas tidak mengelola secara langsung.[85]
- Milis Kompas Community . Milis ini ditujukan untuk pembaca dan pelanggan Kompas yang akan memberikan kritik dan saran untuk Redaksi, Sirkulasi, Iklan, atau produk lain yang dipublikasikan oleh Kompas. Milis ini langsung dikelola oleh pihak Kompas.[86]
- Diskusi Panel Forum Pembaca Kompas (FPK) atau yang juga biasanya disebut Kompas Audience Engagement (KAE). Merupakan aktivitas resmi yang diselenggarakan oleh pihak Kompas yang melibatkan pelanggan dan penulis artikel.[87] Kegiatan ini telah berlangsung dari tanggal 22 Juni 2002 dan saat ini (31 Oktober 2011) telah dilakukan di sepuluh (10) kota besar di Indonesia. Kota tempat aktivitas FPK adalah Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar[88] dan Bali.
- Di tingkat yang lebih professional, ada Ombudsman. Komunitas ini ditujukan untuk mengkritisi dan memberi masukan terhadap pemberitaan Kompas agar netralitas dan keterimbangan tetap terjaga. Anggota Ombudsman terdiri atas sejumlah pakar dari berbagai bidang dan profesi yang setiap bulan bertemu dengan pimpinan dan para editor Kompas.[89]
- Kompas Muda, adalah komunitas pembaca Harian Kompas yang masuk kategori muda. Kompas Muda terdiri dari Siswa-siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sederajat yang memiliki aktivitas bersama. Salah satu aktivitasnya adalah mengisi rubrik Kompas Muda di harian Kompas. Selain mengisi rubrikasi, aktivitas Kompas Muda yang berawal dari proses rekrutmen juga merambah ke berbagai kompetisi dan ajang kreativitas lainnya.[90] Para pelajar yang berkumpul dalam komunitas Kompas Muda biasanya disebut dengan nama 'Mudaers'
Galeri Komunitas
-
Para volunteer Kompas MuDA.
-
Kompas Audience Engagement.
-
Penghargaan Cerpen Kompas.
-
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)-Bank Mandiri
Lihat pula
Referensi
- ^ a b "Oom Pasikom Panjang Umur". Diakses tanggal 2011-11-15.
Sirkulasi Kompas saat ini sekitar 470 ribu. Ini berarti, dalam 20 tahun Kompas telah tumbuh berlipat hampir seratus kali. Kompas sekarang bukan cuma koran terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.
- ^ "Warta Kota, The City Icon". Diakses tanggal 2011-10-31.
But this has resulted in a very accurate and reliable outcome, especially for advertisers. I think only Kompas and Warta Kota that use the ABC’s service. It’s not cheap, but for our credibility, money must not be a problem,” he added.
- ^ "Lembaga Rating Dikritik Lagi (Kasus Rating Warta Kota)". Diakses tanggal 2011-10-31.
Dengan menggunakan hasil rating terbaru dari ABC, Warta Kota berani menyatakan dirinya sebagai koran yang 'laku' terjual banyak (sekita 140 ribuan eksemplar), serta mendapatkan penghargaan (iklannya ada di berbagai majalah).
- ^ "Nama KOMPAS Pemberian Bung Karno". Diakses tanggal 2011-11-04.
Mendengar jawaban itu Bung Karno tersenyum dan berkata: "saya memberi nama yang lebih bagus. Kompas! Tahu toh apa artinya Kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Maka, harian baru itu terbit dengan nama Kompas.
- ^ "Nama KOMPAS Pemberian Bung Karno". Diakses tanggal 2011-11-04.
Untuk mendapatkan izin penerbitan ketika itu bukan perkara mudah. Selain aparat yang mengatur perizinan dikuasai Partai Komunis Indonesia (PKI), penerbit juga harus bisa menunjukkan bukti bahwa sudah ada pelanggan sekurang-kurangnya 3.000 orang. Maka, Frans seda kemudian menginstruksikan kepada anggota-anggota partai, guru-guru sekilah, dan anggota Koperasi Kopra Primer di Kabupaten sikka, Ende Lio, dan Flores Timur untuk secepat mungkin mengirim daftar 3.000 pelanggan, lengkap dengan tanda tangan dan alamat.
- ^ "Pers Order Baru". Diakses tanggal 2011-11-04.
hal.50.
- ^ "History". Diakses tanggal 2013-15-29.
Pada mulanya KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar
- ^ "Oplah danPembaca Kompas". Diakses tanggal 2010-06-02.
Harian Kompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan tingkat keterbacaan 1.850.000 per hari. Artinya, Kompas rata-rata dibaca oleh 1.850.000 orang per hari.
- ^ "Catatan Atas "Kongkow Bareng" Jakob Oetama". Diakses tanggal 2011-11-15.
Kompas diawali dengan buletin Intisari yang terus diterbitkan dan ada sebagai tonggak berdirinya Kompas sebagai harian dan menjadi bisnis media cetak terbesar di Asia Tenggara dengan oplah 500 ribu eksemplar setiap hari, dan menjadi 600 ribu eksemplar di hari Minggu.
- ^ "Angket pembaca KOMPAS, 2008". Diakses tanggal 2011-11-07.
Survey terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar pembaca KOMPAS berasal dari kelas menengah ke atas, tercermin dari kondisi keuangan dan latar belakang pendidikan mereka.
- ^ "/Harian_Rakjat". Diakses tanggal 2011-1-04.
Dan, akhirnya, dua hari setelah Gerakan 30 September 1965 meletus, harian itu ditutup untuk selamanya. Pada 1 Oktober 1965 malam, semua harian yang terbit di Jakarta dilarang terbit, kecuali Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha milik militer.
- ^ Tujuh Koran Dilarang Arsip Tempo, 28 Januari 1978
- ^ "Surat Pencabutan PHK Bambang Wisudo". Diakses tanggal 2011-11-01.
maka sehubungan telah diadakannya Perjanjian Perdamaian antara Pihak Perusahaan dengan Saudara pada tanggal 12 Desember 2008, dengan ini dinyatakan bahwa kedua surat tersebut dicabut dan dibatalkan.
- ^ "1000 Persen Ical Tak Temui Gayus di Bali". Diakses tanggal 2011-11-03.
Sementara itu, keberadaan Ical juga tercium wartawan. Semula wartawan tidak menyadari kehadiran Ical. Mereka baru tahu bahwa ada Ical menjadi penonton pertandingan itu ketika mantan Ketua KONI Agum Gumelar yang juga menyaksikan pertandingan itu bersama istrinya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, memanggil-manggil Ical.
- ^ "Dibantah, Ical Bertemu Gayus di Bali". Diakses tanggal 2011-11-03.
Aburizal yang disebut-sebut ikut menonton tenis ini dikabarkan bertemu dengan Gayus. Namun, kabar ini segera dibantah oleh anggota Fraksi Partai Golkar, Aziz Syamsuddin.
- ^ "Aburizal Adukan Sejumlah Media ke Dewan Pers". Diakses tanggal 2011-11-03.
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie melaporkan sejumlah media ke Dewan Pers.
- ^ "Aburizal Laporkan Sejumlah Media ke Polisi". Diakses tanggal 2011-11-04.
Pengusaha Aburizal Bakrie, yang akrab disapa Ical, berencana melaporkan sejumlah media ke Dewan Pers, Rabu 24 November 2010. Aburizal menilai bahwa sejumlah media itu telah menyudutkan dirinya dalam berita soal plesirnya Gayus Tambunan ke Bali. Rencananya, Ketua Umum Partai Golkar ini juga akan mengadukan kasus ini ke kepolisian.
- ^ "Hari Ini, RCTI dan Koran Sindo Hadapi Putusan". Diakses tanggal 2011-11-01.
Seperti diketahui, kasus perdata yang dihadapi tujuh media ini bermula dari gugatan Raymond Teddy. Raymond merasa keberatan dengan pemberitaan ketujuh media tersebut, yakni Kompas, RCTI/Koran Sindo, Republika, Detikcom, Warta Kota, dan Suara Pembaruan, atas penyebutan dirinya sebagai bandar judi.
- ^ "Big Brand Big Pleasure". Diakses tanggal 2011-11-01.
Tanggal 28 Juni menjadi saksi sejarah bagaimana sebuah merek besar Kompas melakukan perubahan, mulai dari tampilan menjadi young broadsheet 7 kolom.
- ^ a b "Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jacob Oetama". Diakses tanggal 2012-06-09.
Halaman 265.
- ^ "Karena Kompasiana Underconstruction". Diakses tanggal 2012-06-09.
Lewat sentuhan konsultan dan designer media, Mario R. Garcia,–lahir di Las Villas, Kuba 15 Februari 1947–tampilan Kompas berubah seperti sekarang. Lebih kecil dari sebelumnya dan lebih enak dibaca karena adanya pengelompokkan berita, termasuk pengelompokkan iklan. Dan dengan adanya “upperdeck” berwarna merah di atas judul sebagai kata kunci.
- ^ "Mulai Hari ini (28/6) KOMPAS Berubah". Diakses tanggal 2011-11-01.
Byline adalah bagian dari accountability wartawan. Wartawan yang pakai byline lebih accountable daripada yang tidak memakai byline. Firewall adalah garis tipis yang memisahkan "editorial content" dan semua iklan. Prinsipnya, iklan adalah iklan, berita adalah berita. Takboleh ada campur aduk. Tak boleh ada advertorial (advertisement + editorial = advertorial).
- ^ "Kompas". Diakses tanggal 2011-11-01.
Desain dan perwajahan Kompas terus menerus diperbaiki. Seorang konsultan desain kelas dunia, Mario Garcia dari Amerika Serikat, tahun 2005 diminta mendadani wajah Kompas, sehingga Kompas tampil seperti yang sekarang.
- ^ Wajah Baru "Kompas" 2018. Hari ini, Rabu 3 Januari 2018, bertepatan dengan penerbitan edisi ke-17.731, Kompas kembali meredesain wajahnya. Perubahan wajah Kompas yang mengandalkan center of visual impact dengan desain yang “clean andstrong” adalah respons Kompas dan versi digitalnya, Kompas.ID, atas perubahan perilaku membaca akibat revolusi digital.
- ^ "History". Diakses tanggal 2012-06-09.
- ^ "Loper Koran". Diakses tanggal 2012-06-11.
- ^ "Ratusan Loper Kompas Ngabuburit". Diakses tanggal 2012-06-11.
- ^ "Sejarah Singkat PT Jasatama Polamedia" (PDF). Diakses tanggal 2012-06-22.
Awal berdirinya PT. Jasatama Polamedia, merupakan prakarsa dari Bagian Sirkulasi harian Kompas di daerah Yogyakarta pada tahun 1993. Bagian sirkulasi harian Kompas mengadakan suatu proyek yang dikenal dengan Laboratorium Sirkulasi Daerah karena adanya hambatan pengembangan harian Kompas dari agen-agen konvensional. Hambatan tersebut antara lain, berkurangnya minat para agen untuk terus mengembangkan harian Kompas karena agen-agen tersebut tidak hanya mendistribusikan harian Kompas saja tetapi juga mendistribusikan media cetak dari penerbit lainnya.
line feed character di|quote=
pada posisi 317 (bantuan) - ^ "Corporate Circulation". Diakses tanggal 2012-06-11.
SKG menangani operasional penjualan melalui kegiatan sirkulasi dan distribusi seluruh media yang berjumlah lebih dari 70 merek suratkabar harian, tabloid maupun majalah baik mingguan maupun bulanan. Sebagian besar media yang ditangani adalah market leader di segmen masing-masing, diantaranya Harian Kompas, Warta Kota, tabloid Bola, Nova, Otomotif, majalah Bobo, Intisari, Autobild, National Geographic Indonesia dan masih banyak lagi.
- ^ "Sensasi Berlangganan "Kompas" Edisi Digital". Diakses tanggal 2011-11-03.
Lewat tengah malam, 1 Mei 2011. Saya lagi asik bolak-bolik laman epaper Kompas. Tiba-tiba klik mengarah (atau tepatnya dialihkan) ke halaman Kompas Digital. Muncul tulisan: Mulai 1 Mei 2011, harian Kompas edisi Digital dikenakan biaya berlangganan. Duh!.
- ^ "Setuju Tidak Baca Berita Media Pake bayar Segala? Kompas Gelo". Diakses tanggal 2011-11-03.
Mulai 1 Mei 2011, harian Kompas edisi Digital dikenakan biaya berlangganan. Paket Berlangganan Harian KOMPAS Digital yang terdiri dari KOMPASCetak.com, KOMPAS ePaper dan KOMPAS Reader.
- ^ Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara) adalah sebuah perusahaan surat kabar yang memiliki situs resmi kompas.id[1]
- ^ "Harian Kompas Kini Bisa Diunduh di Scoop". Diakses tanggal 2013-06-25.
Kolaborasi antara kedua belah pihak merupakan salah satu upaya yang dilakukan Kompas untuk mengadopsi teknologi digital," kata Direktur Bisnis Harian Kompas Hardanto Subagyo, dalam keterangan pers yang diterima Kompas Tekno, Jumat, 14 Maret 2013.
- ^ "KOMPAS cetak". Diakses tanggal 2010-06-02.
Terhitung mulai 1 Juli 2010, kanal Harian KOMPAS edisi cetak di KOMPAS.com akan berganti menjadi kanal edisi ePaper Harian KOMPAS.
- ^ "Editors Choice". Diakses tanggal 2011-10-31.
Nikmati foto peristiwa dan video beresolusi tinggi yang dioptimalkan untuk layar iPad .
- ^ "Kompas Editor's Choice Sekarang Hadir di BlackBerry PlayBook". Diakses tanggal 2011-10-31.
Kompas Editor’s Choice untuk PlayBook dibuat menggunakan materi yang serupa dengan versi iPad-nya. Tak heran jika kontennya bisa dibilang sangat siap.
- ^ "Inilah Dua Aplikasi Kompas untuk PlayBook". Diakses tanggal 2011-11-03.
Tablet BlackBerry PlayBook sesuai rencana bakal diluncurkan secara resmi di Indonesia, Kamis (7/7/2011), malam ini. Menyambut kehadirannya, Kompas telah lebih dulu menyediakan dua aplikasi sebagai komitmen menyediakan konten lokal berkualitas bagi semua jenis platform teknologi.
- ^ "Jendela Indonesia". Diakses tanggal 2012-18-23.
Window of Indonesia is a specialized application to introduce the environmental assets of Indonesia natural and cultural environment to the wider community including the international world.
- ^ "KOMPAS Reader". Diakses tanggal 2011-10-31.
Apapun sistem operasi komputer Anda (Windows, MacOS, dan Linux).
- ^ "DailySocial Berkunjung Ke Kantor Nightspade". Diakses tanggal 2011-11-03.
Sebelum memutuskan untuk fokus pada pengembangan permainan di perangkat bergerak, salah satu pengembangan yang dilakukan Nightspade adalah Kompas Reader, sebuah news reader untuk desktop dari Kompas.
- ^ "KOMPAS Reader". Diakses tanggal 2011-11-03.
Sebagai penggemar koran ini, penulis mencoba untuk sedikit berkontribusi, agar koran ini bisa dinikmati dengan nyaman, setidaknya buat diri penulis sendiri, terlebih buat penggemar koran KOMPAS yang lain. Untuk itu, penulis mencoba membuat sebuah aplikasi ringan (hanya berukuran 2,1 MB). Aplikasi ini penulis beri nama Baca KOMPAS.
- ^ "QR Code Kompas Perkaya Konten bagi Pembaca". Diakses tanggal 2012-06-29.
- ^ "Langkah Instalasi Program Augmented Reality". Diakses tanggal 2012-07-16.
- ^ "Augmented Reality Warnai Media Cetak Masa Depan". Diakses tanggal 2012-07-16.
- ^ "Kompas Dalam Aplikasi Blackcerry". Diakses tanggal 2012-08-07.
- ^ Menggunakan teknologi terkini yang dimilik Nokia, “Kompas TTS” menyuguhkan semua fitur terbaik yang ada. Mulai dari tingkat kesulitan soal yang (anehnya) justru menjadi kekuatan utama TTS Kompas Edisi Minggu hingga ke fitur bantuan teman melalui social media. Ya, pemain “Kompas TTS” dapat mengirimkan pertanyaan dalam TTS yang sedang dikerjakannya ke jejaring sosial mereka melalui Facebook maupun Twitter.
- ^ "Kompas Ekstra". Diakses tanggal 2012-05-31.
- ^ "Harian Kompas Dominasi Penghargaan Jurnalistik MH Thamrin". Diakses tanggal 2011-11-01.
Sementara itu, Harian Kompas mendominasi perolehan penghargaan yang disediakan Institut Anugerah Jurnalistik MH Thamrin PWI Jaya. Dari enam penghargaan, Harian terbesar di Indonesia itu berhasil memborong tiga penghargaan.
- ^ "Kompas Raih Indonesia Golden Brand Award 2006". Diakses tanggal 2011-10-31.
Untuk keempat kalinya secara berturut-turut Harian Kompas mendapatkan pernghargaan Indonesia Best Brand Award (IBBA) untuk kategori surat kabar. Penghargaan ini diserahkan Kamis malam ini di Hotel Sangrilla, Jakarta.
- ^ "Kompas Raih Penghargaan Swara Sarasvati 2010". Diakses tanggal 2011-10-31.
Swara Sarasvati adalah bentuk apresiasi dari Koalisi Perempuan Indonesia untuk media massa yang yang mendukung perjuangan mengkampanyekan peningkatan keterwakilan politik perempuan dalam pengambilan kebijakan. Selain itu salah satu wartawan KOMPAS Maria Hartiningsih juga meraih penghargaan Swara Sarasvati melalui tulisannya yang berjudul ” Terhambatnya Perempuan, Kerugian Demokrasi ” yang dimuat di harian KOMPAS pada 4 Februari 2009.
- ^ "Kompas Meraih Dua Penghargaan". Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas menerima dua penhargaan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, masing-masing kategori Surat Kabar Peduli LIngkungan dan Surat Kabar untuk Berita Foto Lingkungan. Selama empat bulan, 28 Maret-26 Juni 2009, pihak kementerian memantau pemberitaan di 10 media cetak.
- ^ "Kompas Terima Penghargaan dari MK". Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas menerima penghargaan dari Mahkamah Konstitusi karena dianggap banyak membantu mensosialisasikan fungsi dan kewenangan MK dalam pemberitaannya. Penghargaan diberikan dalam rangka ulang tahun ke-6 MK, Kamis (13/8).
- ^ "Konsumen semakin pragmatis". Diakses tanggal 2011-10-31.
Dalam kesempatan ini, harian Kompas meraih penghargaan Indonesia Best Brand 2009 Platinum untuk kategori koran. Penyelenggara menilai harian Kompas mampu mempertahankan loyalitas konsumen terhadap merek hingga selama 44 tahun masih menjadi pemimpin pasar.
- ^ "Kompas Pecahkan Rekor "Fun Bike"". Diakses tanggal 2011-10-31.
ara Kompas Green Fun Bike 2010 yang digelar di Surabaya, Minggu (11/4/2010), memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia untuk jumlah peserta. Kegiatan itu diikuti 39.073 peserta.
- ^ "Best Brand Award 2010". Diakses tanggal 2011-10-31.
CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo (kiri) menerima penghargaan untuk kategori koran dalam Indonesia Best Brand Award 2010 dari Pemimpin Redaksi Majalah Swa Kemal Effendi Gani di Studio Metro TV, Jakarta Barat, Kamis (29/7/2010).
- ^ "Kompas Raih Tiga Penghargaan". Diakses tanggal 2012-05-22.
Kali ini, Harian Kompas meraih penghargaan pertama atau emas untuk desain halaman satu pada 9th Asia Media Awards 2010 yang diselenggarakan oleh World Association of Newspaper and News Publisher (WAN) IFRA di Hotel Shangri-La, Kuala Lumpur, Malaysia, 4 Agustus 2010.
- ^ "Kompas Raih Tiga Penghargaan". Diakses tanggal 2011-10-31.
Ketiga penghargaan untuk kategori “Best in User Generated Content”, “Best in Cross Media Editorial Coverage”, dan “Best eReader-Tablet”.
- ^ "Pos Kupang, Kompas Raih Tiga Penghargaan". Diakses tanggal 2011-10-31.
Kompas berhasil meraih tiga penghargaan internasional dalam ajang Asian Digital Media Awards (ADMA) yang digelar asosiasi suratkabar dunia WAN-IFRA.
- ^ "Fotografer Kompas raih penghargaan". Diakses tanggal 2011-10-31.
Agus Susanto, fotografer harian Kompas yang memfoto Gayus Tambunan saat menonton tenis di Bali meraih Penghargaan Photo Summit Indonesia 2010.
- ^ "Harian Kompas meraih penghargaan Indonesia's Most Favorite Woman Brand 2011 kategori Surat Kabar DKI Jakarta dari majalah Marketeers".
- ^ "Bahasa Indonesia terbaik". Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas terpilih sebagai media cetak pengguna Bahasa Indonesia terbaik tingkat nasional.
- ^ "WAN IFRA". Diakses tanggal 2011-10-31.
Surat kabar Kompas lewat kegiatan Kompas Muda mendapat penghargaan dari asosiasi surat kabar sedunia (WAN IFRA) untuk bidang public service dalam kategori World Young Reader Prize 2011.
- ^ "KOMPAS, Surat Kabar Terfavorit Pengguna Internet". Diakses tanggal 2011-11-07.
Penghargaan ini diberikan oleh MarkPlus Insight berdasarkan hasil survei terhadap pengguna Internet (netizen) di Indonesia tahun 2011 ini.
- ^ "Situs "Kompas.com" Menangi Penghargaan Asia". Diakses tanggal 2011-11-25.
Situs berita Kompas.com mendapatkan penghargaan Asian Digital Media Awards 2011 yang diumumkan di Hong Kong, Kamis (24/11/2011). Kompas.com mendapatkan silver award untuk kategori Best Newspaper Website in Asia.
- ^ "Kompas Raih Anugerah Tirtoadisuryo 2011". Diakses tanggal 2011-12-15.
Harian Kompas kembali meraih prestasi membanggakan di bidang jurnalistik. Kali ini Anugerah Tirtoadisuryo 2011 akan diberikan kepada Tim Ekspedisi Kompas atas rintisannya yang menyegarkan gaya dan substansi laporan jurnalistik dalam tradisi pers Indonesia.
- ^ ""Kompas" Media Terbanyak Memuat Isu Lingkungan". Diakses tanggal 2011-12-15.
Ini merupakan penghargaan serupa yang diterima kali ketiga oleh Kompas. Penghargaan ini diberikan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Senin (19/12/11) di Jakarta, kepada Kompas yang diterima Wakil Pemimpin Redaksi Trias Kuncahyono.
- ^ ""Harian "Kompas" Sabet Dua Kategori Penghargaan Adam Malik 2012". Diakses tanggal 2012-01-31.
Pengumuman dan penyerahan Penghargaan Adam Malik 2012, Rabu (4/1/2012), dilakukan bersamaan dengan Pidato Pernyataan Tahunan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Gedung Nusantara Kemlu.
- ^ ""Karikaturis Harian "Kompas" Jitet Kustana Raih Adinegoro". Diakses tanggal 2012-01-31.
Karikatur yang dimuat harian Kompas pada 25 Mei 2011 itulah yang kemudian meraih Hadiah Adinegoro untuk karya jurnalistik karikatur.
- ^ ""Media Cetak Tetap Bertahan". Diakses tanggal 2012-02-08.
Kompas meraih dua emas untuk kategori yang sama, yaitu surat kabar nasional.
- ^ ""Desain Halaman Satu "Kompas" Raih Dua Emas". Diakses tanggal 2012-06-09.
Desain halaman muka harian Kompas terbitan Rabu, 9 Februari 2011 dan terbitan Sabtu, 12 Maret 2011, meraih medali emas Indonesia Print Media Award 2012 dan Indonesia Inhouse Magazine Award 2012.
- ^ ""Asian Media Awards 2012 Winners". Diakses tanggal 2012-04-12.
The Winners list, which includes publications such as Star (Malaysia), South China Morning Post, Jawa Pos, Jakarta Globe, Mid Day, Malayala Manorama, Gulf News, AP, Kompas Gramedia, Singapore Press Holdings, Asahi Shimbun and many more, can be downloaded on this page.
- ^ ""Asian Media Awards 2012 Winners". Diakses tanggal 2012-04-12.
The Winners list, which includes publications such as Star (Malaysia), South China Morning Post, Jawa Pos, Jakarta Globe, Mid Day, Malayala Manorama, Gulf News, AP, Kompas Gramedia, Singapore Press Holdings, Asahi Shimbun and many more, can be downloaded on this page.
- ^ ""Kompas dan Warta Kota Raih Penghargaan MH Thamrin"". Diakses tanggal 2012-06-22.
Dari delapan kategori yang dilombakan, Harian Kompas menyabet dua penghargaan. Pertama, untuk kategori Artikel Layanan Publik dengan artikel berjudul Ugal-ugalan Bus Umum Kegilaan Sosial Landa Jakarta yang ditulis oleh Neli Triana. Kedua, untuk kategori Tajuk Rencana dengan tulisan berjudul Jakarta Minus Masa Depan.
- ^ ""Penghargaan Bidang Pendidikan untuk Kompas"". Diakses tanggal 2012-06-22.
Penghargaan Bidang Pendidikan - Harian Kompas yang diwakili Wakil Pemimpin Redaksi, Budiman Tanurejo (kanan), menerima penghargaan bidang pendidikan yang diserahkan Wakil Presiden, Boediono, yang didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (13/6). Penghargaan diberikan atas kontribusi Kompas yang konsisten memberitakan tentang pendidikan dan budaya di Indonesia.
- ^ ""Kompas Borong Juara APBK 2012"". Diakses tanggal 2012-11-29.
Untuk kategori lomba karya tulis (Citra Carita Parama), dua wartawan Kompas Ahmad Arif dan Mohammad Hilmi Faiq masing-masing meraih juara I dan II. Juara I diraih Zaky Yamani. Adapun untuk kategori foto (Citra Adiluhung), fotografer Kompas Agus Susanto menyabet juara II.
- ^ Teks foto di Hal 19, Kompas, Selasa (20/11)
- ^ ""Liputan Ekspedisi Cincin Api Kompas Dapat Penghargaan"". Diakses tanggal 2012-11-28.
Harian Kompas mendapatkan penghargaan emas untuk kategori Cross Media dan perak untuk kategori publikasi di tablet untuk liputan Ekspedisi Cincin Api pada Asian Digital Media Award 2012, WAN-IFRA, Rabu (28/11/2012).
- ^ ""Harian "Kompas" Raih Transmigration Award"". Diakses tanggal 2012-12-08.
Harian Kompas kembali meraih apresiasi Transmigration Award untuk yang kedua kali dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
- ^ ""Penghargaan IAGI untuk Kompas"". Diakses tanggal 2013-06-25.
Penghargaan IAGI ini secara khusus diterima Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Bambang Sigap Sumantri, Senin malam di Yogyakarta. Dalam acara ini, Kompas menjadi satu-satunya media yang mendapatkan penghargaan dari IAGI.
- ^ ""Kompas Raih Penghargaan di Asian Media Awards"". Diakses tanggal 2013-09-12.
Presiden WAN IFRA Thomas Brunegard (kiri) didampingi Presiden Penerbitan Surat kabar India KN Tilak Kumar (tengah) menyerahkan medali perunggu kepada wartawan Kompas Agus Susanto pada Asian Media Awards 2013 yang diselenggarakan WAN-IFRA (Asosiasi Surat Kabar dan Penerbitan Berita Dunia) di Hotel Taj Vivanta Yeshwantpur, Bengaluru, India, Rabu (11/9/2013)
- ^ ""Asian Digital Media Awards 2013 Winners"". Diakses tanggal 2013-11-14.
Some of Asia’s leading news media companies, including Singapore Press Holdings, South China Morning Post, Kompas, and the Nation Group, were among the winners of the 4th annual Asian Digital Media Awards presented tonight (13 November) in a ceremony in Kuala Lumpur, Malaysia, by the World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA).
- ^ ""Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran"". Diakses tanggal 2014-04-21.
Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran. Adapun penghargaan untuk kategori toko buku diraih Toko Buku Gramedia. Pencapaian Kompas dan Gramedia tersebut disampaikan Direktur Regional Asia Roy Morgan International Debnath Guharoy pada malam penyerahan Roy Morgan Satisfaction Awards 2013 di The Financial Hall CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (5/3).
Teks " 6 Maret 2014 " akan diabaikan (bantuan); Teks " Hal 1." akan diabaikan (bantuan) - ^ "" Asian Media Award 2014 Winners"". Diakses tanggal 2014-07-01.. line feed character di
|title=
pada posisi 2 (bantuan); - ^ "Dana Kemanusiaan Kompas". Diakses tanggal 2012-28-11.
- ^ "Milis FPK". Diakses tanggal 2011-10-31.
Moderator Milis FPK Agus Hamonangan mengungkapkan, awalnya dia hanya iseng membuat milis FPK pada 30 Juli 2004. Bahkan ketika itu Agus tidak tahu mem-posting milis dan masih "hancur-hancuran.
- ^ "Milis Kompas Community". Diakses tanggal 2012-06-10.
- ^ "Diskusi FPK". Diakses tanggal 2011-10-31.
Berawal dari masukan pembaca dalam berbagai penelitian tentang perlunya forum interaktif antara pembaca dan penerbit serta mengingat pentingnya peran pembaca sebagai salah satu stakeholder KOMPAS, maka pada tahun 2002 dibentuklah Forum Pembaca KOMPAS (FPK).
- ^ "FPK Makassar". Diakses tanggal 2011-10-31.
Suasana peresmian Forum Pembaca Kompas Angkatan ke-7 di Hotel Santika, Makassar pada tanggal 02 Maret 2008.
- ^ "KOMPAS". Diakses tanggal 2011-11-03.
Di tingkat yang lebih professional, ada Ombudsman yang mengkritisi isi Kompas. Anggota Ombudsman terdiri atas sejumlah pakar, setiap bulan bertemu dengan pimpinan dan para editor..
- ^ "Kompas Muda". Diakses tanggal 2012-05-31.
Kompas MuDA menantang kalian yang masih SLTA untuk buat Tim yang akan mengisi Kompas MuDA edisi cetak.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi