Kota Banda Aceh

ibu kota Provinsi Aceh, Indonesia


Kota Banda Aceh (Jawoë: كوتا باندا اچيه) adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.

Kota Banda Aceh
كوتا باندا اچيه
Daerah tingkat II
Masjid Raya Baiturrahman
Lambang resmi Kota Banda Aceh كوتا باندا اچيه
Julukan: 
Motto: 
Saboeh Pakat Tabangun Banda
Letak Kota Banda Aceh di Aceh
Letak Kota Banda Aceh di Aceh
Kota Banda Aceh كوتا باندا اچيه di Indonesia
Kota Banda Aceh كوتا باندا اچيه
Kota Banda Aceh
كوتا باندا اچيه
Letak Kota Banda Aceh di Indonesia
Koordinat: 5°33′N 95°19′E / 5.550°N 95.317°E / 5.550; 95.317
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri22 April 1205
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 9
  • Kelurahan: 73/17
Pemerintahan
 • BupatiAminullah Usman
Luas
 • Total61,36 km2 (23,69 sq mi)
Populasi
 • Total356,983
 • Kepadatan5,800/km2 (15,000/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 97.09%
Kristen 0.70%
Katolik 0.19%
Buddha 1.13%
Hindu 0.02%
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1171 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 651
Kode Kemendagri11.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023BNA
DAURp. 567.628.828.000.-
Situs webwww.bandaacehkota.go.id

Sejarah

 
Lukisan Kota Banda Aceh pada masa Kesultanan Aceh dari arah laut oleh François Valentijn (1724-1726)

Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).

Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam.[1] Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah Banda Aceh.

Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh, hanya selama 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam ini meninggal dunia pada 12 Dzulhijah Tahun 936 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530 Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada Portugis.

Pada masa Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh tumbuh kembali sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang saat itu sangat tinggi permintaannya dari Eropa. Iskandar Muda menjadikan Banda Aceh sebagai taman dunia, yang dimulai dari komplek istana. Komplek istana Kesultanan Aceh juga dinamai Darud Dunya (Taman Dunia).

Pada masa agresi Belanda yang kedua, terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan memproklamasikan jatuhnya kesultanan Aceh dan mengubah nama Banda Aceh menjadi Kuta Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43

Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 2012 adalah sebesar 248.727 jiwa.

Geografi

Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"–05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah

Kota Banda Aceh berbatas dengan Selat Malaka di sebelah utara; Kabupaten Aceh Besar di sebelah timur dan selatan; dan Samudera Hindia di sebelah barat.

Iklim

Data iklim Banda Aceh
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata harian °C (°F) 27.01
(80.62)
26.88
(80.38)
27.02
(80.64)
27.30
(81.14)
27.89
(82.2)
27.99
(82.38)
27.76
(81.97)
27.76
(81.97)
27.12
(80.82)
26.72
(80.1)
26.54
(79.77)
26.86
(80.35)
27.238
(81.028)
Presipitasi mm (inci) 256
(10.08)
114
(4.49)
117
(4.61)
139
(5.47)
143
(5.63)
84
(3.31)
95
(3.74)
90
(3.54)
161
(6.34)
200
(7.87)
225
(8.86)
321
(12.64)
1.945
(76,57)
Rata-rata hari hujan 8.5 5.9 7.8 8.8 12.4 10.3 9.2 10.6 12.5 15.5 14.3 12.7 128.5
Sumber: [2]

Ekonomi

Pada 2001, Dana Alokasi Umum untuk Banda Aceh adalah sebesar Rp. 135,95 miliar.

Pemerintahan

Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 17 mukim, 70 desa dan 20 kelurahan. Wali kota Banda Aceh yang sekarang adalah Illiza Sa'aduddin Djamal.[3] Ia diangkat menjadi wali kota pada tahun 2014 melalui Surat Keputusan No. 131.11 - 1644 Tahun 2014.[4]

Pembagian administratif

 
Pembagian Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh

Semula hanya ada 4 kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kota Banda Aceh kemudian dikembangkan lagi menjadi 9 kecamatan baru dan 1 kecamatan baru yang akan digabung dari Kabupaten Aceh Besar, yaitu:

  1. Baiturrahman
  2. Banda Raya
  3. Jaya Baru
  4. Kuta Alam
  5. Kuta Raja
  6. Lueng Bata
  7. Meuraksa
  8. Syiah Kuala
  9. Ulee Kareng
  10. Darul Imarah

Daftar Wali kota Banda Aceh

  Wali Kota Banda Aceh  
No. Foto Wali Kota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Wali Kota
1   Teuku Ali Basyah 1957 1959 1 [ket. 1]
2   Teuku Oesman Yacoub 1959 1967 2 [ket. 2]
3   T. Mohd. Syah 1967 1968 3
4   T. Ibrahim 1968 1970 4
(2)   Teuku Oesman Yacoub 1970 1973
5   Drs.
Zein Hasjmy
1973 1978 5
6   Drs.
Djakfar Ahmad
1978 1983 6
7   Drs.
Baharuddin Yahya
1983 1988 7
1988 1993 8
8   Drs.
Said Hussain Al-Haj
1993 1998 9
i   Drs.
Muhammad Y
1998 1998 [ket. 3]
9   Drs.
Zulkarnain
1998 2003 10
i   Drs. H.
Syarifuddin Latief
2003 26 Desember 2004 [ket. 4]
[ket. 5]
i   Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
8 Februari 2005 1 April 2006 [ket. 4]
i   Drs.
Razali Yussuf
1 April 2006 19 Februari 2007 [ket. 4]
10   Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
19 Februari 2007 19 Februari 2012 11 Illiza Sa'aduddin Djamal
i Drs.
T. Saifuddin TA
M.Si
19 Februari 2012 4 Juli 2012 [ket. 4] -
(10)   Ir.
Mawardy Nurdin
M.Eng, Sc
4 Juli 2012 8 Februari 2014 12 [ket. 6] Illiza Sa'aduddin Djamal
i   Hj.
Illiza Sa'aduddin Djamal
S.E.
17 Februari 2014 16 Juni 2014 [ket. 7]
11 16 Juni 2014 7 Juli 2017 Zainal Arifin
12   H.
Aminullah Usman
S.E., Ak., M.M.
7 Juli 2017 7 Juli 2022 13 Zainal Arifin
i   H.
Bakri Siddiq
S.E., M.Si.
7 Juli 2022 7 Juli 2023 [ket. 4]
i   Amiruddin
S.E., M.Si.
7 Juli 2023 14 Juli 2023 [ket. 8]
14 Juli 2023 Petahana [ket. 4]
[5]
Keterangan
  1. ^ Bernama Wali Kota Kuta Raja
  2. ^ Pada 1962, berubah nama menjadi Wali Kota Banda Aceh
  3. ^ Pelaksana Tugas Walikotamadya
  4. ^ a b c d e f Penjabat Wali kota
  5. ^ Meninggal dunia akibat Tsunami Aceh
  6. ^ Meninggal dunia sebelum akhir masa jabatan
  7. ^ Pelaksana Tugas Wali Kota
  8. ^ Pelaksana Harian Wali Kota

Media massa

Radio

Kota Banda Aceh juga memiliki beberapa terdiri dari 25-stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Nama Frekuensi
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-1) FM 97.7
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-2) FM 92.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-3) FM 88.6
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-4) FM 87.8
Binkara FM FM 89.4
Pop FM FM 89.6
Serambi FM FM 90.2
Seulaweut FM FM 91.0
Hot FM FM 93.2
Three FM FM 94.5
Meugah FM FM 95.3
A-Radio FM FM 96.1
Radio MNC Trijaya Banda Aceh (MNC Trijaya FM) FM 96.9
Baiturrahman FM FM 98.5
Toss FM FM 99.3
P-Radio FM FM 100.3
Radio Elshinta FM Banda Aceh (Elshinta Radio) FM 100.9
Kontiki FM FM 101.2
Antero FM FM 102.0
OZ Radio FM FM 102.8
Djati FM FM 103.6
Flamboyant FM FM 105.2
Nikoya FM FM 106.0
Radio Rumoh PMI FM FM 107.0
Radio Rodja FM FM 107.7

Televisi

Di Banda Aceh terdapat beberapa stasiun televisi (siaran nasional & siaran lokal), seperti Analog dan Digital

Analog (PAL):

Kanal Signal Frekuensi Nama Jaringan Nama Perusahaan Pemilik Status Negara
22 479.250 MHz UHF ANTV PT Cakrawala Andalas Televisi Visi Media Asia Nasional   Indonesia
24 495.250 MHz Kompas TV PT Gramedia Media Nusantara Kompas Gramedia
26 511.250 MHz GTV PT Global Informasi Bermutu Media Nusantara Citra
28 527.250 MHz RCTI PT Rajawali Citra Televisi Indonesia
30 543.250 MHz Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia Trans Media
32 559.250 MHz Metro TV PT Media Televisi Indonesia Media Group
34 575.250 MHz MNCTV PT Media Nusantara Citra Televis Media Nusantara Citra
36 591.250 MHz TVRI Nasional TVRI Lembaga Penyiaran Publik TVRI Pemerintah Indonesia
TVRI Aceh Pemerintah Aceh Lokal
40 623.250 MHz iNews PT Sun Televisi Network Media Nusantara Citra Nasional
42 639.250 MHz Trans7 PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh Trans Media
44 655.250 MHz tvOne PT Lativi Media Karya Visi Media Asia
46 671.250 MHz SCTV PT Surya Citra Televisi Surya Citra Media
48 687.250 MHz Aceh TV Indonesia Network PT Aceh Media Televisi Kelompok Media Bali Post Lokal
52 719.250 MHz BeritaSatu PT First Media News BeritaSatu Media Holdings Nasional
60 783.250 MHz NET. PT Net Mediatama Televisi Indika Group
62 799.250 MHz O Channel PT Omni Intivision Surya Citra Media
64 819.250 MHz INTV PT Banten Global Televisi Netwave Group Lokal

Digital (DVB-T2/MPEG-4)

Kanal Signal Frekuensi Slot Pemilik Negara
27 522.05 MHz UHF TVRI 1 (Nasional) (27.1)
TVRI 2 (Aceh) (27.2)
Pemerintah Indonesia   Indonesia
31 554.05 MHz SCTV (31.1)
Indosiar (31.2)
O Channel (31.3)
Surya Citra Media
35 586.05 MHz MetroTV (35.1) Media Group
39 618.05 MHz Trans TV HD (39.1)
Trans7 HD (39.2)
Trans Media
45 666.05 MHz TV3 (45.1)
IMT Televisi (45.2)
Inspira TV (45.3)
Koetaraja TV (45.4)
Sinar Mas Group

Pariwisata

Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dari Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda dan berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat di berbagai sudut kota Islam tertua di Asia Tenggara ini.

Galeri

Kota kembar

  1.   Samarkand, Uzbekistan[6]
  2.   Apeldoorn, Belanda[7][8]
  3.   Sana'a, Yaman

Referensi

  1. ^ Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo a, 2006:72-73
  2. ^ "Banda Aceh, Indonesia - Solar energy and surface meteorology". August 2011. 
  3. ^ "Pemerintah Kota Banda Aceh". bandaacehkota.go.id. Diakses tanggal 30 September 2015. 
  4. ^ "Profil Wali kota Banda Aceh". bandaacehkota.go.id. Diakses tanggal 30 September 2015. 
  5. ^ "Sah, Amiruddin Pj Wali Kota Banda Aceh". Pemerintah Kota Banda Aceh. 15 Juli 2023. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  6. ^ "Banda Aceh - Samarkand". 
  7. ^ "Dutch - Indonesian sister cities". 
  8. ^ "Sister Cities". 

Pranala luar

Lihat Juga