Kapal perusak Jepang Hatsushimo (1933)

Revisi sejak 31 Januari 2018 06.03 oleh Veracious (bicara | kontrib)

Hatsushimo (初霜, ”Embun beku pertama”)[1] adalah kapal keempat dari enam kapal perusak kelas-Hatsuharu, yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dibawah Program Satu Lingkaran (Maru Ichi Keikaku). Tiga kapal dibangun pada 1931 dan tiga kapal berikutnya dibangun pada 1933. Enam kapal sisanya yang berada dalam perencanaan dibangun sebagai kapal perusak kelas-Shiratsuyu.[2]

Hatsushimo
Hatsushimo pada 1937
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Hatsushimo
Dipesan Tahun Fiskal 1931
Pembangun Perusahaan Dok Uraga
Pasang lunas 31 Januari 1933
Diluncurkan 4 November 1933
Mulai berlayar 27 September 1934
Dicoret 30 September 1945
Nasib Terkena ranjau dan kandas pada 30 Juli 1945. Dibongkar pada 1948-1949
Ciri-ciri umum (Saat jadi)
Kelas dan jenis Kapal perusak kelas-Hatsuharu
Berat benaman 1.802 ton panjang (1.831 t)
Panjang
  • 103,5 m (340 ft) (perpendikuler)
  • 105,5 m (346 ft) (garis air)
  • 109,5 m (359 ft) (keseluruhan)
Lebar 10 m (32 ft 10 in)
Daya muat 3 m (9 ft 10 in)
Tenaga 42.000 hp (31.000 kW)
Pendorong
Kecepatan 36 knot (41 mph; 67 km/h)
Jangkauan 4.000 nmi (7.400 km) pada 14 kn (26 km/h)
Awak kapal 200 orang
Senjata
Catatan dinas
Bagian dari: Divisi Perusak ke-21 (dari Skuadron Perusak ke-1)
Operasi:

Hatsushimo dibangun pada 31 Januari 1933, diperkenalkan pada 4 November 1933 dan ditugaskan pada 27 September 1934.

Begitu selesai, ia ditugaskan ke Armada Ke-2 IJN. Kala Perang Sino-Jepang kedua dari 1937, ia membantu pendaratan pasukan Jepang di Shanghai dan Hangzhou. Dari 1940, ia berpatroli dan membantu pendaratan pasukan Jepang di Cina Selatan dan berpartisipasi dalam invasi menuju Indochina Prancis.

Kala Perang Pasifik pecah, ia ditugaskan ke Divisi Perusak ke-21 dari Skuadron Perusak ke-1 dari Armada Pertama IJN bersama Hatsuharu, Nenohi, dan Wakaba, dan menjaga perairan Jepang dalam patroli anti kapal selam. Dari akhir Januari 1942, menjadi bagian dari invasi ke Hindia Belanda yaitu "Operasi H", operasi pendaratan ke Kendari di Sulawesi pada 24 Januari, Makassar pada 8 Februari, serta Bali dan Lombok pada 18 Februari. Ia balik ke Sasebo Naval Arsenal pada akhir Maret untuk dirawat.

Dari Mei 1942, Hatsushimo ditugaskan di perairan utara, bersama Abukuma dan Divisi Perusak ke-21 sebagai bagian dari Operasi AL guna mendukung Armada Utara pimpinan Laksamana Boshiro Hosogaya, berpatroli sekitar Attu, Kiska dan Kep. Amchitka hingga pertengahan Juli. Setelah balik dari Yokosuka, kembali melanjutkan misi transpor dan memperkuat posisi hingga Desember.

Kala balik ke Sasebo pada akhir 1942, senjata penangkis udara pom-pon diganti oleh penangkis udara berkaliber ganda 25mm tipe 96 senjata penangkis udara.

Hatsushimo kembali ke perairan utara dari Januari 1943, melanjutkan misi patrol dan memperkuat posisi Jepang yang ada di Kep. Aleutian. 26 Maret, ikut bertempur dalam Pertempuran Kep. Komandorski sebagai bagian dari Armada ke-5 IJN, namun gagal menemui Armada USN dari jarak jauh dengan torpedo. Bersama Nachi dan Maya mundur ke Yokosuka pada akhir Maret.

Hatsushimo kembali bergabung ke tempat yang sama pada pertengahan Mei, mengawal konvoi antara Paramushir dan Õminato hingga akhir Juni. Sebulan kemudian, berpartisipasi dalam evakuasi Aleutian sebagai bagian dari armada screening berisi perusak Wakaba, Naganami, Shimakaze dan Samidare. 26 Juli, Hatsushimo menabrak Wakaba di bagian belakang, dan ditabrak kembali oleh Naganami kala kabut tebal turun menyebabkan kerusakan yang lumayan. Kembali ke Yokosuka, turret X-nya diganti dengan penangkis udara 25mm dan Radar Tipe 22. Ia kembali berlaga pada pertengahan Oktober, dimana ia mengawal kapal induk ringan Ryūhō dan seaplane tender Chitose ke Singapura dan sebaliknya.

Dari 24 November, Hatsushimo mengawal kapal induk ringan Hiyō dari Kure menuju Truk via Manila, serta kembali ke Yokosuka bersama kapal induk ringan Unyō dan Zuihō pada akhir tahun.

Awal 1944, Hatsushimo langsung ditugaskan ke Armada Gabungan, dan melanjutkan misi pengawalan sekitar Yokosuka dan Truk. Kembali ke Sasebo pada 14 April, senjata penangkis udara 25mm dipasang bersama dengan Radar Tipe 22. Juni, ia berpartisipasi dalam Pertempuran Laut Filipina sebagai Armada Suplai Pertama, dan kembali mengawal sekitar Jepang dan Filipina selama September. Di Kure Naval Arsenal, penangkis udara 25mm dan Radar Udara Tipe 13 terpasang. Lalu kembali melanjutkan misi transpor dan mengawal ke Filipina selama November.

24 Oktober 1944, pasca Pertempuran Teluk Leyte, ia menyelamatkan 74 kru dari perusak Wakaba yang karam. Pada 15 November 1944, ditugaskan ke Armada Ke-2 IJN dan ditugaskan untuk mengawal antara Singapura dan Teluk Cam Ranh di Indochina Prancia hingg akhir tahun. Itu terjadi 2 hari pasca pemimpinnya Hatsuharu karam oleh serangan udara AS di laut dangkal sekitar Filipina.

Februari 1945 Hatsushimo mengawal kapal tempur Ise dan Hyūga dari Singapura menuju Kure kala Operasi Kita. Ketika di Kure, kembali dipasangi senjata penangkis udara berukuran 25mm. April 1945, menjadi bagian dari Armada Yamato kala Operasi Ten-Go. Yang mengejutkan, meski serangan udara Amerika kala itu benar-benar mengerikan, Hatsushimo justru lolos dari neraka dan setelahnya menyelamatkan kru dari Yamato, Yahagi dan Hamakaze.

Kemudian, ia ditugaskan ke Maizuru sebagai kapal latih dan penjaga area tersebut. Hingga suatu hari pada 30 Juli 1945, ia mengenai ranjau yang dijatuhkan dari udara kala diserang oleh pesawat USN dari TF38 di Teluk Miyazu, memaksa Hatsushimo mendaratkan kapalnya dengan 17 kru meninggal. Serangan inilah yang menjadikan Hatsushimo sebagai kapal perusak dan ke-129 sekaligus kapal terakhir yang karam kala Perang Pasifik berlangsung.

30 September 1945, Hatsushimo dihapus dari daftar militer. Reruntuhan kapalnya diangkat dan dipreteli sekitar 1948 dan 1949.

Catatan

  1. ^ Nelson. Japanese-English Character Dictionary. hal. 773
  2. ^ Lengerer, hal. 92-3

Referensi

  • D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X. 
  • Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Naval Institute Press. ISBN 1-55750-914-X. 
  • Howarth, Stephen (1983). The Fighting Ships of the Rising Sun: The Drama of the Imperial Japanese Navy, 1895–1945. Atheneum. ISBN 0-689-11402-8. 
  • Jentsura, Hansgeorg (1976). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. US Naval Institute Press. ISBN 0-87021-893-X. 
  • Lengerer, Hans (2007). The Japanese Destroyers of the Hatsuharu Class. Warship 2007. London: Conway. hlm. 91–110. ISBN 1-84486-041-8. OCLC 77257764
  • Nelson, Andrew N. (1967). Japanese–English Character Dictionary. Tuttle. ISBN 0-8048-0408-7. 
  • Morison, Samuel Eliot (1961). Aleutians, Gilberts and Marshalls, June 1942-April 1944, vol. 7 of History of United States Naval Operations in World War II. Boston: Little, Brown and Company. ASIN B0007FBB8I. 
  • Watts, Anthony J (1967). Japanese Warships of World War II. Doubleday. ASIN B000KEV3J8. 
  • Whitley, M J (2000). Destroyers of World War Two: An International Encyclopedia. London: Arms and Armour Press. ISBN 1-85409-521-8. 

Pranala luar