Wawancara Aiman Witjaksono dengan Basuki Tjahaja Purnama
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Hanamanteo (Kontrib • Log) 2517 hari 580 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Pada 18 Maret 2015,[note 1] Basuki Tjahaja Purnama diwawancarai secara langsung dengan Aiman Witjaksono dari Kompas TV.[1][2] Wawancara ini tayang pada acara Kompas Petang . Topik dari wawancara ini mengenai kisruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2015.
Latar belakang
Basuki Tjahaja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama (s: 钟万学, t: 鍾萬學, e Zhōng Wànxué, Hakka Ahok) merupakan Gubernur DKI Jakarta ke-17 sejak 19 November 2014 yang menggantikan Joko Widodo yang telah terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-7 pada 20 Oktober 2014.
Ramadhian Fadillah dari Merdeka menyebut bahwa Basuki merupakan gubernur yang sering memaki kepada siapa saja.[3] Pada relokasi warga Muara Baru, Basuki sempat memaki-maki warga di sana. Basuki menyebut warga Muara Baru dengan sebutan mafia bajingan, perampok, komunis, miskin, dan kurang ajar.[4] Basuki juga pernah menyebut pelajar sekolah yang nakal sebagai bajingan.[5] Sebelum Basuki diwawancarai oleh Aiman, pada 3 Maret 2015, Basuki mencoret pengajuan anggaran dari DPRD dengan perkataan "Pemahaman nenek lu!".[6] Ramadhian menambah bukan hanya Basuki yang sering memaki. Gubernur DKI Jakarta ke-9 Ali Sadikin juga sering memaki.[3]
Aiman Witjaksono
Menurut profil yang dimuat Tirto, Aiman Witjaksono merupakan jurnalis dan presenter televisi. Semasa kecil, pada 1980-an, Aiman pernah beberapa kali menjadi bintang tamu pada sebuah acara anak di TVRI. Sebelum menjadi presenter di Kompas TV, Aiman bekerja untuk RCTI sejak 2002-2014 sebagai reporter hingga produser eksekutif sekaligus penyiar. Ketika masa terakhir Aiman bekerja untuk Aiman, pekerjaan terakhirnya adalah penyiar Seputar Indonesia. Sejak Januari 2015, Aiman berpindah tempat kerja menjadi Kompas TV dan menjadi presenter di acara Aiman. [7]
Isi wawancara
Topik dari wawancara ini mengenai kisruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2015. Basuki menjawab tuduhan yang mengatakan Basuki mencoba menyuap Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Prasetyo Edi Marsudi senilai Rp 12,7 triliun yang ditanyakan Aiman Witjaksono.[8] Selama wawancara, Aiman mengingatkan Basuki agar berhenti mengucapkan perkataan kasar dan kotor karena wawancara dilakukan secara langsung.[9]
Dampak
"...istri saya mau nerima CSR untuk main di Kota Tua. Lu buktiin aja nenek lu sialan bangsat gua bilang. Lu buktiin aja. Gue juga udah keki."
"...lu lawan bini gua kalah lu mati aja lu. Kasih taik aja muka lu"
"...kalau betul ada suap 12,7 triliun kenapa si DPRD membatalkan lapor ke Bareskrim? Kok goblok sekali lu orang? ...kalau ada bukti memang nyuap apa lu laporin dong bego. ...bego banget lu gitu lho. ...sementara ada bukti gua mau nyuap lu 12,7 triliun, kok lu nggak berani laporin? Gua kuatir lu kemaluan lu punya ga nih? ...eh dibalikin ini yang buat suap. Sialan nggak tuh? Makanya gua bilang panggil gua datang ke angket. Kapan lu panggil biar gua jelasin semua."
"Gua bukain lu taik-taik semua itu seperti apa. ...nggak apa-apa, biar orang tau emang taik gua bilang. ...kalau bukan taik apa? Kotoran. Silakan. Emang taik namanya kok. Emang taik, mau bilang apa. ...TV jangan pernah wawancara gua live kalo nggak suka kata gua taik segala macem. Itu bodohnya anda mau live dengan saya."
– Petikan wawancara yang disorot Komisi Penyiaran Indonesia karena memuat perkataan kasar dan kotor.[10]
Komisi Penyiaran Indonesia mengeluarkan surat penghentian sementara pada 23 Maret 2015 dengan nomor surat 259/K/KPI/3/15 kepada Kompas TV terkait dengan wawancara ini berdasarkan kewenangan menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pengaduan pemirsa, dan hasil analisis internal. Wawancara ini dinilai menyalahi Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012. KPI menyebutkan bahwa tayangan yang memuat ungkapan atau perkataan kasar/kotor demikian dilarang untuk ditampilkan karena sangat tidak santun, merendahkan martabat manusia, dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat serta rentan untuk ditiru oleh khalayak, terutama anak-anak dan remaja. Wawancara ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas norma kesopanan, perlindungan anak-anak dan remaja, pelarangan ungkapan kasar dan makian, serta melanggar prinsip-prinsip jurnalistik. KPI memutuskan bahwa wawancara ini telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14 ayat (2), Pasal 17, dan Pasal 22 ayat (3) serta Standar Program Siaran Pasal 9 ayat (2), Pasal 15 ayat (1), dan Pasal 24. Berdasarkan pelanggaran tersebut, KPI Pusat memberikan sanksi administratif Penghentian Sementara Segmen Wawancara secara Langsung pada Kompas Petang selama 3 hari berturut-turut sejak tanggal diterimanya surat ini. Meskipun dalam tayangan tersebut pewawancara telah mengingatkan kepada narasumber bahwa siaran tersebut disiarkan secara langsung dan agar kata-katanya diperhalus, namun upaya tersebut tidak berhasil sehingga kata-kata yang tidak pantas demikian kembali diulang dan tersiar. Apa yang dilakukan Aiman disebut KPI sebagai mengingatkan objek wawancara sesuai Pedoman Perilaku Penyiaran KPI Tahun 2012 Pasal 35(e)[note 2] Kompas TV dianggap "telah lalai dan tidak tanggap menghentikan narasumber yang menyampaikan hal-hal tidak pantas kepada publik." Karenanya, Kompas TV wajib menyampaikan permintaan maaf kepada publik yang disiarkan pada waktu siar yang sama dalam wawancara ini selama 3 hari berturut-turut sejak tanggal diterimanya surat ini. Kompas TV diminta "memberikan bukti kepada KPI Pusat bahwa permintaan maaf kepada publik tersebut telah dijalankan."[10]
Tanggapan
Basuki Tjahaja Purnama
Basuki meminta maaf kepada sejumlah pihak terkait wawancara ini. Basuki juga meminta maaf kepada sejumlah pihak yang merasa kecewa dengan sikapnya tersebut. Menurut Basuki, apa yang dikatakannya merupakan suatu ungkapan kekesalan semata terhadap oknum yang dinilai telah menyalahi aturan hukum yang berlaku[11] sekaligus sebuah spontanitas.[12] Basuki menyebut bahwa Basuki muak dengan keadaan di tengah lingkungan masyarakat yang begitu miskin, sementara oknum pejabat melakukan tindak rasywah besar-besaran dan dengan santun menggunakan gaya bahasa agama. Inilah yang menyebabkan kemarahan Basuki sudah tidak bisa dibendung lagi. Sehingga dengan perkataan kasar itulah, Basuki bisa meluapkan kemarahannya, terhadap oknum-oknum pejabat yang menurut Basuki bisa hidup mewah, sementara rakyat menderita.[11] Namun, Basuki enggan mengubah gaya bicaranya walau diprotes banyak pihak.[13]
Pihak ketiga
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Asrorun Ni’am Sholeh menyebut bahwa Basuki Tjahaja Purnama telah memberikan teladan sangat buruk bagi anak-anak. KPAI mendesak Ahok meminta maaf secara terbuka kepada publik, khususnya kepada anak-anak, sambil menyesali perbuatannya serta menegaskan bahwa apa yang dikatakan itu salah serta berkomitmen untuk tidak mengulanginya. Asrorun meminta Kementerian Dalam Negeri untuk melakukan proses penegakan hukum dan etika kepada Ahok agar ada efek jera dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi agar memeriksa ucapan dan perilaku Ahok secara khusus. Asrorun mengingatkan kepada elit politik dan pendukungnya untuk tidak mempertontonkan perilaku politik murahan, merendahkan harkat kemanusiaan, dan memberikan teladan buruk bagi anak-anak. Asrorun yakin, anak Indonesia butuh teladan baik dari para pemimpin publik sebagai awal revolusi mental, jika tidak, maka politisi minus negarawan akan menjadi peniup lonceng kematian generasi.[14]
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya mengkhawatirkan gaya bahasa dalam wawancara ini ditiru oleh anak-anak. Menurut Tantowi, sekalipun jarang dari anak-anak yang mendapatkan berita di koran, televisi, atau portal berita daring, namun banyak anak-anak yang dapat mengakses YouTube untuk menonton wawancara ini. Tantowi mencontohkan anaknya yang menanggapi mengapa Basuki berbicara demikian. Umpatan Ahok merupakan hal tabu, namun, kalau terus dilontarkan dan terus mendapatkan tempat di media massa, maka suatu saat akan menjadi pembenaran.[15]
Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq membuat surat terbuka kepada Basuki atas nama seorang warga Jakarta.[16]
Catatan kaki
Referensi
- ^ "Ini Penyebab Ahok Bicara Kotor Saat Wawancara Live di TV". Viva. 20 Maret 2015. Diakses tanggal 1 Februari 2018.
- ^ "Inilah Wawancara Ahok Ngomong (Maaf) Tai". Rakyat Merdeka Online. 19 Maret 2015. Diakses tanggal 1 Februari 2018.
- ^ a b Fadillah, Ramadhian (27 Agustus 2015). "Bukan Cuma Ahok Gubernur DKI yang Suka Memaki 'Goblok'". Merdeka. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
- ^ Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "5 Makian Ahok kepada warga Muara Baru Pluit". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok sebut mafia tanah Muara Baru bajingan". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok: Warga Muara baru di Jakarta mau hidup apa ngerampok?". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok sebut warga Muara Baru komunis". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok: Kalau miskin tahu diri". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok sebut warga Muara Baru kurang ajar mereka". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- Winarmo, Henry H. (12 Mei 2013). "Ahok sebut mafia tanah Muara Baru bajingan". Merdeka. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- ^ Alvin, Silvanus (15 November 2013). "Sebut Pelajar Nakal Calon Bajingan, Ahok Terancam Dilaporkan". Liputan 6. Diakses tanggal 6 Februari 2018.
- ^ "Coretan Ahok 'Pemahaman Nenek Lu!' Rp 8,8 T yang Membuat DPRD Murka". Detik. 3 Maret 2015. Diakses tanggal 8 Februari 2018.
- ^ "Aiman Witjaksono". Tirto. Diakses tanggal 8 Februari 2018.
- ^ Kurnia Sari Aziza, Kistyarini (ed.) (20 Maret 2015). "Ahok: Saya Minta Maaf Bawa "Bahasa Toilet"". Kompas. Diakses tanggal 10 Februari 2018. templatestyles stripmarker di
|author=
pada posisi 31 (bantuan) - ^ "Ini Penyebab Ahok Bicara Kotor Saat Wawancara Live di TV". Viva. 20 Maret 2015. Diakses tanggal 12 Februari 2018.
- ^ a b Staf Komisi Penyiaran Indonesia (23 Maret 2015). "Penghentian Sementara Segmen Wawancara Pada Program Jurnalistik "Kompas Petang" Kompas TV". Komisi Penyiaran Indonesia. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
- ^ a b "Ahok Minta Maaf Soal Bahasa Toilet, Tapi..." Viva. 21 Maret 2015. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
- ^ "Ahok Minta Maaf Lontarkan Umpatan Bahasa Toilet Saat Wawancara Live di TV". Detik. 20 Maret 2015. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
- ^ "Diprotes Banyak Pihak, Ahok Enggan Ubah Gaya Bicara". Viva. 20 Maret 2015. Diakses tanggal 12 Februari 2018.
- ^ Wulandari, Indah (red.) (20 Maret 2015). "KPAI: Ahok Harus Minta Maaf pada Anak-Anak". Republika. Diakses tanggal 10 Februari 2018. templatestyles stripmarker di
|first=
pada posisi 7 (bantuan) - ^ "Tantowi: Gaya Bicara Ahok Bisa Rusak Anak-anak". Viva. 19 Maret 2015. Diakses tanggal 10 Februari 2018.
- ^ "Surat Terbuka untuk Ahok". Viva. 20 Maret 2015. Diakses tanggal 10 Februari 2018.