Kalium iodida

senyawa kimia

Kalium iodida adalah suatu senyawa kimia, obat-obatan, dan suplemen makanan.[1][2] Sebagai obat-onbatan hal ini digunakan pada penyakit hipertiroidisme, dalam radiasi darurat, dan untuk melindungi kelenjar tiroid ketika beberapa jenis radiofarmaka digunakan.[3] Pada dunia berkembang saat ini, hal ini juga digunakan untuk mengobati sporotrikosis dan fikomikosis pada kulit.[3][4] Sebagai suplemen, hal ini digunakan pada seseorang yang memiliki asupan iodin yang rendah dalam makanan,[2] yang diberikan melalui mulut.[3]

Kalium iodida
Nama
Nama IUPAC
Kalium iodida
Nama lain
SSKI, ThyroSafe, ThyroShield
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEBI
ChEMBL
ChemSpider
DrugBank
Nomor EC
KEGG
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/HI.K/h1H;/q;+1/p-1
    Key: NLKNQRATVPKPDG-UHFFFAOYSA-M
  • [K+].[I-]
Sifat
Massa molar 166,0028
Titik lebur 681
Titik didih 1330
128 g/100 ml (0 °C)
140 g/100 mL (20 °C)
176 g/100 mL (60 °C)
206 g/100 mL (100 °C)
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
Referensi
Salah satu obat yang mengandung kalium iodida

Efek samping yang umum terjadi seperti muntah, diare, sakit perut, ruam, dan pembengkakan kelenjar ludah.[3] Efek samping lainnya seperti reaksi alergi, sakit kepala, gondok, dan depresi.[4] Ketika digunakan selama kehamilan dapat membahayakan bayi. Penggunaan ini masih direkomendasikan dalam radiasi saat keadaan darurat.[3]Kalium iodida memiliki rumus kimia KI.[5]

Sejarah

Kalium iodida telah digunakan secara medis setidaknya sejak tahun 1820.[6] Kalium iodida tersedia sebagai obat generik. Di Amerika Serikat kursus pengobatan tersebut berbiaya kurang dari 25 USD.[7] Kalium iodida juga digunakan untuk iodisasi garam.[2]

Kimia

Kalium iodida bersifat ionik, K+I. Senyawa ini mengkristal dalam struktur natrium klorida. Ia diproduksi secara industri dengan mereaksikan KOH dengan iodin.[8]

Senyawa ini merupakan suatu garam putih, yang merupakan senyawa iodida yang paling signifikan secara komersial, dengan sekitar 37,000 ton yang diproduksi pada tahun 1985. Senyawa ini kurang mudah untuk menyerap air daripada natrium iodida, sehingga lebih mudah untuk bekerja dengannya.

Sampel yang lanjut usia dan tidak murni berwarna kuning karena oksidasi lambat garam membentuk kalium karbonat dan iodin elemental.[9][8]

4 KI + 2 CO2 + O2 → 2 K2CO3 + 2 I2

Kimia anorganik

Karena ion iodida adalah suatu agen pereduksi yang tidak terlalu kuat, I dengan mudah teroksidasi membentuk I2 oleh suatu agen pengoksidasi yang kuat seperti klorin:

2 KI(aq) + Cl2(aq) → 2 KCl(aq) + I2(aq)

Reaksi ini digunakan dalam isolasi iodin dari sumber alami. Udara akan mengoksidasi iodida, dibuktikan dari teramatinya ekstrak ungu ketika sampel KI dibilas dengan diklorometana. Ketika terbentuk pada kondisi asam, asam iodida (HI) adalah suatu agen pereduksi yang kuat.[10][11][12]

Seperti garam iodida lainnya, KI membentuk I3 ketika bergabung dengan iodin elemental.

KI(aq) + I2(s) → KI3(aq)

Tidak seperti I2, garam I3 sangat larut dalam air. Melalui reaksi ini, iodin digunakan dalam titrasi redoks. Larutan KI3 berair, "larutan Lugol", digunakan sebagai desinfektan dan sebagai etsa untuk permukaan emas.

Kalium iodida dan perak nitrat digunakan untuk membuat perak(I) iodida,yang digunakan pada film fotografi berkecepatan tinggi serta untuk penyemaian awan:

KI(aq) + AgNO3(aq) → AgI(s) + KNO3(aq)

Kimia organik

KI bertindak sebagai sumber iodida dalam sintesis organik. Aplikasi penggunaan senyawa ini adalah dalam preparasi aril iodida dari garam benzenadiazonium.[13][14]

 

KI, selain sebagai sumber iodida, dapat pula bertindak sebagai katalis nukleofilik pada alkilasi alkil klorida, bromida, atau mesilat.

Referensi

  1. ^ Council, National Research; Studies, Division on Earth and Life; Research, Board on Radiation Effects; Incident, Committee to Assess the Distribution and Administration of Potassium Iodide in the Event of a Nuclear (2004). Distribution and Administration of Potassium Iodide in the Event of a Nuclear Incident (dalam bahasa Inggris). National Academies Press. hlm. 10. ISBN 9780309090988. 
  2. ^ a b c Stwertka, Albert (2002). A Guide to the Elements (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press, USA. hlm. 137. ISBN 9780195150261. 
  3. ^ a b c d e "Potassium Iodide". The American Society of Health-System Pharmacists. Diakses tanggal 8 Januari 2017. 
  4. ^ a b WHO Model Formulary 2008 (PDF). World Health Organization. 2009. hlm. 390. ISBN 9789241547659. Diakses tanggal 8 Januari 2017. 
  5. ^ Ensminger, Marion Eugene; Ensminger, Audrey H. (1993). Foods & Nutrition Encyclopedia, Two Volume Set (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-s). CRC Press. hlm. 16. ISBN 9780849389801. 
  6. ^ Oriel, J. David (2012). The Scars of Venus: A History of Venereology (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. hlm. 87. ISBN 9781447120681. 
  7. ^ Hamilton, Richart (2015). Tarascon Pocket Pharmacopoeia 2015 Deluxe Lab-Coat Edition. Jones & Bartlett Learning. hlm. 224. ISBN 9781284057560. 
  8. ^ a b Phyllis A. Lyday (2005), "Iodine and Iodine Compounds", Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Weinheim: Wiley-VCH, doi:10.1002/14356007.a14_381 
  9. ^ Kaiho, Tatsuo (2014). Iodine Chemistry and Applications (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 57. ISBN 9781118878651. 
  10. ^ N. N. Greenwood, A. Earnshaw, Chemistry of the Elements, Pergamon Press, Oxford, UK, 1984
  11. ^ Handbook of Chemistry and Physics, 71st edition, CRC Press, Ann Arbor, Michigan, 1990
  12. ^ The Merck Index, 7th edition, Merck & Co., Rahway, New Jersey, 1960
  13. ^ L. G. Wade, Organic Chemistry, 5th ed., pp. 871-2, Prentice Hall, Upper Saddle RIver, New Jersey, 2003.
  14. ^ J. March, Advanced Organic Chemistry, 4th ed., pp. 670-1, Wiley, New York, 1992.

Pranala luar