Kleopatra

ratu Kerajaan Ptolemaik di Mesir dari tahun 51 hingga 30 SM
Revisi sejak 23 Juli 2018 02.04 oleh 125.162.36.125 (bicara) (Correction of typograph)

Kleopatra VII Filopator (bahasa Yunani: Κλεοπάτρα Φιλοπάτωρ Cleopatra Philopator;[5] 69 – 10 atau 12 Agustus 30 SM)[note 2] adalah seorang ratu dan penguasa aktif terakhir dari Kerajaan Ptolemaik dari Mesir, secara singkat disebut oleh Firaun oleh putranya Kaesarion. Ia juga merupakan diplomat, komandan angkatan laut, administrator, linguis,[note 4] dan pengarang pengobatan.[6] Sebagai anggota dinasti Ptolemaik, ia merupakan keturunan pendirinya Ptolemi I Soter, seorang jenderal Makedonia Yunani dan pengikut Aleksander Agung. Setelah kematian Kleopatra, Mesir menjadi sebuah provinsi Kekaisaran Romawi, menandai akhir periode Hellenistik yang telah terjadi sejak masa pemerintahan Aleksander (336–323 SM).[note 5] Bahasa aslinya adalah bahasa Yunani Koine dan ia adalah penguasa Ptolemaik pertama yang mempelajari bahasa Mesir.

Kleopatra VII Filopator
Berlin Cleopatra, sebuah patung dada Romawi dari Kleopatra VII mengenakan diadem kerajaan, pertengahan abad ke-1 SM (sekitaran waktu kunjungannya ke Roma pada 46–44 SM), ditemukan di sebuah villa sepanjang Via Appia; patung dada tersebut sekarang disimpan di Museum Altes, Antikensammlung Berlin.[1][2][3][note 1]
Ratu Kerajaan Ptolemaik
Berkuasa51 – 10 atau 12 Agustus 30 SM (21 tahun)[4][note 2]
PendahuluPtolemi XII Auletes
PenerusPtolemi XV Caesarion
Wakil penguasaPtolemi XII Auletes
Ptolemi XIII Theos Filopator
Ptolemi XIV
Ptolemi XV Caesarion
Kelahiran69 SM
Aleksandria, Kerajaan Ptolemaik
Kematian10 atau 12 Agustus 30 SM (usia 39 tahun)[note 2]
Aleksandria, Mesir
Pemakaman
Tidak diketahui (diyakini di Mesir)
PasanganPtolemi XIII Theos Philopator
Ptolemi XIV
Markus Antonius
KeturunanKaesarion, Ptolemi XV Filopator Filometor Kaesar
Aleksander Helios
Kleopatra Selene, Ratu Mauretania
Ptolemi XVI Filadelfus
Nama lengkap
Kleopatra VII Thea Philopator
DinastiPtolemaic
AyahPtolemi XII Auletes
IbuTidak diketahui, diyakini Kleopatra VI Trifaena (juga dikenal sebagai Kleopatra V Trifaena)[note 3]
Kleopatra VII dalam hieroglif
q
rw
iwApAd
r
tAH8
Kleopatra
Qlwpdrt
G5
wr
r
nbnfrnfrnfrH2
x
O22
Nama Horus (1): Wer(et)-neb(et)-neferu-achet-seh
Wr(.t)-nb(.t)-nfrw-3ḫ(t)-sḥ
Nyonya besar dari kesemurnpaan, sempurna dalam nurani
G5
wr t
r
t
W
t
A53n
X2 t
z
Nama Horus (2): Weret-tut-en-it-es
Wr.t-twt-n-jt=s
Orang besar, citra kudus dari ayahnya
q
rw
W
p
d
r
t H8
nTrt
H8
R7
t
z
N36
Cleopatra netjeret mer(et) ites
Qlwpdrt nṯrt mr(t) jts
Dewi Kleopatra yang tercinta dari ayahnya

Pada 58 SM, Kleopatra sering menemani ayahnya Ptolemi XII pada masa pengasingannya di Roma, setelah sebuah pemberontakan di Mesir yang membolehkan putri sulungnya Berenice IV untuk mengklaim tahta. Berenice IV dibunuh pada 55 SM saat Ptolemi XII pulang ke Mesir dengan bantuan militer Romawi. Saat Ptolemi XII meninggal pada 51 SM, Kleopatra dan adiknya Ptolemi XIII memegang tahta sebagai penguasa bersama, melawan pesaingnya Julius Caesar dalam Perang Saudara Caesar, negarawan Romawi Pompei Agung kabur ke Mesir, sebuah negara klien Romawi. Ptolemi XIII membunuh Pompei saat Caesar merebut Aleksandria atas perintah Pompei. Sebagai konsul Republik Romawi, Caesar berniat untuk merekonsiliasi Ptolemi XIII dengan Kleopatra. Namun, kepala penasehat Ptolemi XIII Poteinos memandang Caesar menyukai Kleopatra, sehingga pasukannya, yang kemudian jatuh di bawah kendali adik Kleopatra Arsinoe IV, mengepung Caesar dan Kleopatra di istana. Pengepungan tersebut diredam pada awal 47 SM dan Ptolemi XIII meninggal tak lama setelah Pertempuran Nil. Arsinoe IV kemudian diasingkan ke Efesus dan Caesar, sekarang seorang diktator terpilih, mendeklarasikan Kleopatra dan adiknya Ptolemi XIV sebagai penguasa bersama Mesir. Namun, Caesar mengutamakan hubungan pribadi dengan Kleopatra yang melahirkan seorang putra, Caesarion (kemudian Ptolemi XV), sebelum ia pergi dari Aleksandria ke Roma. Kleopatra datang ke Roma sebagai ratu klien pada 46 dan 44 SM, singgah di villa Caesar. Saat Caesar dibunuh pada 44 SM, Kleopatra berniat untuk mengangkat Caesarion menjadi pewarisnya, namun tahta tersebut malah jatuh kepada anak keponakan Caesar Oktavianus (dikenal sebagai Augustus pada 27 SM, saat ia menjadi kaisar Romawi pertama). Kleopatra kemudian membunuh Ptolemi XIV dan mengangkat putranya Caesarion sebagai penguasa bersama.

Dalam perang saudara Liberator pada 43–42 SM, Kleopatra brpindah pada Triumvirat Kedua Romawi yang dibentuk oleh Oktavianus, Markus Antoniusm dan Markus Aemilius Lepidus. Setelah pertemuan mereka di Tarsos pada 41 SM, Kleopatra menjalin hubungan dengan Antonius yang kemudian mengkaruniainya tiga anak: anak kembar Aleksander Helios dan Kleopatra Selene II, dan Ptolemi Filadelfus. Antonius memakai otoritasnya sebagai triumvir untuk melakukan eksekusi terhadap Arsinoe IV atas permintaan Kleopatra. Ia menjadi makin akrab dengan Kleopatra untuk bantuan dana dan militr pada invasinya ke Kekaisaran Parthia dan Kerajaan Armenia. Meskipun invasinya ke Parthia gagal, ia berhasil menduduki Armenia, mengirim raja Artavasdes II kembali ke Aleksandria pada 34 SM sebagai tahanan pawai dengan cemoohan kemenangan Romawi yang dipandu oleh Kleopatra. Ini disusul oleh Donasi Aleksandria, sebuah deklarasi resmi bahwa anak-anak Kleopatra dari Antonius akan memerintah atas berbagai kawasan yang berada di bawah otoritas Antonius. Brsama dengan pernikahan Antonius dengan Kleopatra dan perceraiannya dengan Oktavia Minor, saudari Oktavianus, peristiwa tersebut berujung pada Perang Republik Romawi Terakhir. Setelah mengadakan perang propaganda, Oktavianus memaksa para sekutu Antonius di Senat Roma untuk keluar dari Roma pada 32 SM dan mendeklarasikan perang terhadap Kleopatra. Armada angkatan laut campuran dari Antonius dan Kleopatra dikalahkan dalam Pertempuran Aktium tahun 31 SM oleh jenderal Oktavianus Agrippa. Pasukan Oktavianus menginvasi Mesir pada 30 SM dan mengalahkan pasukan Antonius, yang berujung pada bunuh dirinya. Saat Kleopatra menyadari bahwa Oktavianus berencana mengirimnya ke Roma untuk prosesi kemenangannya, ia melakukan bunuh diri dengan memakai racun, keyakinan populer menyatakan bahwa ia digigit oleh seekor ular.

Warisan Kleopatra masih ada dalam sejumlah karya seni baik kuno maupun modern, dan beberapa dramatisasi insiden dari kehidupannya dalam sastra dan media lainnya. Ia dideskripsikan dalam berbagai karya historiografi Romawi dan banyak tampil dalam puisi Latin kuno. Puisi Latin kuno umumnya memproduksi pandangan polemik dan negatif dari ratu tersebut yang kemudian diambil dalam sastra abad pertengahan dan sastra Renaisans. Dalam seni rupa, penggambaran kuno Kleopatra meliputi koin Romawi dan koin Ptolemaik, patung, patung dada, relief, kaca kameo, ukiran kameo dan lukisan. Ia menjadi subyek beberapa karya dalam seni rupa Renaisans dan seni rupa Barok, yang meliputi pahatan, lukisan, puisi, drama teatrikal seperti Antonius dan Kleopatra (1608) karya William Shakespeare dan opera-opera seperti Giulio Cesare in Egitto (1724) karya George Frideric Handel. Pada zaman modern, Kleopatra tampil dalam seni rupa terapan dan seni rupa murni, burlesque satir, film-film Hollywood seperti Cleopatra (1963), dan gambar-gambar merek untuk produk-produk komersial, menjadikannya ikon budaya pop Egiptomania sejak era Victoria.

Etimologi

Nama Kleopatra berasal dari nama Yunani Kleopatra (bahasa Yunani: Κλεοπάτρα), artinya "kejayaan dari ayahnya" dalam bentuk feminim.[7] Kata tersebut berasal dari kata kleos (bahasa Yunani: κλέος), "kejayaan", yang dipadu dengan pater (bahasa Yunani: πατήρ), "para leluhur", memakai bentuk genitif patros (bahasa Yunani: πατρός).[8] Bentuk maskulinnya akan ditulis menjadi Kleopatros (bahasa Yunani: Κλεόπατρος) atau Patroklos (bahasa Yunani: Πάτροκλος).[8] Cleopatra adalah nama dari saudari Aleksander Agung, serta Kleopatra Alkione, istri Meleager dalam mitologi Yunani.[9] Melalui pernikahan Ptolemi V Epifanes dan Kleopatra I Syra (seorang putri raja Seleukia), nama tersebut masuk ke dinasti Ptolemaik.[10][11] Gelar yang diadopsi Kleopatra Thea Philopatora (bahasa Yunani: Θεά Φιλοπάτωρα) artinya "dewi yang mengasihi ayahnya."[12][13]

Biografi

Latar belakang

 
Patung dada Hellenistik Ptolemi XII Auletes, ayah Kleopatra VII, yang terletak di Louvre, Paris[14]

Firaun-firaun Ptolemaik dimahkotai oleh Pendeta Tinggi Ptah Mesir di Memphis, Mesir, namun bermukim di kota Yunani besar dan beragam budaya Aleksandria yang didirikan oleh Aleksander Agung, dari Makedon.[15][16][17][note 6] Mereka berbicara memakai bahasa Yunani dan memerintah Mesir sebagai para penguasa Yunani Hellenistik, menolak pembelajaran bahasa Mesir asli.[18][19][20][note 4]

Sebaliknya, Kleopatra dapat berbicara dalam berbagai bahasa pada masa dewasa dan menjadi penguasa Ptolemaik pertama yang mempelajari bahasa Mesir.[21][22][20][note 7] Ia juga memakai bahasa-bahasa Ethiopia, Trogodit, Ibrani (atau Aram), Arab, Siria (mungkin bahasa Suryani), Median, Parthia, dan Latin, meskipun para orang Romawi sezamannya lebih sering berbicara dengannya dalam bahasa Yunani Koine aslinya.[22][20][23][note 8] Disamping Yunani, Mesir dan Latin, bahasa-bahasa tersebut merefleksikan keinginan Kleopatra untuk merestorasi kawasan Afrika Utara dan Asia Selatan yang sempat masuk Kekaisaran Ptolemaik.[24]

Interventionisme Romawi di Mesir bermula dari masa pemerintahan Kleopatra VII.[25][26][27] Saat Ptolemi IX Latiros wafat pada akhir 81 SM, ia digantikan oleh putrinya Berenice III.[28][29] Namun, dengan bangunan yang berseberangan di istana kerajaan melawan gagasan penguasa perempuan tunggal, Berenice II menerima pemerintahan bersama dan menikah dengan sepupu dan putra tirinya Ptolemi XI Aleksander II, sebuah perjodolan yang dibuat oleh diktator Romawi Sulla.[28][29]

Ptolemi XI memiliki ibu tiri sekaligus istri yang terbunuh tak lama setelah mereka menikah pada 80 SM, namun ia digantung tak lama setelahnya akibat kerusuhan yang dihasilkan atas pembunuhan tersebut.[28][30][31] Ptolemi XI, dan bahkan mungkin pamannya Ptolemi IX atau ayahnya Ptolemi X Aleksander I, mengkehendaki kerajaan Ptolemaik kepada Roma sebagai kolateral untuk pinjaman, sehingga Romawi memiliki landasan hukum untuk mengambil alih Mesir, negara klien mereka, setelah pembunuhan Ptolemi XI.[28][32][33] Romawi kemudian memilih untuk membagi kerajaan Ptolemaik ke kalangan para Ptolemi XII Auletes.[28][30]

Masa kecil

Kleopatra VII lahir pada awal 69 SM dari pasangan firaun Ptolemaik yang memerintah Ptolemi XII Auletes dan seorang ibu yang tak diketahui,[34][note 9] mungkin istri Ptolemi XII Kleopatra VI Trifaena (juga dikenal sebagai Kleopatra V Trifaena).[35][17][note 3] Kleopatra memiliki dua saudari, Berenice IV dan Arsinoe IV, dan dua saudara, Ptolemi XIII Theos Philopator dan Ptolemi XIV.[36][37][38][note 10] Kleopatra V (atau VI) Trifaena lenyap dari catatan resmi beberapa bulan setelah kelahiran Kleopatra VII pada 69 SM.[39][40] Tiga anak yang lebih muda dari Ptolemi XII semuanya lahir dalam ketiadaan istrinya.[41][42] Pengajar masa kecil Kleopatra adalah Filostratos, dimana ia mengajarkan seni orasi dan filsafat Yunani.[43] Pada masa mudanya, Kleopatra diyakini belajar di Musaeum, yang meliputi Perpustakaan Aleksandria.[44][45]

Masa pemerintahan dan pengasingan Ptolemi XII Auletes

Pada 65 SM, sensor Romawi Marcus Licinius Crassus berpendapat bahwa Senat Romawi menganggap Roma harus menganeksasi Mesir Ptolemaik, namun undang-undang yang ia proporsalkan dan UU serupa dari tribun Servilius Rullus pada 63 SM ditolak.[46][47] Ptolemi XII menanggapi ancaman kemunginan anekssi dengan menawarkan remunerasi dan hadiah-hadiah mewah kepada negarawan Romawi berkuasa seperti Pompei Agung pada kampanyenya melawan Mithridates VI dari Pontus, dan kemudian Julius Caesar setelah ia menjadi konsul Romawi pada 59 SM.[48][49][50][note 11] Namun, perilaku serakah Ptolemi XII membangkrutkannya dan ia terpaksa mengakuisisi pinjaman dari bankir Romawi Gaius Rabirius Postumus.[51][52][53]

 
Potret lukisan anumerta yang diyakini dari Kleopatra VII dari Mesir Ptolemaik dengan rambut merah dan tampilan wajah khasnya, mengenakan diadem kerajaan dan hiasan rambut berbahan mutiara, dari Herculaneum Romawi, Italia, akhir abad ke-1 SM sampai pertengahan abad ke-1 M[54]

Pada 58 SM, Romawi menganeksasi Siprus dan mendorong saudara Ptolemi XII, Ptolemi dari Siprus, atas tuduhan pembajakan, untuk melakukan bunuh diri ketimbang diasingkan ke Paphos.[55][56][53][note 12] Ptolemi XII rmasih terdiam secara publik atas kematian saudaranya, sebuah keputusan yang, bersama dengan pencaplokan kawasan Ptolemaik tradisional oleh Romawi, merusak kredibilitasnya terhadap subyek-subyek yang dihimpun oleh kebijakan-kebijakan ekonominya.[55][57][58] Ptolemi XII kemudian diasingkan dari Mesir secara paksa, mula-mula ditempatkan ke Rhodes, kemudian Athena, dan terakhir vila triumvir Pompei di Perbukitan Alban dekat Praeneste.[55][56][59][note 13]

Ptolemi XII berada di pinggiran Roma selama hampir setahun, ditemani oleh putrinya yang saat itu berusia 11 tahun Kleopatra.[55][59][note 14] Berenice IV mengirim sebuah kedubes ke Roma untuk mengadvokasikan kekuasaannya dan menentang pengangkatan ulang ayahnya Ptolemi XII, namun Ptolemi menugaskan orang-orang suruhannya untuk membunuh para pemimpin kedubes tersebut, sebuah insiden yang ditutupi oleh para pendukung Romawi-nya yang berkuasa.[60][52][61][note 15] Saat Senat Romawi menolak tawaran penghimpunan tentara dan keinginan untuk pulang ke Mesir dari Ptolemi XII, ia memutuskan untuk meninggalkan Roma pada akhir 57 SM dan bermukim di Kuil Artemis di Efesus.[62][63][64]

Para pakar keuangan Romawi dari Ptolemi XII masih mempertimbangkan keputusan untuk merestorasikannya ke kekuasaan.[65] Pompei mendorong Aulus Gabinius, gubernur Suriah Romawi, untuk menginvasi Mesir dan merestorasi Ptolemi XII, menawarkannya 10,000 talent untuk misi yang direncanakan tersebut.[65][66][67] Meskipun ini bergesekan dengan hukum Romawi, Gabinius menginvasi Mesir pada musim semi 55 SM dengan melalui Yudea Hasmonea, dimana Hirkanus II memerintahkan Antipater orang Idumaea, ayah Herodes Agung, untuk memoles tentara pimpinan Mesir dengan suplai-suplai.[65][68] Di bawah komando Gabinius adalah perwira kavaleri muda Markus Antonius, yang mengkhaskan dirinya sendiri dengan menghindarkan Ptolemi XII dari membantai para penduduk Pelousion dan menyelamatkan jasad Arkelaos, suami Berenice IV, setelah Benerice tewas dalam pertempuran, memberikannya pemakaman kerajaan yang semestinya.[69][70] Kleopatra, yang sekarang berusia 14 tahun, melakukan perjalanan dengan ekspedisi Romawi ke Mesir; bertahun-tahun kemudian, Markus Antonius menyatakan bahwa ia jatuh cinta dengannya untuk kali itu.[69][71]

Gabinius diadili di Roma karena menyalahgunakan otoritasnya, dimana ia didakwa, namun pengadilan keduanya menerima keputusan untuk pengasingannya, dimana ia dipanggil kembali tujuh tahun kemudian pada 48 SM oleh Julius Caesar.[72][73] Crassus menggantikannya pada jabatan gubernur Suriah dan memegang komando sementaranya untuk Mesir, namun ia dibunuh oleh tentara Parthia di Pertempuran Carrhae pada 53 SM.[72][74] Ptolemi XII mengeksekusi putri rivalnya Benerice dan para pendukungnya yang kaya, merebut harta benda mereka.[75][76][77] Ia mengijinkan garisun Romawi Gallik dan sebagian besar Jermanik pimpinan Gabinius—Gabiniani—untuk menyerang orang di jalanan Aleksandria dan mengangkat pakar keuangan Romawi jangka panjangnya Rabirius Postumus sebagai kepala jabatan keuangannya.[75][78][79][note 16]

Rabirius Postumus tak dapat mengumpulkan seluruh utang Ptolemi XII pada waktu kematiannya, sehingga ini mengesahkan penerusnya Kleopatra VII dan Ptolemi XIII.[80][73] Dalam setahun, Rabirius Postumus ditempatkan di bawah perlindungan dan dikirim pulang ke Roma setelah nyawanya terancam oleh hartanya terkuras di Mesir.[80][81][77][note 17] Disamping masalah tersebut, Ptolemi XII, yang meninggal akibat sebab alami, menginginkan agar Kleopatra VII dan Ptolemi XIII menjadi pewaris bersama, mengadakan proyek pembangunan besar seperti Kuil Edfu dan Kuil Dendera, dan menstabilisasi ekonomi.[82][81][83][note 18] Pada 31 Mei 52 SM, Kleopatra menjadi wali raja Ptolemi XII seperti yang disebutkan oleh sebuah inskripsi di Kuil Hathor di Dendera.[84][85][86][note 19]

Naik takhta

   
Kiri: Kleopatra berbusana firaun dan mempersembahkan persembahan kepada dewi Isis, tertanggal tahun 51 SM; prasasti batu gamping yang didedikasikan oleh seorang pria Yunani bernama Onnofris; disimpan di Louvre, Paris
Kanan: sebuah prasasti batu gamping dari Pendeta Tinggi Ptah yang mencantumkan cartouche Kleopatra dan Kaisarion, Mesir, zaman Ptolemaik, Museum Arkeologi Mesir Petrie, London

Ptolemi XII meninggal sebelum 22 Maret 51 SM, saat Kleoatra, dalam tindakan pertamanya sebagai ratu, memulai perjalanannya ke Hermonthis, dekat Thebes, untuk memajukan sebuah kerbau Buchis keramat baru, yang disembah sebagai perantara dewa Montu dalam agama Mesir Kuno.[5][87][88][note 20] Kleopatra menghadapi beberapa masalah dan kedaruratan tak lama setelah naik takhta. Ini meliputi kelaparan yang disebabkan oleh kekeringan dan banjir Nil tingkat rendah dan perilaku tak berhukum yang dilakukan oleh Gabiniani, yang sekarang dilepastugaskan dan berasimilasi dengan para prajurit Romawi yang ditinggalkan oleh Gabinius ke garisun Mesir.[89][90] Mewarisi utang ayahnya, Kleopatra juga memegang 17.5 juta darkma Republik Romawi.[91]

Pada 50 SM, Marcus Calpurnius Bibulus, prokonsul Suriah, mengirim dua putra sulungnya ke Mesir, nampaknya untuk bernegosiasi dengan Gabiniani dan merekrut mereka sebagai prajurit di pertahanan Suriah melawan Parthia.[92] Namun, Gabiniani menyiksa dan membunuh keduanya, mungkin karena kesepakatan rahasia dari para administrator senior dalam pemerintahan Kleopatra.[92][93] Kleopatra mengirim pasukan Gabiniani ke Bibulus sebagai tahanan untuk diadili, namun ia mengirim mereka kembali ke Kleopatra dan menyayangkannya karena ikut campur dalam pengadilan mereka, yang merupakan kewajiban dari Senat Romawi.[94][93] Berpihak dengan Pompei dalam Perang Saudara Caesar, Bibulus kemudian menyatakan agar Caesar menghindari pendaratan armada angkatan laut di Yunani, sebuah tugas yang digagalkannya dan membolehkan Julius Caesar untuk mencapai Mesir untuk berhadapan dengan Pompei.[94]

Pada 29 Agustus 51 SM, dokumen-dokumen resmi menyatakan Kleopatra sebagai penguasa tunggal, bukti bahwa ia menolak saudaranya Ptolemi XIII sebagai penguasa bersama.[91][93][95] Kleopatra mungkin mengawini saudaranya Ptolemi XIII,[74] namun tak diketahui jika pernikahan mereka pernah diadakan.[5] Praktik incest Ptolemaik dari perkawinan sedarah diperkenalkan oleh Ptolemi II dan saudarinya Arsinoe II.[96][97][98] Sebuah praktik kerajaan Mesir jangka panjang tersebut diikuti oleh orang-orang Yunani kontemporer.[96][97][98] Namun, pada masa pemerintahan Kleopatra VII, ini dianggap merupakan perjodohan normal bagi para penguasa Ptolemaik.[96][97][98]

Disamping penolakan Kleopatra terhadapnya, Ptolemi XIII masih memiliki sekutu berkuasa, terutama kasim Poteinos, pengajar masa kecilnya, wali rajanya, dan administrator harta bendanya.[99][90][100] Orang-orang lain yang terlibat dalam pembangkangan melawan Kleopatra meliputi Achillas, seorang komandan militer berpengaruh, dan Theodotus dari Chios, pengajar lain dari Ptolemi XIII.[99][101] Kleopatra nampaknya mengupayakan aliansi jangka pendek dengan saudaranya Ptolemi XIV, namun pada musim gugur 50 SM, Ptolemi XIII ikut campur dalam konflik mereka dan mulai menandatangani dokumen-dokumen dengan namanya sebelum nama saudarinya, disusul oleh pendirian tanggal regnal pertamanya pada 49 SM.[5][102][103][note 21]

Pembunuhan Pompei

 
Patung dada Romawi Pompei Agung yang dibuat pada masa pemerintahan Augustus (27 SM – 14 M), sebuah salinan dari sebuah patung dada asli dari tahun 70–60 SM, Museum Arkeologi Nasional Venesia, Italia

Pada musim panas 49 SM, Kleopatra dan pasukannya masih bertarung melawan Ptolemi XIII di Aleksandria saat putra Pompei Gnaeus Pompeius datang, membawa bantuan militr atas perantara ayahnya.[102] Setelah pulang ke Italia dari peperangan di Gaul dan perlintasan Rubicon pada Januari 49 SM, Caesar memaksa Pompei dan para pendukungnya untuk lari ke Yunani dalam sebuah perang saudara Romawi.[104][105] Diyakini dalam dekrit bersama terakhir mereka, Kleopatra dan Ptolemi XIII menyepakati permintaan Gnaeus Pompeius dan mengirim 60 kapal dan 500 pasukan, termasuk Gabiniani, kepada ayahnya, sebuah pergerakan yang membantu melunasi sejumlah utang dari Roma.[104][106] Mengalahkan pertarungan tersebut melawan saudranya, Kleopatra kemudia terpaksa kabur dari Aleksandria dan menarik diri ke kawasan Thebes.[107][108][109] Pada musim semi 48 SM, Kleopatra mengunjungi Siria Romawi dengan adiknya Arsinoe IV untuk mengumpulkan pasukan invasi yang akan bergerak ke Mesir.[110][103][111] Ia kembali dengan sebuah tentara, namun pergerakannya ke Aleksandria dihadang oleh pasukan saudaranya, termasuk beberapa pasukan Gabiniani yang dimajukan untuk bertarung melawannya, sehingga ia berkemping di luar Pelousion di timur Delta Nil.[112][103][113]

Di Yunani, pasukan Caesar dan Pompei berhadapan satu sama lain di Pertempuran Farsalus pada 9 Agustus 48 SM, yang berujung pada penghancuran sebagian besar pasukan Pompei dan memaksanya kabur ke Tyre, Lebanon.[112][114][115][note 22] Menjalin hubungan dekat dengan pasukan Ptolemi, ia memutuskan agar Mesir akan menjadi tempat pengungsiannya, dimana ia dapat menghimpun ulang pasukannya.[116][115][113][note 23] Namun, para penasehat Ptolemi XIII mengkhawatirkan gagasan Pompei memakai Mesir sebagai basis kekuasaannya dalam sebuah perang saudara Romawi yang pelik.[116][117][118] Dalam skema yang diatur oleh Theodotos, Pompei datang memakai kapal di dekat Pelousion setelah diundang oleh pesan tertulis, baru dipergoki dan ditikam sampai tewas pada 28 September 48 SM.[116][114][119][note 24] Ptolemi XIII meyakini bahwa ia mendemonstrasikan kekuasaannya dan menolak situasi tersebut dengan mengirim kepala Pompei yang dibalsem kepada Caesar, yang datang ke Aleksandria pada awal Oktober, dan bermukim di istana kerajaan.[120][121][122][note 24] Caesar memberikan pujian dan sanjungan atas pembunuhan Pompei dan menyerukan Ptolemi dan Kleopatra VII untuk membubarkan pasukan mereka dan berekonsiliasi satu sama lain.[120][123][122][note 25]

Hubungan dengan Julius Caesar

Ptolemi XIII datang ke Aleksandria memimpin tentaranya, dalam rangka memenuhi tawaran Caesar agar ia membubarkan dan meninggalkan pasukannya sebelum kedatangannya.[124][125] Kleopatra awalnya mengirim para emisari kepada Caesar, namun setelah dituduh mendengar bahwa Ceasar memiliki hubungan dengan wanita kerajaan, ia datang ke Aleksandria untuk menyaksikannya sendiri.[124][126][125] Sejarawan Cassius Dio mencatat bahwa ia singkatnya melakukannya tanpa memberitahu saudaranya, berbusana dengan tingkat atraktif dan menghiburnya dengan rayuannya.[124][127][128] Plutarki memberikan catatan berbeda dan mungkin mitos yang menuduh ia berbaring di ranjang untuk diseludupkan ke istana untuk bertemu Caesar.[124][129][130][note 26]

 
Potret Tusculum, sebuah patung dada Romawi kontemporer Julius Caesar di Museum Arkeologi Torino, Italia

Saat Ptolemi XIII menyadari bahwa saudarinya berada di istana dan berhubungan langsung dengan Caesar, ia berniat untuk menimbulkan kerusuhan di Aleksandria, namun ia ditangkap oleh Caesar, yang memakai keterampial oratorialnya untuk menenangkan kerumunan.[131][132][133] Caesar kemudian membawa Kleopatra VII dan Ptolemi XIII kepaa majelis Aleksandria, dimana Caesar memberikan kehendak tertulis kepada Ptolemi XII—sebelum diduduki oleh Pompei—mengangkat Kleopatra dan Ptolemi XIII sebagai pewaris bersamanya.[134][132][126][note 27] Caesar kemudian berniat untuk menjodohkan dua kerabat lainnya, Arsinoe IV dan Ptolemi XIV, untuk memerintah bersama atas Siprus, kemudian menghilangkan pengklaim rival potensial untuk takhta Mesir disamping juga kalangan Ptolemaik masih merasakan kepahitan atas kehilangan Siprus dari Romawi pada 58 SM.[135][132][136][note 27]

Potheinos, yang menyatakan bahwa perjanjian tersebut sebenarnya menyerahkan Ptolemi XIII dan 20,000 tentaranya kepada Kleopatra, termasuk Gabiniani, nampaknya mengalahkan tentara Caesar yang berjumlah 4,000 pasukan tanpa dukungan, memutuskan untuk menempatkan Achillas memimpin pasukan mereka ke Aleksandria untuk menyerang Caesar dan Kleopatra.[135][132][137][note 28] Akibatnya, istana dikepung dengan Caesar dan Kleopatra terperangkap bersama di dalam pada tahun berikutnya 47 SM.[138][123][139][note 29] Setelah Caesar memutuskan untuk mengeksekusi Potheinos, Arsinoe IV bergabung dengan pasukan Achillas dan dideklarasikan menjadi ratu, namun tak lama setelahnya, pembimbingnya Ganymedes membunuh Achillas dan menempatkan posisinya sebagai komandan tentaranya.[140][141][142][note 30] Ganymedes kemudian menipu Caesar dengan meminta agar Ptolemi XIII dijadikan negosiator, hanya agar ia bergabung dengan tentara Arsinoe IV.[140][143][144]

Pada suatu waktu antara Januari dan Maret 47 SM, bala bantuan Caesar datang, termasuk pasukan pimpinan Mitridates dari Pergamon dan Antipater orang Idumaea.[140][123][145][note 31] Ptolemi XIII dan Arsinoe IV menarik pasukan mereka ke Sungai Nil, dimana Caesar menyerang mereka. Ptolemi XIII berniat untuk kabur memakai perahu namun ditangkap dan ia ditenggelamkan.[146][123][147][note 32] Ganymedes diyakini tewas dalam pertempuran tersebut, Theodotos ditemukan bertahun-tahun kemudian di Asia oleh Marcus Brutus dan dieksekusi, sementara Arsinoe IV diarak paksa dalam pawai kemenangan di Roma oleh Caesar sebelum diasingkan di Kuil Artemis di Efesus.[148][149][150] Kleopatra nampak absen dari peristiwa tersebut dan berdiam di istana, nampaknya karena ia sedang mengandung anak Caesar sejak September 47 SM.[151][152][153]

Masa jabatan Caesar sebagai konsul berakhir pada akhir 48 SM.[148] Namun, perwiranya Markus Antonius membantu mengamankan pemilihan Caesar sebagai diktator Romawi yang berlangsung selama setahun, sampai Oktober 47 SM, menyediakan otoritas hukum kepada Caesar untuk menyelesaikan persengketaan dinasti di Mesir.[148] Khawatir kesalahan terhadap Berenice IV terulang pada seorang penguasa perempuan yang memerintah sendiri, Caesar mengangkat Ptolemi XIV yang berusia 12 tahun sebagai penguasa bersama Kleopatra VII yang berusia 22 tahun dalam perkawinan sedarah nominal, namun Kleopatra masih secara pribadi hidup dengan Caesar.[154][123][145][note 33] Tanggal pasta kapal Siprus kembali ke kekuasaannya tidak diketahui, meskipun ia menjadi gubernur disana pada 42 SM.[155][145]

 
Lukisan Kleopatra dan Caesar (1866). Lukisan karya Jean-Léon Gérôme

Caesar dituduh bergabung dengan Kleopatra pada pelayaran Nil dan pendirian monumen-monumen,[123][156][157] meskipun ini merupakan kisah romansa yang merefleksikan bumbu-bumbu Romawi yang kemudian timbul dan bukanlah peristiwa sejarah asli.[158] Sejarawan Suetonius memberikan detil-detil yang dianggap layak tentang pelayaran tersebit, termasuk pemakaian tongkang plesir thalamegos yang mula-mula dibangun oleh Ptolemi IV, yang pada masa pemerintahannya memiliki ukuran panjang 300 kaki (91 m) dan tinggi 80 kaki (24 m) dan dilengkapi dengan ruang makan, ruang pertemuan, kuil suci dan ruang terbuka bersama dengan dua deknya yang dihimpun layaknya vila mengambang.[158][159] Caesar kemudian berminat untuk menjelajahi Nil karena ia tertarik dengan geografi; ia suka membaca karya-karya Eratostenes dan Fiteas dan mungkin ingin menemukan mata air sungai, namun kembali sebelum mencapai Etiopia.[160][161]

Caesar berangkat dari Mesir pada sekitar April 47 SM, diduga untuk berkonfrontasi dengan Pharnaces II dari Pontus, putra Mithridates Agung, yang menimbulkan ketegangan dari Anatolia sampai Roma.[162] Diyakini, Caesar, yang menikahi wanita Romawi berpengaruh Calpurnia, juga ingin terhindar untuk terlihat bersama dengan Kleopatra saat ia membawa putra mereka.[162][156] Ia meninggalkan tiga legiun di Mesir, kemudian ditambah menjadi empat, di bawah komando orang merdeka Rufio, untuk mengamankan posisi Kleopatra, namun juga mungkin tetap memastikan kegiatan-kegiatannya.[162][163][164]

Caesarion, anak Kleopatra yang diduga dari Caesar, lahir pada 23 Juni 47 SM, dan aslinya bernama "Firaun Caesar" seperti yang tercantum di sebuah prasasti di Serapeion, Memphis.[165][123][166][note 34] Diyakini menerapkan perkawinan tanpa anak dengan Kalpurnia, Caesar terdiam di hadapan publik tentang Caesarion (namun mungkin menerima pengasuhannya secara pribadi).[167][note 35] Di sisi laut, Kleopatra membuat deklarasi resmi berulang tentang hak asuh Caesarion, dengan Caesar sebagai ayahnya.[167][168][169]

 
Patung dada Mesir dari seorang ratu Ptolemaik, diyakini Kleopatra VII, 50–30 SM, Brooklyn Museum

Kleopatra VII dan penguasa bersama nominalnya Ptolemi XIV mengunjungi Roma pada akhir 46 SM, mungkin tanpa Caesarion, dan menginap di vila Caesar di Horti Caesaris.[170][166][171][note 36] Seperti ayah mereka Ptolemi XII, Julius Caesar menganugerahi Kleopatra VII dan Ptolemi XIV dengan status hukum 'teman dan sekutu bangsa Romawi' (bahasa Latin: socius et amicus populi Romani), dalam efek para penguasa klien yang setia dengan Roma.[172][173][174] Para pengunjung Kleopatra di vila Caesar yang menyeberangi Tiber meliputi senator Cicero, yang menganggapnya arogan.[175][176]

Sosigenes dari Aleksandria, salah satu anggota istana Kleopatra, yang membantu Caesar dalam perhitungan untuk Kalender Julian baru, yang berlaku pada 1 Januari 45 SM.[177][178][179] Kuil Venus Genetrix, yang didirikan di Forum Caesar pada 25 September 46 SM, berisi patung empat Kleopatra (yang berdiri disana sampai setidaknya abad ke-3 SM), mengasosiasikan ibu dari anak Caesar secara langsung dengan dewi Venus, ibu bangsa Romawi.[180][178][181] Patung tersebut juga menghubungkan dewi Mesir Isis dengan agama Romawi.[175]

Keberadaan Kleopatra di Roma sangat berdampak pada peristiwa-peristiwa di perayaan Lupercalia sebulan sebelum pembunuhan Caesar.[182][183] Markus Antonius berniat untuk menempatkan diadem kerajaan di kepala Caesar, yang ditolak Caesar di apa yang diyakini penampilan panggung, mungkin untuk menghindari kegelisahan masyarakat Romawi tentang penerimaan kekerabatan raja bergaya Hellenistik.[182][183] Cicero, yang hadir di acara tersebut, dengan nada menghina bertanya darimana asal diadem tersebut, sebuah rujukan kepada ratu Ptolemaik yang ia undang.[182][183] Caesar dibunuh pada hari Ides of March (15 Maret 44 SM), namun Kleopatra masih berada di Roma sampai sekitar pertengahan April, dengan harapan Caesarion diakui sebagai pewaris Caesar.[184][185][186] Namun, Caesar mengkehendaki anak keponakannya Oktavianus diangkat menjadi pewaris utama, dan Oktavianus datang ke Italia pada sekitaran waktu yang sama saat Kleopatra memutuskan untuk pulang ke Mesir.[184][185][187] Beberapa bulan kemudian, Kleopatra memutuskan untuk membunuh saudaranya dan penguasa bersamanya, Ptolemi XIV, dengan cara diracun agar putranya Caesarion menggantikannya sebagai penguasa bersamanya.[188][189][169][note 37]

Kleopatra dalam perang saudara Liberator

 
Gerbang Kleopatra di Tarsos (Tarsus, Mersin, Turki), situs dimana ia bertemu Markus Antonius pada 41 SM[190]

Oktavianus, Markus Antonius, dan Lepidus membentuk Triumvirat Kedua pada 43 SM, dimana mereka masing-masing terpilih untuk masa jabatan lima tahun untuk merestorasi tatanan di Republik dan mengirim para pembunuh Caesar ke pengadilan.[191][192] Kleopatra meraih pesan dari Gaius Cassius Longinus, salah satu pembunuh Caesar, dan Publius Cornelius Dolabella, prokonsul Siria dan loyalis Caesarian, yang sama-sama meminta bantuan militer.[191] Ia memutuskan untuk menulis sebuah pernyataan kepada Cassius bahwa kerajaannya juga menghadapi sejumlah masalah internal sesambil mengirim empat legiun yang ditinggalkan oleh Caesar di Mesir ke Dolabella.[191][193] Namun, pasukan tersebut ditangkap oleh Cassius di Palestina.[191][193]

Saat Serapion, gubernur Siprus pimpinan Kleopatra, membangkang ke Cassius dan menyediakannya dengan kapal-kapal, Kleopatramembawa armadanya sendiri ke Yunani untuk secara pribadi membantu Oktavianus dan Antonius, namun kapal-kapalnya rusak berat akibat badai Laut Tengah dan ia terlambat untuk membantu pertempuran tersebut.[191][194] Pada musim gugur 42 SM, Antonius mengalahkan pasukan para pembunuh Caesar dalam Pertempuran Filipi di Yunani, yang membuat Cassius dan Marcus Junius Brutus bunuh diri.[191][195]

Pada akhir 42 SM, Oktavianus meraih kekuasaan atas lebih dari separuh bagian barat Republik Romawi dan Antonius separuh bagian timur, dengan Lepidus sebagian besar termarginalisasi.[196] Pada musim panas 41 SM, Antonius mendirikan markas besarnya di Tarsos, Anatolia dan mengirimkan beberapa undangan kepada Kleopatra, yang awalnya ditolak sampai duta Antonius Quintus Dellius membujuknya untuk datang.[197][198] Pertemuan tersebut membolehkan Kleopatra untuk membersihkan kesalahpahaman bahwa ia mendukung Cassius pada perang saudara dan mengadakan pertukaran teritorial di Syam, namun Antonius juga tanpa ragu ingin menjalin hubungan percintaan pribadi dengan ratu tersebut.[199][198] Kleopatra berlayar melewati Sungai Kydnos menuju Tarsos dalam thalamegos-nya, mengundang Antonius dan para pejabatnya selama dua malam makan besar di atas kapalnya.[200][201] Kleopatra memutuskan untuk membersihkan namanya sebagai pendukung Cassius, berpendapat bahwa ia sebenarnya berniat untuk membantu Dolabella di Siria, sesambil membujuk Antonius untuk mengekeskusi saudarinya Arsinoe IV yang mengasingkan diri di Efesus.[202][203] Mantan gubernur Siprus pimpinan Kleopatra yang membangkang juga diserahkan kepadanya untuk dieksekusi.[202][204]

Hubungan dengan Markus Antonius

 
Sebuah patung dada Romawi dari konsul dan triumvir Markus Antonius, Museum Vatikan

Kleopatra mengundang Antonius untuk datang ke Mesir sebelum berangkat dari Tarsos, yang membuat Antonius mengunjungi Aleksandria pada November 41 SM.[202][205] Antonius disambut baik oleh masyarakat Aleksandria, atas aksi heroiknya dalam mengembalikan Ptolemi XII ke kekuasaan dan datang ke Mesir tanpa pasukan pendudukan seperti yang dilakukan oleh Caesar.[206][207] Di Mesir, Antonius masih menikmati gaya hidup kerajaan yang ia saksikan di atas kapal Kleopatra yang berlabuh di Tarsos.[208][204] Ia juga membawa serta para baahannya, seperti Publius Ventidius Bassus, memukul mundur pasukan Parthia dari Anatolia dan Siria.[207][209][210][note 38]

Kleopatra berhati-hati memilih Antonius sebagai mitranya untuk menghasilkan pewaris-pewaris tambahan, saat ia dituntut menjadi figur Romawi paling berkuasa mengikuti jejak Caesar.[211] Dengan kekuatan triumviral-nya, Antonius juga memiliki otoritas besar untuk merestorasi bekas wilayah Ptolemaik, yang sekarang berada di tangan Romawi, kepada Kleopatra.[212][213] Meskipun dijelaskan bahwa Silisia dan Siprus berada di bawah kekuasaan Kleopatra pada 19 November 38 SM, transfer tersebut diyakini dilakukan sebelumnya pada musim dingin 41–40 SM, pada masa ia bersama dengan Antonius.[212]

Pada musim semi 40 SM, Markus Antonius meninggalkan Mesir karena ketegangan di Siria, dimana gubernurnya Lucius Decidius Saxa dibunuh dan tentaranya diambil oleh Quintus Labienus, seorang mantan pejabat di bawah kepemimpinan Cassius yang sekarang berpihak pada Kekaisaran Parthia.[214] Kleopatra memberikan 200 kapal kepada Antonius untuk kampanyenya dan sebagai pembayaran untuk kawasannya yang baru diakuisisi.[214] Ia tak melihat Antonius lagi sampai 37 SM, namun ia surat menyurat dengannya, dan bukti menunjukkan bahwa ia mengirim seorang mata-mata ke kampnya.[214] Pada akhir 40 SM, Kleopatra melahirkan anak kembar, seorang anak laki-laki bernama Alexander Helios dan seorang anak perempuan bernama Cleopatra Selene II, keduanya diakui oleh Antonius sebagai anaknya.[215][216] Helios (bahasa Yunani: Ἥλιος), matahari, dan Selene (bahasa Yunani: Σελήνη), bulan, adalah lambang era baru dari peremajaan ulang masyarakat,[217] serta indikasi bahwa Kleopatra mengharapkan Atonius akan mengulang jejak Aleksander Agung dalam menaklukkan Persia.[207]

Kampanye Parthia ke kawasan timur yang dilakukan oleh Markus Antonius terganggu oleh Perang Perusin (41–40 BC), yang dilakukan oleh istri ambisiusnya Fulvia melawan Oktavianus dengan harapan membuat suaminya menjadi pemimpin Romawi tanpa sengketa.[217][218] Fulvia diyakini ingin menjauhkan Antonius dari Kleopatra, namun konflik tersebut timbul di Italia bahkan sebelum Kleopatra bertemu dengan Antonius di Tarsos.[219] Fulvia dan saudara Antonius Lucius Antonius kemudian dikepung oleh Oktavianus di Perusia (sekarang Perugia, Italia) dan kemudian diasingkan dari Italia, setelah Fulvia meninggal di Sikyon, Yunani saat berniat untuk memergoki Antonius.[220] Kematian mendadaknya berujung pada rekonsiliasi Oktavianus dan Antionius di Brundisium, Italia pada September 40 SM.[220][207] Disamping perjanjian yang dilakukan di Brundisium memadatkan kekuasaan Antonius atas kawasan timur Laut Ionia dari Republik Romawi, ini juga membuatnya merebut Italia, Hispania, dan Gaul, dan menikahi saudari Oktavianus Oktavia si Muda, seorang pesaing potensial bagi Kleopatra.[221][222]

 
Pertemuan Antonius dan Kleopatra, karya Lawrence Alma-Tadema, 1885

Pada Desember 40 SM, Kleopatra menerima Herodes I (Agung) di Aleksandria sebagai tamu tak diundang dan pengungsi yang kabur dari situasi mencekam di Yudea.[223] Herodes diangkat menjadi tetrakhi disana oleh Markus Antonius, namun ia kemudian dipergoki Antigonus II Mattathias dari dinasti Hasmonean yang lama berdiri.[223] Ia memenjarakan saudara Herodes dan rekan tetrarki-nya Phasael, yang dieksekusi saat Herodes kabur ke istana Kleopatra.[223] Kleopatra berniat untuk memberikannya bantuan militer, namun Herodes menolak dan pergi ke Roma, dimana triumvir Oktavianus dan Markus Antonius mengangkatnya menjadi raja Yudea.[224][225] Tindakan ini membuat Herodes berseteru dengan Kleopatra, yang ingin mengklaim kembali bekas kawasan Ptolemaik yang melingkupi kerajaan Herodian barunya.[224]

Hubungan antara Markus Antonius dan Kleopatra mungkin mengasam saat ia tak hanya menikahi Oktavianus, namun juga dikaruniai dua anak darinya, Antonia si Tua pada 39 SM dan Antonia Minor pada 36 SM, memindahkan markas besarnya ke Athena.[226] Namun, jabatan Kleopatra di Mesir terjaga.[207] Pesaingnya Herodes menduduki Yudea melalui perang saudara yang memakai bantuan militer Romawi yang besar, namun bukan dari Kleopatra.[226] Sejak otoritas triumviral Markus Antonius dan Oktavianus berakhir pada 1 Januari 37 SM, Oktavia mengadakan pertemuan di Tarentum dimana triumvirat resmi diperpanjang sampai 33 SM.[227] Dengan dua legiun yang diraih oleh Oktavianus dan seribu prajurit yang dipegang oleh Oktavia, Markus Antonius datang ke Antiokhia dimana ia mempersiapkan perang melawan Parthia.[228]

Antonius membujuk Kleoptra ke Antiokhia untuk membicarakan masalah-masalah yang ditekankan seperti kerajaan Herodes dan dukungan keuangan untuk kampanye Parthia-nya.[228][229] Kleopatra membawa anak kembarnya yang sekarang berusia tiga tahun ke Antiokhia, dimana Marksu Antonius menyaksikan mereka untuk pertama kalinya dan dimana mereka mungkin mula-mula meraih marga Helios dan Selene sebagai bagian dari rencana ambisius Antonius dan Kleopatra untuk masa depan.[230][231] Dalam rangka menstabilisasi kawasan timur, Antonius tak hanya memperbesar domain Kleopatra,[229] namun juga mendirikan dinasti-dinasti pemerintahan baru dan para penguasa klien yang akan setia kepadanya, sehingga akan memutlakkan kekuasaannya.[232][213][note 39]

Dalam pengadaan ini, Kleopatra memberikan bekas teritorial Ptolemaik signifikan di Syam, termasuk hampir seluruh Foenisia (Lebanon) kecuali Tyre dan Sidon, yang masih dikuasai Romawi.[233][213][229] Ia juga menerima Ptolemais Akko (sekarang Acre, Israel), sebuah kota yang didirikan oleh Ptolemi II.[233] Memberikannya hubungan leluhur dengan Seleukia, ia meraih kawasan Koile Siria di sepanjang hulu Sungai Orontes.[234][229] Ia bahkan diberi kawasan sekitaran Yerikho di Palestina, namun ia mengembalikan teritorial tersebut kepada Herodes.[235][225] Atas pemberian raja Nabatea Malikus I (sepupu Herodes), Kleopatra juga diberi sebagian Kerajaan Nabatea di sekitaran Teluk Aqaba di Laut Merah, termasuk Ailana (sekarang Aqaba, Yordania).[236][225] Di bagian barat, Kleopatra mendapatkan Cyrene di sepanjang pantai Libya, serta Itanos dan Olous di Kreta Romawi.[237][229] Meskipun masih diurus oleh para pejabat Romawi, teritorial tersebut juga memperkaya kerajaannya dan membuatnya mendeklrasikan pembukaan era baru dengan koin penanggalan ganda pada 36 SM.[238][239]

 
Aurei Romawi mencantumkan potret Markus Antonius (kiri) dan Oktavianus (kanan), yang dikeluarkan pada 41 SM untuk menselebrasikan pendirian Triumvirat Kedua oleh Oktavianus, Antonius, dan Marcus Lepidus pada 43 SM

Pelebaran kerajaan Ptolemaik oleh Antonius dengan mencairkan ulang teritorial Romawi yang dikuasai langsung dimanfaatkan oleh pesaingnya Oktavianus, yang menempatkan sentimen publik di Roma melawan penguatan ratu asing di belahan Republik mereka.[240] Oktavianus juga memajukan pernyataan bahwa Antonius mengabaikan istri Romawi-nya, Oktavia dan memberikan hak-hak pemujaan luar biasanya kepadanya dan Livia, istri Oktavianus.[240] Cornelia Africana, putri Scipio Africanus, adalah wanita Romawi hidup pertama yang memiliki sebuah patung yang didedikasikan kepadanya.[238] Ia disusul oleh saudari Oktavianus, Oktavia, dan istrinya, Livia, yang patung-patungnya nampaknya didirikan di Forum Caesar untuk menyaingi patung Kleopatra yang didirikan oleh Caesar.[238]

Pada 36 SM, Kleopatra menemani Antonius ke Sungai Eufrat dalam perjalanannya untuk menginvasi Kekaisaran Parthia.[241] Ia kemudian pulang ke Mesir, mungkin karena ia sedang mengandung.[242] Pada musim panas 36 SM, ia melahirkan Ptolemi Filadelfus, putra keduanya dari Antonius.[242][229]

Kampanye Parthia oleh Antonius pada 36 SM berubah menjadi beketerbalikan penuh dan diiringi oleh sejumlah sebab, termasuk pengkhianatan Artavasdes II dari Armenia, yang berbalik memihak Parthia.[243][213][244] Setelah kehilangan sekitar 30,000 pasukan, melebihi Crassus di Carrhae (sebuah perbandingan yang ia harap marata-ratai), Antonius akhirnya datang ke Leukokome dekat Berytus (sekarang Beirut, Lebanon) pada bulan Desember, mengadakan pesta minum-minum sebelum Kleopatra datang untuk memberikan dana dan busana untuk pasukan tempurnya.[243][245] Antonius ingin menghindari kejatuhan politik dengan kembali ke Roma, sehingga ia berjalan dengan Kleopatra kembali ke Aleksandria untuk melihat putranya yang baru lahir.[243]

Donasi Aleksandria

 
Sebuah denarius yang dicetak pada 32 SM; bagian depannya adalah gambar Kleopatra yang mengenakkan diadem, dengan kutipan Latin "CLEOPATRA[E REGINAE REGVM]FILIORVM REGVM", dan bagian belakangnya adalah gambar Markus Antonius dengan kutipan ANTONI ARMENIA DEVICTA.[246][247]

Saat Antonius mempersiapkan ekspedisi Parthia lainnya pada 35 SM, kali ini ditujukan ke sekutu mereka Armenia, Oktavia datang ke Athena dengan 2,000 pasukan diduga dalam dukungan Antonius, namun nampaknya dalam skema yang dilancarkan oleh Oktavianus untuk menjerumuskannya dalam kekalahan militer.[248][249][note 40] Antonius meraih pasukan tersebut namun Oktavia tak singgah ke timur Athena karena Antonius dan Kleopatra sedang berjalan bersama ke Antiokhia, hanya sebentar dan meninggalkan sejenak kampanye militer dan langsung kembali ke Aleksandria.[248][249] Saat Oktavia kembali ke Roma, Oktavianus menggambarkan saudarinya sebagai korban yang dipersalahkan oleh Antonius, meskipun ia enggan untuk meninggalkan rumah tangga Antonius.[250][213] Kepercayaan diri Oktavianus bertumbuh saat ia menyingkirkan para pesaingnya di barat, termasuk Sextus Pompeius dan bahkan Lepidus, anggota ketiga triumvirat, yang ditempatkan di bawah penahanan rumah setelah pemberontakan melawan Oktavianus di Sisilia.[250][213][245]

Quintus Dellius dikirim sebagai perwakilan Antonius kepada Artavasdes II dari Armenia pada 34 SM untuk menegosiasikan aliansi perkawinan potensial yang akan mengawinkan putri raja Armenia dengan putra Antonius dan Kleopatra, Helios.[251][252] Saat ditolak, Antonius memajukan tentaranya ke Armenia, mengalahkan pasukan mereka dan menangkap raja dan keluarga kerajaan Armenia.[251][253] Antonius kemudian mengadakan pawai militer di Alekdansria dalam rangka kemenangan Romawi, berbusana seperti Dionysos saat ia memasuki kota tersebut memakai kereta perang dan mempersembahkan para tahanan kerajaan kepada Kleopatra, yang duduk di takhta emas di atas dais perak.[251][254] Kabar peristiwa tersebut sangat dikritik di Roma karena melanggar ritus dan ritual Romawi yang dihargai pada masa itu karena malah dinikmati oleh ratu Mesir.[251]

 
Sebuah dokumen papirus tertanggal Februari 33 SM yang memberikan pengecualian pajak kepada komandan militer Publius Canidius Crassus di Mesir dan berisi tanda tangan Kleopatra VII di sisi berbeda, dengan pernyataannya "membuatnya terjadi" bahasa Yunani: γινέσθωι, translit. ginesthō[255][256]

Dalam sebuah acara yang diadakan di Gimnasium tak lama setelah pawai kemenangan, yang dikenal sebagai Donasi Aleksandria, Kleopatra berbusana seperti Isis dan mendeklarasikan bahwa ia adalah Ratu dari Para Raja dengan putranya Caesarion, Raja dari Para Raja, sementara Alexander Helios diangkat menjadi raja Armenia, Media, dan Parthia, Ptolemy Filadelfos yang berusia dua tahun diangkat menjadi raja Siria dan Silisia.[257][258][259] Cleopatra Selene juga diberikan wilayah Kreta dan Cyrene.[260][261] Antonius dan Kleopatra menikah pada acara tersebut.[260][259][note 41] Antonius mengirim laporan ke Roma yang meminta ratifikasi klaim-klaim teritorial tersebut. Oktavianus ngin menerbitkannya untuk keperluan propaganda, namun dua konsulnya, yang sama-sama pendukung Antonius, menyensornya dari pandangan publik.[262][261]

Pada akhir 34 SM, setelah Donasi Aleksandria, Antonius dan Oktavianus mengadakan sebuah perang propaganda panas yang berlangsung bertahun-tahun.[263][261][169][note 42] Antonius mengklaim bahwa pesaingnya secara ilegal menggulingkan Lepidus dari triumvirat mereka dan melepasnya dari pergerakan pasukan di Italia, sementara Oktavianus menuduh Antonius secara tak sah menduduki jabatan raja Armenia, menikahi Kleopatra meskipun masih menikahi saudarinya Oktavia, dan secara mengkhawatirkan mengklaim Caesarion sebagai pewaris Caesar ketimbang Oktavianus.[263][261] Tuduhan dan gosip yang dikaitkan dengan perang propaganda tersebut membentu persepsi populer tentang Kleopatra dari semua jalan sastra periode Augustan menuju berbagai media pada masa modern.[264][265] Kleopatra dikatakan mencuci otak Markus Antonius dengan mantra dan sihir dan berbahaya seperti Helena dari Troya milik Homerus yang menghancurkan peradaban.[266] Satir-satir karya Horace memberikan sebuah catatan bahwa Kleopatra sempat melarutkan sebuah mutiara senilai 2.5 juta drachma dalam taruhan pesta makan malam.[267] Tuduhan bahwa Antonius mencuri buku-buku dari Perpustakaan Pergamon untuk dipindahkan ke Perpustakaan Aleksandria kemudian berbalik menjadi sebuah fabrikasi oleh Gaius Calvisius Sabinus.[268]

Sebuah dokumen papirus tertanggal Februari 33 SM berisi tanda tangan tulisan tangan Kleopatra VII.[255][256] Ini berisi pengecualian pajak tertentu di Mesir yang diberikan kepada Publius Canidius Crassus (atau Quintus Caecillius),[note 43] bekas konsul Romawi dan orang kepercayaan Antonius, yang akan mengkomandoi angkatan daratnya di Actium.[269][256] Sebuah naskah dalam tulisan tangan berbeda di bagian bawah papirus tersebut trbaca "membuatnya terjadi" (bahasa Yunani: γινέσθωι, translit. ginesthō), yang secara tanpa diragukan merupakan autografi dari ratu tersebut, karena ini adalah praktik Ptolemaik untuk dokumen-dokumen tanda kontra untuk menghindari pemalsuan.[269][256]

Pertempuran Actium

 
Rekonstruksi patung Augustus sebagai Oktavianus muda, tertanggal kira-kira 30 SM

Dalam sebuah pidato kepada Senat Romawi pada hari pertamanya menjabat pada jabatan konsulnya pada 1 Januari 33 SM, Oktavianus menuduh Antonius berniat menyelubungi kebebasan dan integrasi teritorial Romawi sebagai budak ratu Orientalnya.[270] Sebelum imperium bersama Antonius dan Oktavianus berakhir pada 31 Desember 33 SM, Antonius mengangkat Caesarion sebagai pewaris sebenarnya dari Julius Caesar dalam upaya membendung Oktavianus.[270] Pada 1 Januari 32 SM, para loyalis Antonian Gaius Sosius dan Gnaeus Domitius Ahenobarbus terpilih menjadi konsul.[269] Pada 1 Februari 32 SM, Sosius memberikan pidato yang mengecap Oktavianus, yang sekarang menjadi warga negara tanpa jabatan publik, yang mengenalkan potongan-potongan legislasi yang melawannya.[269][271] Pada sesi senatorial berikutnya, Oktavianus memasuki dewan Senat dengan grada bersenjata dan melawan tuduhan-tuduhannya sendiri melawan para konsul.[269][272] Terintimidasi oleh tindakan ini, keesokan harinya para konsul tersebut dan lebih dari dua ratus senator yang masih mendukung Antonius kabur dari Roma dan bergabung ke pihak Antonius.[269][272][273]

Antonius dan Kleopatra pergi bersama ke Efesus pada 32 SM, dimana Kleopatra memberikan 200 dari 800 kapal angkatan laut kepada Antonius.[269] Domitius Ahenobarbus, yang mengkhawatirkan propaganda Oktavianus tersebar ke masyarakat, berniat untuk mendorong Antonius agar Kleopatra dikecualikan dari kampanye melawan Oktavianus.[274][275] Publius Canidius Crassus membuat kontra-argumen bahwa Kleopatra mendanai upaya perang dan merupakan seorang penguasa kompeten.[274][275] Kleopatra menolak permintaan Antonius agar ia pulang ke Mesir, menganggap bahwa dengan memblokade Oktavianus di Yunani, ia akan lebih mudah mempertahankan Mesir.[274][275] Insistensi Kleopatra bahwa ia terlibat dalam pertempuran untuk Yunani berujung pada pembangkangan para tokoh Romawi penting seperti Domitius Ahenobarbus dan Lucius Munatius Plancus.[274][272]

Pada musim semi 32 SM, Antonius dan Kleopatra datang ke Athena, dimana ia mendorong Antonius untuk mengirim Oktavia ke sebuah deklarasi perceraian resmi.[274][272][259] ini mendorong Munatius Plancus untuk menasehati Oktavianus agar ia harus merampas kehendak Antonius, bersekongkol dengan Para Perawan Vestal.[274][272][261] Meskipun melanggar hak hukum dan kekeramatan, Oktavianus terpaksa mengakuisisi dokumen tersebut dari Kuil Vesta, sebuah alat berguna dalam perang propaganda melawan Antonius dan Kleopatra.[274][261] Oktavianus menyoroti sebagian kehendak tersebut, seperti Caesarion diangkat menjadi pewaris untuk Caesar, bahwa Donasi Aleksandria bersifat sah, bahwa Antonius harus dikebumikan di samping Kleopatra di Mesir alih-alih Roma, dan bahwa Aleksandria akan dijadikan ibukota baru Republik Romawi.[276][272][261] Dalam sebuah acara loyalitas kepada Roma, Oktavianus memutuskan untuk memulai pembangunan mausoleumnya sendiri di Campus Martius.[272]

Pendirian hukum Oktavianus juga ditunjang dengan terpilihnya ia menjadi konsul pada 31 SM.[272] Dengan kehendak Antonius disebarkan ke publik, Oktavianus menyulut casus belli-nya dan Roma mendeklarasikan perang terhadap Kleopatra,[276][277][278] bukan Antonius.[note 44] Argumen hukum untuk perang tak berdasarkan pada akuisisi teritorial Kleopatra, dengan bekas teritorial Romawi diperintah oleh anak-anaknya dari Antonius, dan lebih kepada fakta bahwa ia memberikan dukungan militer kepada warga negara pada otoritas triumviral Antonius yang saat itu telah berakhir.[279]

   
Kiri: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra VII yang dicetak di Pieria Seleukia, Siria
Kanan: sebuah tetradrachm perak dari Kleopatra minted at Ascalon, Israel

Antonius dan Kleopatra memiliki armada yang lebih besar ketimbang Oktavianus, namun para kru angkatan laut Antonius dan Kleopatra tak semuanya terlatih, beberapa diantaranya mungkin berasal dari kapal dagang, sehingga Oktavianus memiliki pasukan profesional sepenuhnya.[280][275] Antonius ingin melintasi Laut Adriatik dan memblokade Oktavianus di Tarentum atau Brundisium,[281] namun Kleopatra, yang lebih menyoroti pertahanan Mesir, memajukan keputusan untuk menyerang Italia secara langsung.[282][275] Antonius dan Kleopatra menghimpun markas besar musim dingin mereka di Patrai, Yunani dan pada musim semi 31 SM, mereka pindah ke Actium di sepanjang selatan Teluk Ambrakia.[282][281]

Kleopatra dan Antonius meraih dukungan dari berbagai raja sekutu, namun konflik antara Kleopatra dan Herodes yang sebelumnya timbul dan gempa bumi di Yudea membuatnya absen dari kampanye tersebut.[283] Mereka juga kehilangan dukungan dari Malikus I dari Nabataea, yang akan menyediakan konsekuensi-konsekuensi strategis.[284] Antonius dan Kleopatra kalah dalam beberapa pertempuran kecil melawan Oktavianus di sekitaran Actium pada musim panas 31 SM, sementara pembangkangan ke kamp Oktavianus berlanjut, termasuk pengikut jangka panjang Antonius, Quintus Dellius.[284] Raja-raja sekutu juga mulai berbalik ke pihak Oktavianus, dimulai dengan Amintas dari Galatia dan Deiotaros dari Paflagonia.[284] Meskipun beberapa orang dalam kamp Antonius dianggap meninggalkan konflik angkatan laut untuk beretret ke tanah dalam, Kleopatra mendorong konfrontasi angkatan laut, untuk menjauhi armada Oktavianus dari Mesir.[285]

Pada 2 September 31 SM, pasukan angkatan laut Oktavianus, pimpinan Marcus Vipsanius Agrippa, bertemu pasukan Antonius dan Kleopatra di Pertempuran Actium.[285][281][277] Di atas kapal bendera Antonias, Kleopatra mengkomandani 60 kapal di muara Teluk Ambrakia, di belakang armada, di apa yang nampaknya merupakan sebuah pergerakan dari para perwira Antonius untuk memarginalisasinya pada pertempuran tersebut.[285] Antonius memerintahkan agar kapal-kapal mereka harus berlayar untuk keputusan baik untuk maju atau kabur dari musuh, dengan Kleopatra, yang lebih menyoroti soal pertahanan Mesir, memutuskan untuk mengubah pergerakan melalui kawasan penyerangan utama dalam penarikan strategis ke Peloponnese.[286][287][288] Antonius mengikutnya dan menaiki kapalnya, diidentifikasikan dengan segel-segel ungu khasnya, saat keduanya kabur dari pertempuran dan menuju ke Tainaron.[286] Antonius dikabarkan menghindari Kleopatra pada perjalanan selama tiga hari tersebut, sampai para pelayannya di Tainaron membujuknya untuk berbicara dengannya.[289] Pertempuran Actium berlangsung tanpa Kleopatra dan Antonius sampai pagi 3 September, disusul oleh pembangkangan masif dari para perwira, pasukan dan raja sekutu ke pihak Oktavianus.[289][287][290]

Kejatuhan dan kematian

 
Lukisan Romawi dari Balai Giuseppe II, Pompeii, awal abad ke-1 M, nampaknya menggambarkan Kleopatra VII, mengenakan diadem kerajaannya, menegak racun dalam tindakan bunuh diri, sementara putranya Caesarion, yang juga memakai diadem kerajaan, berdiri di belakangnya[291]

Saat Oktavianus menduduki Athena, Antonius dan Kleopatra mendarat di Paraitonion, Mesir.[289][292] Keduanya kemudian berjalan terpisah, Antonius ke Kirene untuk menghimpun lebih banyak pasukan dan Kleopatra berlayar ke pelabuhan Aleksandria dalam upaya membuat pernyataan palsu bahwa kegiatan di Yunani adalah sebuah kemenangan.[289] Tak jelas juga apakah pada masa itu ia sebenarnya mengeksekusi Artavasdes II dari Armenia dan mengirim kepalanya ke Artavasdes I, raja Media Atropatene, pesaingnya, dalam upaya menghimpun aliansi dengannya.[293][294]

Lucius Pinarius, gubernur Kirene yang dilantik oleh Markus Antonius, meraih pernyataan bahwa Oktavianus memenangkan Pertempuran Actium sebelum para pembawa pesan Antonius datang ke kediamannya.[293] Pinarius mengeksekusi para pembawa pesan tersebut dan berbalik ke pihak Oktavianus, menyerahkannya empat legiun di bawah komandonya yang diinginkan Antonius.[293] Antonius nyaris melakukan bunuh diri setelah mendengar kabar ini namun dihentikan oleh para perwira stafnya.[293] Di Aleksandria, ia membangun sebuah pondok tertutup di pulau Faros yang ia juluki Timoneion, yang mengambil nama dari filsuf Timon dari Athena, yang dikenal karena sinikisme dan misantropinya.[293] Herodes Agung, yang secara pribadi menasehati Antonius setelah Pertempuran Actium bahwa ia harus mengkhianati Kleopatra, datang ke Rhodes untuk bertemu Oktavianus dan mundur dari jabatan rajanya.[295] Oktavianus tertekan oleh pidato dan esensi loyalitasnya, sehingga ia membolehkannya untuk memegang jabatannya di Yudea, yang makin mengisolasi Antonius dan Kleopatra.[295]

Kleopatra mungkin mulai memandang Antonius sebagai hambatan pada akhir musim panas 31 SM, saat ia bersiap untuk meninggalkan Mesir untuk mendatangi putranya Caesarion.[296] Kleopatra berencana mencairkan ulang tahtanya kepadanya, membawa armadanya dari Laut Tengah ke Laut Merah dan kemudian berlayar ke sebuah pelabuhan asing, mungkin India dimana ia menjalani waktu memulihkan diri.[296][294] Namun, rencana tersebut ditinggalkan bulat-bulat saat Malikus I dari Nabataea memutuskan untuk membakar armada Kleopatra atas nasehat dari gubernur Siria Oktavianus Quintus Didius dalam membalas kekalahannya dalam sebuah perang dengan Herodes dimana Kleopatra banyak terlibat.[296][294] Kleopatra tak memiliki pilihan lain selain bertahan di Mesir dan bernegosiasi dengan Oktavianus.[296] Meskipun nampaknya merupakan propaganda pro-Oktavianus, Kleopatra dikabarkan pada waktu itu mulai menguji kekuatan beberapa racun pada para tahanan dan bahkan para pelayannya sendiri.[297]

 
Kematian Kleopatra karya Guido Cagnacci, 1658

Kleopatra mendorong Caesarion memasuki pangkat efebi yang, sejalan dengan relief pada sebuah prasasti dari Koptos tertanggal 21 September 31 SM, mendemonstrasikan bahwa Kleopatra sekarang mempersiapkan putranya untuk menjadi penguasa tunggal Mesir.[298] Dalam sebuah acara solidaritas, Antonius juga memasukkan Marcus Antonius Antyllus, putranya dari Fulvia, ke dalam pangkat efebi pada saat yang bersamaan.[296] Pesan-pesan dan para duta terpisah dari Antonius dan Kleopatra kemudian dikirim ke Oktavianus, yang masih singgah di Rhodes, meskipun Oktavianus hanya memberikan jawaban kepada Kleopatra.[297] Kleopatra meminta agar anaknya harus mewarisi Mesir ban bahwa Antoinus harus dibolehkan untuk tinggal dalam pengasingan di Mesir, menawarkan uang Oktavianus di masa depan dan mengirimkannya langsung hadiah mewah.[297][294] Oktavianus mengirim diplomatnya Tisos kepada Kleopatra setelah ia mengancam membakar dirinya sendiri dan sejumlah hartanya ke dalam sebuah makam yang sedang dibuat.[299] Tirsos membujuknya untuk membunuh Antonius sehingga hidupnya akan terjaga, namun saat Antonius saat Antonius menduga adanya niat terselubung, ia memecat diplomat tersebut dan mengirimnya kembali ke Oktavianus tanpa syarat.[300]

 
Kematian Kleopatra, karya Jean-Baptiste Regnault, 1796–1797

Setelah negosiasi panjang yang benar-benar tak membuahkan hasil, Oktavianus memutuskan untuk menginvasi Mesir pada musim semi 30 SM,[301] berhenti di Ptolemais in Phoenicia dimana sekutu barunya Herodes menyediakan tentaranya dengan suplai-suplai segar.[302] Oktavianus bergerak ke selatan dan beralih ke Pelousion, sementara Cornelius Gallus, berpawai dari Kirene ke kawasan timur, mengalahkan pasukan Antonius di dekat Paraitonion.[303][304] Oktavianus bergrak cepat ke Aleksandria, namun Antonius kembali dan memenangkan sebuah kemenangan kecil atas pasukannya di luar hipodrom dari kota tersebut.[303][304] Namun, pada 1 Agustus 30 SM, armada angkatan laut Antonius menyerah kepada Oktavianus, disusul oleh kavalerinya.[303][287][305] Kleopatra bersembunyi di makamnya dengan para rekan dekatnya, mengirim pesan kepada Antonius bahwa ia melakukan bunuh diri.[303][306][307] Akibatnya, Antonius menanggapinya dengan menikam lambungnya sendiri dan mencabut nyawanya sendiri pada usia 53 tahun.[303][287][294] Menurut Plutarch, ia masih sekarat saat dibawa ke makam Kleopatra, menyatakan bahwa ia mati secara terhormat dan bahwa ia dapat mempercayai pengikut Oktavianus Gaius Proculeius atas hal lainnya dalam perjalanannya.[303][308][309] Namun, Proculeius, yang menyusup ke makamnya memakai tangga dan menahan ratu tersebut, menyangkal bahwa ia membakar dirinya sendiri bersama dengan harta bendanya.[310][311] Kleopatra kemudian diijinkan untuk membalsem dan mengubur Antonius di makamnya sebelum ia lari ke istana.[310][294]

 
Kematian Kleopatra karya Reginald Arthur, 1892

Oktavianus memasuki Aleksandria, menduduki istana, dan merebut tiga anak bungsu Kleopatra.[310][312] Saat ia bertemu dengan Oktavianus, ia berkata kepadanya bahwa "Aku tak akan ingin ikut dalam sebuah kemenangan" (bahasa Yunani Kuno: οὑ θριαμβεύσομαι, translit. ou thriambéusomai) yang menurut Livy, merupakan sebuah catatan langka dari kata-katanya yang masih ada.[313][314] Oktavianus menjanjikan bahwa ia akan membiarkannya hidup namun tak menawarkan penjelasan tentang rencana-rencana masa depannya untuk kerajaannya.[315] Saat seorang mata-mata memberitahukannya bahwa Oktavianus berencana untuk memindahkannya dan anak-anaknya ke Roma dalam tiga hari, ia mempersiapkan bunuh diri, karena ia tak memiliki niat untuk berpawai dalam sebuah kemenangan Romawi seperti saudarinya Arsinoe IV.[315][287][294] Tidak diketahui apakah Kleopatra bunuh diri pada Agustus 30 SM, pada usia 39 tahun, terjadi di istana atau makamnya.[316][317][note 2] Ia dikatakan ditemani oleh para pelayannya Eiras dan Charmion, yang juga mencabut nyawa mereka sendiri.[315][318] Oktavianus berkata murka atas peristiwa tersebut namun ia menguburkannya dalam adat istiadat kerajaan bersebelahan dengan Antonius di makamnya.[315][319][320]

Dokter Kleopatra, Olympos, tak menyebutkan sebab kematiannya, meskipun kepercayaan populer menyatakan bahwa ia membolehkan seekor ular, atau kobra Mesir, untuk menggigit dan meracuninya.[321][322][294] Plutarch mengambil kisah ini, namun kemudian menyatakan bahwa sebuah implemen (knestis) dipakai untuk memasukkan racun dengan cara digores, sementara Cassius Dio berkata bahwa ia memasukan racun dengan sebuah jarum (belone) dan Strabo menyebut sebuah salep dari beberapa jenis.[323][322][324][note 45] Tidak ada bisa ular yang ditemukan dalam tubuhnya, namun ia memiliki luka tusuk kecil di lengannya yang dapat disebabkan oleh sebuah jarum.[321][324][320]

Kleopatra menjalani saat-saat terakhirnya untuk mengirimkan Caesarion ke Mesir Hulu, mungkin dalam rencana untuk kabur ke Nubia, Ethiopia atau India.[325][326][304] Caesarion, sekarang Ptolemi XV, pulang ke Aleksandira dengan pernyataan palsu bahwa Oktavianus akan membolehkannya menjadi raja, yang kemudian memerintah selama delapan belas hari sampai dieksekusi atas perintah Oktavianus pada 29 Agustus 30 SM.[327][328][329][note 46]

Oktavianus dibujuk atas nasehat filsuf Arius Didymus bahwa terdapat ruang bagi satu-satunya seorang Kaisar di dunia.[330][note 47] Dengan kejatuhan Kerajaan Ptolemaik, Mesir dijadikan provinsi Romawi,[331][287][332][note 48] menandai akhir zaman Hellenistik.[333][334][note 5] pada Januari 27 SM, Oktavianus berganti nama menjadi Augustus ('yang dimuliakan') dan mendorong kekuatan-kekuatan konstitusional agar mengangkatnya menjadi kaisar Romawi pertama, membuka era Principatus dari Kekaisaran Romawi.[335]

Kerajaan Kleopatra dan peran sebagai penguasa

 
Kleopatra VII. 51–30 SM, 40 drachm, dicetak di Aleksandria; bagian depan: gambar Kleopatra VII mengenakan diadem; bagian belakang: sebuah kutipan dengan tulisan "ΒΑΣΙΛΙΣΣΗΣ ΚΛΕΟΠΑΤΡΑΣ", dengan seekor elang berdiri di sebuah atas petir

Mengikuti tradisi para penguasa Makedonia, Kleopatra memerintah Mesir dan kawasan lain seperti Siprus sebagai penguasa monarki absolut, menjabat sebagai pembuat hukum tunggal atas kerajaannya.[336] Ia adalah pemimpin otoritas agama di kerajaannya, memimpin upacara-upacara agama yang ditujukan kepada para dewan kepercayaan politeistik Mesir dan Yunani.[337] Ia mengadakan pembangunan berbagai kuil untuk dewa-dewi Mesir dan Yunani,[338] sebuah sinagoga untuk orang Yahudi di Mesir, dan bahkan membangun Caesareum Aleksandria ditujukan untuk upacara pemujaan patron dan kekasihnya Julius Caesar.[339][340] Kleopatra terlibat langsung dalam kepentingan administraitf dari domainnya,[341] menangani krisis seperti bencana kelaparan dengan memerintahkan lumbung-lumbung kerajaan untuk mendistribusikan pangan ke masyarakat yang kelaparan dalam suatu masa kekeringan pada permulaan pemerintahannya.[342] Meskipun ekonomi komando yang ia urus lebih ke arah gagasan ketimbang realitas,[343] pemerintah berniat untuk menghimpun kontrol harga, tarif, dan monopoli negara untuk barang tertentu, penentuan nilai tukar untuk mata uang asing, dan memberlakukan hukum yang mewajibkan para petani desa untuk bertahan di desa-desa mereka pada musim-musim tanam dan panen.[344][345][346] Gejolak keuangan membuat Kleopatra melakukan debasement kepada koinnya, yang meliputi mata uang perak dan perunggu namun tidak dengan koin emas seperti hal yang yang dilakukan oleh para pendahulu Ptolemaik jauhnya.[347]

Warisan

Anak dan penerus

 
Ilustrasi koin penguasa Numidia Juba II, raja Mauretania, di bagian depan, dengan Cleopatra Selene II di bagian belakang.

Setelah ia bunuh diri, tiga anak Kleopatra yang masih hidup, Cleopatra Selene II, Alexander Helios, dan Ptolemy Philadelphos dikirim ke Roma dengan saudari Oktavianus, Oktavia, mantan istri ayah mereka, sebagai penjaga mereka.[348][349] Cleopatra Selene II dan Alexander Helios hadir di kemenangan Romawi dari Oktavianus pada 29 SM.[348][231] Nasib Alexander Helios dan Ptolemy Philadelphus tak diketahui setelah itu.[348][231] Oktavia mengadakan pertunangan terhadap saudari mereka Cleopatra Selene II kepada Juba II, putri Juba I dari kerajaan Numidia di Afrika Utara yang dijadikan provinsi Romawi pada 46 SM oleh Julius Caesar karena Juba I mendukung Pompey.[350][349][312] Kaisar Augustus mengangkat Juba II dan Cleopatra Selene II, setelah perkawinan mereka pada 25 SM, sebagai para penguasa baru Mauretania, dimana mereka mengubah kota Carthage lama Iol menjadi ibukota baru mereka, berganti nama menjadi Caesarea Mauretaniae (sekarang Cherchell, Aljazair).[350][231] Cleopatra Selene II mengimpor beberapa cendekiawan, seniman, dan penasehat penting dari istana kerajaan ibunya di Aleksandria untuk melayaninya di Caesarea, yang sekarang diwarnai dengan budaya Yunani Hellenistik.[351] Ia juga mengangkat putranya Ptolemi dari Mauretania, dalam menghormati warisan dinasti Ptolemaik mereka.[352][353]

Cleopatra Selene II meninggal sekitar tahun 5 SM dan saat Juba II meninggal pada 23/24 M, ia digantikan oleh putranya Ptolemi.[352][354] Namun, Ptolemi kemudian dieksekusi oleh kaisar Romawi Kaligula pada 40 M, mungkin di bawah anggapan bahwa Ptolemi mencetak koin kerajaannya sendiri tanpa ijin dan memakai regalia yang dikhususkan untuk kaisar Romawi.[355][356] Ptolemi dari Mauretania adalah penguasa terakhir yang diketahui dari dinasti Ptolemaik, meskipun Ratu Zenobia dari Kekaisaran Palmirene yang berusia pendek pada Krisis Abad Ketiga diklaim merupakan keturunan dari Kleopatra.[357][358] Sebuah penyembahan yang didedikasikan kepada Kleopatra masih ada pada akhir 373 M saat Petesenufe, sebuah naskah Mesir dari buku Isis, menyatakan bahwa ia "melapisi figur Kleopatra dengan emas."[359]

Sastra dan historiografi Romawi

 
Kleopatra Menguji Racun kepada Para Tahanan Bersalah karya Alexandre Cabanel (1887)[360]

Meskipun hampir lima puluh karya kuno dari historiografi Romawi menyebut Kleopatra, sumber-sumber tersebut seringkali hanya meliputi catatan dari Pertempuran Actium, bunuh dirinya, dan propaganda Augustan tentang penjelasan pribadinya.[361] Meskipun bukanlah biografi Kleopatra, Kehidupan Antonius yang ditulis oleh Plutarch pada abad ke-1 M menyediakan catatan kehidupan Kleopatra paling banyak yang masih ada.[362][363][364] Plutarch hidup seabad setelah Kleopatra namun meraih sumber-sumber primer seperti Filotas dari Amfisa, yang memiliki akses ke istana kerajaan Ptolemaik, dokter pribadi Kleopatra bernama Olympos, dan Quintus Dellius, orang kepercayaan dekat Antonius dan Kleopatra.[365] Karya Plutarch meliputi pandangan Augustan terhadap Kleopatra—yang menjadi kanon sejarah pada masanya—serta sumber-sumber di luar tradisi ini, seperti laporan-laporan saksi mata.[362][364] Sejarawan Yahudi Romawi Yosefus, yang menulis pada abad ke-1 M, menyediakan informasi berharga tentang kehidupan Kleopatra melalui hubungannya dengan Herodes Agung.[366][367] Namun, karya tersebut banyak mengambil dari memoir-memoir Herodes dan catatan bias dari Nikolaus dari Damaskus, pengajar anak-anak Kleopatra di Aleksandria sebelum ia pindah ke Yudea untuk menjabat sebagai penasehat dan pembuat kronik di pemerintahan Herodes.[366][367] Sejarah Romawi yang diterbitkan oleh pejabat dan sejarawan Cassius Dio pada awal abad ke-3 M, meskipun gagal mengkomprehensifkan kompleksitas dunia Hellenistik akhir, juga menyediakan sejarah berkelanjutan dari era pemerintahan Kleopatra.[366]

 
(Restruktur) Patung Romawi Kleopatra VII mengenakan diadem dan gaya rambut 'melon' mirip dengan potret-potret koin, marmer, yang ditemukan di dekat Tomba di Nerone, Roma di sepanjang Via Cassia, Museo Pio-Clementino[1][368][369]

Kleopatra disebutkan sekilas dalam De Bello Alexandrino, memoir-memoir dari para pejabat staf tak dikenal yang menjabat di bawah kepemimpinan Julius Caesar.[370][371][372][note 49] Penulisan Cicero, yang mengenalkan secara pribadi, menyediakan potret tak datar terhadap Kleopatra.[370] Para pengarang zaman Augustan Vergil, Horace, Propertius, dan Ovid yang memberikan pandangan negatif terhadap Kleoptra disukai oleh rezim pemerintah Romawi,[370][373] meskipun Vergil memberikan gagasan Kleopatra sebagai figur melodrama epik dan romansa.[374] Horace juga memandang bunuh diri Kleopatra sebagai pilihan positif,[375][373] sebuah gagasan yang diterima pada Abad Pertengahan Akhir oleh Geoffrey Chaucer.[376][377]

Para sejarawan Strabo, Velleius, Valerius Maximus, Pliny si Tua, dan Appian, meskipun tak memberikan catatan selengkap Plutarch, Yosefus, atai Cassius Dio, menyediakan beberapa penjelasan tentang kehidupannya yang tak tercantum dalam catatan sejarah lainnya.[370][note 50] Inskripsi-inskripsi pada koin Ptolemaik kontemporer dan beberapa dokumen papirus Mesir mendemonstrasikan sudut pandang Kleopatra, namun material ini sangat terbatas dibandingkan dengan karya-karya sastra Romawi.[370][378][note 51] Fragmen Libyka yang dibuat oleh menantu Kleopatra Juba II memberikan sebuah penjelasan di sebuah bagian material historiografi yang mendukung sudut pandang Kleopatra.[370]

Jenis kelamin Kleopatra mungkin membuat penggambarannya sedikit jika bukanlah figur tak signifikan pada historiografi kuno, abad pertengahan dan bahkan modern tentang Mesir kuno dan dunia Yunani-Romawi.[379] Contohnya, sejarawan Ronald Syme (1903–1989) menyatakan bahwa ia memiliki pengaruh kecil pada Julius Caesar dan bahwa propaganda Oktavianus meluarbiasakan pengaruhnya pada tingkat tertentu.[379] Meskipun pandangan umum Kleopatra adalah salah satu unsur berharga, ia hanya memiliki dua pasangan seksual, Julius Caesar dan Markus Antonius, keduanya adalah orang Romawi paling berpengaruh pada masanya yang nampaknya membulatkan keberadaan dinastinya.[380][381] Plutarch menyebut Cleopatra memiliki kepribadian yang lebih kuat dan kecerdasan yang memukau disamping kecantikan fisiknya.[382][17][383][note 52]

Penggambaran budaya

Penggambaran dalam seni rupa kuno

Patung
   
Gambar kiri: Patung Mesir Arsinoe II atau Kleopatra VII sebagai dewi Mesir dalam basalt hitam, paruh kedua abad ke-1 SM;[384] Museum Hermitage, Saint Petersburg
Gambar kanan: Esquiline Venus, sebuah patung Romawi atau Hellenistik-Mesir dari Venus (Afrodit), yang merupakan penggambaran dari Kleopatra VII,[385] Museum Capitoline, Roma

Kleopatra digambarkan dalam berbagai karya seni rupa kuno, dalam gaya Mesir serta Hellenistik-Yunani dan Romawi.[2] Karya-karya yang masih ada meliputi patung, patung dada, relief dan koin cetak,[2][360] serta kameo-kameo ukiran kuno,[386] seperti sebuah penggambaran Kleopatra dan Markus Antonius dalam gaya Hellenistik, sekarang di Museum Altes, Berlin.[1]

Gambar-gambar kontemporer Kleopatra dibuat di dalam dan luar Mesir Ptolemaik. Contohnya, sebuah patung perunggu sepuhan besar Kleopatra yang sempat ada di dalam Kuil Venus Genetrix, Roma, pertama kalinya orang hidup memiliki patungnya ditempatkaan bersebelahan dengan patung dewa di kuil Romawi.[3][180][387] Karya tersebut ditempatkan disana oleh Julius Caesar dan berdiri di kuil tersebut sampai setidaknya abad ke-3 M, peletakkannya mungkin berada di bawah naungan Caesar, meskipun Augustus tak melenyapkan atau menghancurkan karya-karya seni di Aleksandria yang menggambarkan Kleopatra.[388][389] Terkait karya Romawi yang masih ada, sebuah patung gaya Romawi ukuran manusia dari Kleopatra ditemukan di dekat Tomba di Nerone, Roma di sepanjang Via Cassia dan sekarang disimpan di Museo Pio-Clementino, Museum Vatikan.[1][368][369] Plutarch, dalam karya Kehidupan Antonius, mengklaim bahwa patung-patung publik Markus Antonius dirubuhkan oleh Augustus, namun patung-patung Kleopatra dipersembahkan setelah kematiannya kepada temannya Arkibius dengan bayaran 2,000 talenta untuk menghindarkannya dari penghancurannya.[390][359][319]

Sejak 1950an, para cendekiawan berdebat tentang apakah Esquiline Venus—yang ditemukan pada 1874 di Bukit Esquiline, Roma dan disimpan di Palazzo dei Conservatori dari Museum Capitoline—adalah gambar Kleopatra atau bukan, berdasarkan pada penampilan wajah dan gaya rambut patung tersebut, diadem kerajaan yang nampak dikenakan di atas kepala, dan kobra Mesir uraeus yang melingkupi pangkalnya.[385][391] Para penentang teori tersebut berpendapat bahwa tampilan wajah pada patung dada Berlin dan koin Kleopatra berbeda dan menganggap bahwa ia tak mungkin akan digambarkan sebagai dewi telanjang Venus (seperti halnya Afrodit dari Yunani).[385][391] Namun, ia digambarkan dalam sebuah patung Mesir sebagai dewi Isis.[392] Esquiline Venus umumnya dianggap merupakan salinan Romawi pertengahan abad ke-1 M dari sebuah karya asli Yunani abad ke-1 SM dari aliran Pasiteles.[391]

Potret koin
 
Kleopatra dan Markus Antonius masing-masing di bagian depan dan bagian belakang dari sebuah tetradrachm perak yang dibuat di pencetakan Antiokhia pada 36 SM

Koin yang masih ada dari masa pemerintahan Kleopatra meliputi spesimen-spesimen dari setiap tahun regnal, dari 51 sampai 30 SM.[393] Kleopatra, satu-satunya ratu Ptolemaik yang mengeluarkan koin atas perantaraannya sendiri, hampir secara khusus menginspirasi pasangannya Caesar untuk menjadi orang Romawi hidup pertama yang menampilkan potretnya di koin-koinnya sendiri.[394][note 53] Kleopatra juga merupakan ratu asing pertama yang gambarnya muncul dalam mata uang Romawi.[395] Koin-koin yang berasal dari masa perkawinannya dengan Markus Antonius, yang juga menampilkan gambar pasangannya, menampilkan ratu tersebut memiliki hidung mancung dan dagu menonjol seperti suaminya.[3][396] Tampilan wajah serupa mengikuti konvensi artistik yang mewakili harmoni pasangan kerajaan yang nampak saling menguntungkan.[3][2] Tampilan wajah kuat dan nyaris maskulinnya dalam sebagian koin tersebut sangat berbeda dari gambar-gambar ukiran yang lebih lembut, halus, dan mungkin teridealisasi darinya dalam gaya-gaya Mesir atau Hellenistik.[2][397][398] Wajah maskulinnya yang tampil pada mata uang yang dicetak mirip dengan ayahnya Ptolemi XII Auletes,[399][111] dan mungkin juga leluhur Ptolemaik-nya Arsinoe II (316 – 260 SM)[2][400] dan bahkan penggambaran dari ratu-ratu sebelumnya seperti Hatshepsut dan Nefertiti.[398]

Karena alasan politik, penampilan Antonius nampaknya dibuat tak hanya selaras dengannya namun juga para leluhur Yunani Makedonia-nya yang mendirikan dinasti Ptolemaik, untuk memfamiliarisasikan dirinya sendiri pada subyek-subyeknya sebagai anggota sah dari wangsa kerajaan.[2] Kutipan-kutipan pada koin-koin tersebut ditulis dalam bahasa Yunani Kuno, selain juga dalam kasus nominatif dari koin-koin Romawi ketimbang kasus genitif dari koin-koin Yunani Kuno, selian memiliki tulisan-tulisan yang dibuat melingkar di sepanjang tepian koin alih-alih dibuat horizontal atau vertikal seperti kebiasaan Yunani.[2] Faset dari koin-koin tersebut mewakili sintesis budaya Hellenistik dan Romawi, dan mungkin juga pernyataan kepada subyek-subyek mereka, namun ambigu bagi para cendekiawan modern, tentang superioritas Antonius atau Kleopatra ketimbang lainnya.[2] Diana E. E. Kleiner berpendapat bahwa Kleopatra, dalam salah satu koinnya yang dicetak dengan gambar ganda dari suaminya Antonius, menjadikan dirinya sendiri lebih nampak maskulin ketimbang potret lainnya dan lebih seperti ratu klien Romawi ketimbang penguasa Hellenistik.[397] Kleopatra sebenarnya meraih panmpilan maskulin dalam koin sebelum ia menjalin hubungan dengan Antonius, seperti koin-koin yang ditemukan di pertambangan Ashkelon pada masa singkatnya di pengasingan Siria dan Syam, yang Joann Fletcher sebut sebagai upayanya untuk tampil seperti ayahnya dan sebagai penerus sah untuk penguasa Ptolemaik laki-laki.[111][401]

Berbagai koins, seperti sebuah tetradrachm perak yang dicetak pada suatu waktu setelah perkawinan Kleopatra dengan Antonius pada 37 SM, menggambarkannya mengenakan diadem kerajaan dan gaya rambut 'melon'.[3][401] Kombinasi gaya rambut dengan diadem tersebut juga tampil dalam dua patung dada marmer ukiran yang masih ada.[402][360][403][note 54] Gaya rambut dengan rambut belakang diikat ke bagian atas, dalam cara yang sama dengan yang dilakukan oleh para leluhur Ptolemaik-nya Arsinoe II dan Berenice II (266 – 221 SM) dalam koin mereka sendiri.[3][404] Setelah ia mengunjungi Roma pada 46–44 SM, ini menjadi gaya khas untuk wanita Romawi untuk mengadopsi gaya rambut khas ini, namun ditinggalkan karena penampilan yang dianggap terlalu sederhana pada masa pemerintahan konservatif Augustus.[3][402][403]

Patung dada Yunani-Romawi
   
Sebuah patung dada Romawi kuno, ca 50–30 SM, menggambarkan seorang wanita dari Mesir Ptolemaik, Ratu Kleopatra VII atau seorang anggota kunjungannya saat berkunjung ke Roma pada 46–44 SM dengan pasangannya Julius Caesar; British Museum, London[402]

Dari patung-patung dada Kleopatra bergaya Yunani-Romawi yang masih ada, pahatan yang dikenal sebagai 'Berlin Cleopatra', yang terletak di koleksi Antikensammlung Berlin, Museum Altes, memiliki hidung yang utuh, sementara patung dada yang dikenal sebagai 'Vatican Cleopatra', yang terletak Museum Vatikan, dalam keadaan rusak dengan hidung yang hilang.[405][406][407][note 55] Berlin Cleopatra dan Vatican Cleopatra memiliki diadem kerajaan, tampilan wajah serupa, dan mungkin mengingatkan kembali pada wajah patung perunggunya di Kuil Venus Genetrix.[406][408][407][note 56]

Kedua patung dada tersebut tertanggal pertengahan abad ke SM dan ditemukan di vila-vila Romawi di sepanjang Via Appia, Italia, Vatican Cleopatra diangkat di Vila Quintilii.[3][405][407][note 57] Francisco Pina Polo menyatakan bahwa koin Kleopatra mencantumkan gambarnya secara khusus dan menganggap bahwa potret pahatan patung dada Berlin dikonfirmasi sebagai profil yang sama dengan rambutnya yang diikat ke atas, sebuah diadem, dan hidung mancung.[409] Potret pahatan ketiga Kleopatra yang diterima oleh para cendekiawan sebagai karya otentik disimpan di Muserum Arkeologi Cherchel, Aljazair.[389][402][410] Potret tersebut menampilkan diadem kerajaan dan tampilan wajah serupa seperti patung-patung dada Berlin dan Vatikan, namun memiliki gaya rambut yang lebih unik dan mungkin menggambarkan Cleopatra Selene II, putri Kleopatra VII.[410] Patung dada Kleopatra Romawi marmer Paria lainnya, yang mengenakkan hiasan rambut bergaya Mesir, berada di Museum Capitoline.[411]

Patung dada lain yang diyakini menggambarkan Kleopatra namun dipersengketakan meliputi sebuah karya di British Museum, London, yang terbuat dari batu gamping, yang mungkin hanya menggambarkan seorang wanita yang sedang berkunjung ke Roma.[1][402] Wanita pada patung dada ini memiliki tampilan wajah mirip dengan potret-potret lainnya (termasuk hidung mancung), namun tanpa diadem kerajaan dan bergaya rambut berbeda.[1][402] Namun, patung dada British Museum memiliki kemungkinan mewakili Kleopatra pada tahap berbeda dalam kehidupannya dan juga menampilkan upaya dari Kleopatra untuk menghindari pemakaian hiasan kerajaan (seperti diadem) untuk membuat dirinya sendiri lebih nampak menjadi warga negara Republik Romawi.[402] Duane W. Roller berpendapat bahwa patung dada British Museum, bersama dengan karya-karya di Museum Mesir, Kairo; Museum Capitoline, Roma, dan koleksi pribadi Maurice Nahmen (1868–1948), meskipun memiliki tampilan wajah dan gaya rambut serupa seperti halnya patung dada Berlin namun tanpa diadem kerajaa, kebanyakan nampak menwakili anggota kalangan kerajaan atau bahkan wanita Romawi yang meniru gaya rambut populer Kleopatra.[412]

Lukisan
 
Lukisan gaya kedua Romawi dari Rumah Marcus Fabius Rufus di Pompeii, Italia, menggambarkan Kleopatra VII sebagai Venus Genetrix dan putranya Caesarion sebagai cupid, pertengahan abad ke-1 SM[391][414]

Dari Rumah Marcus Fabius Rufus di Pompeii, Italia, sebuah lukisan dinding Gaya Kedua pertengahan abad ke-1 SM dari dewi Venus menggendong cupid dekat pintu kuil masif diyakini merupakan penggambaran Kleopatra VII sebagai Venus Genetrix dengan putranya Caesarion.[391][414] Pembuatan lukisan tersebut nampaknya dilakukan dalam memperingati pendirian Kuil Venus Genetrix di Forum Caesar pada September 46 SM, dimana Julius Caesar mendirikan sebuah patung sepuhan yang menggambarkan Kleopatra.[391][414] Patung tersebut nampaknya membentuk dasar penggambarannya dalam seni rupa pahatan serta lukisan di Pompeii.[391][415] Wanita dalam lukisan tersebut mengenakkan sebuah diadem kerajaan di atas kepalanya dan sangat mirip dengan penampilan patung dada Vatican Cleopatra, yang mungkin menyematkan markah-markah pada marmer dari pipi kirinya dimana lengan cupid mengarah ke bawah.[391][416][407][note 58]

Ruang dengan lukisan tersebut dirubuhkan oleh pemiliknya, mungkin dalam reaksi atas eksekusi Caesarion pada 30 SM atas perintah Oktavianus, saat penggembaran publik putra Kleopatra tak disenangi rezim Romawi baru.[391][417] Di balik diadem emasnya yang dimahkotai perhiasan merah adalah sebuah kerudung tipis berlekuk yang mensugestikan bahwa gaya rambut 'melon' disukai oleh ratu.[416][note 59] Kulit putih gadingnya, wajah bulatnya, hidungnya yang mancung dan panjang, dan matanya yang bundar dan besar adalah tampilan umum dalam penggambaran dewa-dewi Romawi dan Ptolemaik.[416] Roller menyatakan bahwa "sedikit keraguan nampak menyatakan bahwa ini adalah penggambaran Kleopatra dan Caesarion di sebelah pintu Kuil Venus di Forum Julium dan, sehingga, ini menjadi satu-satunya lukisan kontemporer yang masih ada dari ratu tersebut."[391]

   
Sebuah engravir baja yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan potret kematian Kleopatra VII yang sekarang hilang (kiri), sebuah lukisan enkaustik yang ditemukan di reruntuhan Romawi kuno dari Kuil Mesir Serapis di Vila Hadrianus (di Tivoli, Lazio) pada 1818;[418] ia disini nampak mengenakkan garmen berkancing dari Isis (sejalan dengan deskripsi Plutarkh dari busana jubah Isis-nya),[419] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik seperti Ptolemi V (gambar kanan dengan octodrachm emas yang dicetak pada 204–203 SM).[420]

Lukisan lain dari Pompeii, tertanggal awal abad ke-1 M dan berada di Rumah Giuseppe II, diyakini terdiri dari gambar Kleopatra VII dengan putranya Caesarion, keduanya mengenakkan diadem kerajaan sementara ia bersandar dan mengkonsumsi racun dalam tindakan bunuh diri.[291] Lukisan tersebut awalnya dianggap menggambarkan bangsawati Carthage Sophonisba, yang menjelang akhir Perang Punic Kedua (218–201 SM) meminum racun dan melakukan bunuh diri atas perantaraan pasangannya Masinissa, Raja Numidia.[291] Argumen-argumen yang menganggap karya tersebut menggambarkan Kleopatra meliputi hubungan kuat wangsanya dengan keluarga kerajaan Numidia, Masinissa dan Ptolemi VIII telah menjadi besan dan putri Kleopatra sendiri menikahi pangeran Kleopatra menikahi pangeran Numidia, Juba II.[291] Sophonisba juga merupakan figur paling menonjol saat lukisan tersebut dibuat, sementara bunuh diri Kleopatra jauh lebih terkenal.[291] Tidak ada ular dalam lukisan tersebut, namun beberapa orang Romawi memandang bahwa ia meraih racun dari hal lain selain gigitan ular.[421] Sebuah set pintu berganda di tembok belakang dari lukisan tersebut, yang berada di bagian yang paling atas, mensugestikan bagian yang dideskripsikan dari makam Kleopatra di Aleksandria.[291] Seorang pelayan laki-laki memegang mulut buaya Mesir buatan (mungkin sebuah pegangan talenan besar), sementara pria lain berdiri dan berbusana Romawi.[291]

Pada 1818, sebuah lukisan enkaustik yang sekarang hilang ditemukan di Kuil Serapis, Vila Hadrianus dekat Tivoli, Lazio, Italia yang menggambarkan Kleopatra melakukan bunuh diri dengan seekor ular menggigit dadanya dalam keadaan terbuka.[418] Pada 1822, sebuah analisis kimia menyatakan bahwa medium untuk lukisan tersebut terdiri dari sepertiga lilin dan dua per tiga resin.[418] Ketebalan lukisan pada bagian terbuka dan tertutup Kleopatra dikabarkan sama dengan lukisan-lukisan potret mumi Fayum.[422] Sebuah engravir baha yang diterbitkan oleh John Sartain pada 1885 menggambarkan lukisan tersebut sesuai dengan deskripsi dalam laporan arkeologi yang menunjukkan bahwa Kleopatra mengenakkan busana dan perhiasan Mesir otentik pada akhir zaman Hellenistik,[423] serta mahkota radian dari para penguasa Ptolemaik, seperti yang terlihat dalam potret-potret mereka pada berbagai koin yang dicetak pada masa pemerintahan mereka masing-masing.[420]

Setelah Kleopatra bunuh diri, Oktavianus memerintahkan pembuatan sebuah lukisan yang menggambarkan bahwa ia digigit oleh seekor ular, mengarak gambar tersebut pada prosesi kemenangannya di Roma.[422][325][301] Lukisan potret kematian Kleopatra tersebut dibawa ke Roma bersama dengan sejumlah karya seni dan harta benda yang dipakai oleh Kaisar Hadrianus untuk menghias vila pribadinya, dimana benda-benda tersebut ditemukan di sebuah kuil Mesir.[418][note 60]

Vas Portland
 
Penggambaran yang diyakini dari Markus Antonius yang terpikat oleh Kleopatra VII, bersama dengan seekor ular, sementara Anton melirik dan Eros terbang ke atas[424]

Vas Portland, sebuah kaca kameo Romawi tertanggal zaman Augustan dan berada di British Museum, meliputi sebuah penggambaran yang diyakini dari Kleopatra dengan Markus Antonius.[424][425] Dalam tafsiran ini, Kleopatra dapat terlihat menyergap Antonius dan menggambarkan Antonius berjalan menuju ke arahnya sementara seekor ular berada di antara kakinya, Eros melayang ke atas, dan Anton, diduga leluhur dari keluarga Antonian, melirik ke arah mereka karena keturunannya Antonius menuju ke ajalnya.[424] Sisi lain dari vas tersebut mungkin menampilkan adegan Aktavia Minor, yang ditinggalkan oleh suaminya Antonius namun disaksikan oleh saudaranya, kaisar Augustus.[424] Vas tersebut dibuat tak lebih dari 35 SM, saat Antonius mengirim istrinya Oktavia pulang ke Italia dan singgah dengan Kleopatra di Aleksandria.[424]

Seni rupa Mesir asli
 
Kleopatra VII dan putranya Caesarion di kuil Dendera

Patung Dada Kleopatra di Royal Ontario Museum mewakili sebuah patung dada Kleopatra dalam gaya Mesir.[426] Tertanggal pertengahan abad ke-1 SM, ini mungkin adalah penggambaran terawal Kleopatra sebagai dewi dan firaun berkuasa di Mesir.[426] Pahatan tersebut juga memiliki mata yang mirip dengan salinan Romawi dari karya-karya seni pahatan Ptolemaik.[427] Kompleks Kuil Dendera dekat Dendera, Mesir, berisi gambar-gambar relief ukiran gaya Mesir di sepanjang tembok luar Kuil Hathor menggambarkan Kleopatra dan putra mudanya Caesarion sebagai orang dewasa dan firaun berkuasa yang sedang membuat pemujaan kepada dewa-dewi.[428][429] Augustus mencantumkan namanya disini setelah kematian Kleopatra.[428][430] Sebuah patung basalt hitam Ptolemaik besar setinggi 41 inchi (1.04 m), yang sekarang berada di Museum Hermitage, Saint Petersburg, Rusia, dianggap mewakili Arsinoe II, istri Ptolemi II, namun analisis terkini mengindikasikan bahwa karya tersbeut menggambarkan keturunannya Kleopatra VII karena tiga uraei yang tersemat di hiasan kepalanya, sebuah peningkatan dari dua yang dipakai oleh Arsinoe II untuk melambangkan kekuasaannya atas Mesir Hulu dan Mesir Hilir.[390][386][384] Wanita dalam patung basalt tersebut juga memegang cornucopia (dikeras) ganda yang terbagi, yang dapat nampak pada koin Arsinoe II dan Kleopatra VII.[390][384]

Dalam Kleopatra und die Caesaren (2006) buatannya, Bernard Andreae [de] menyatakan bahwa patung basalt tersebut, seperti potret ratu Mesir teridealisasi lain, tak terdiri dari tampilan wajah realistis dan sehingga menambahkan sedikit pengetahuan pada penampilannya.[431] Adrian Goldsworthy menyatakan bahwa, disamping perwakilan dalam seni rupa Mesir asli, Kleopatra hanya berbusana sebagai orang asli yang "mungkin untuk ritus-ritus tertentu" dan sebagai gantinya biasanya akan berbusana seperti penguasa Mesir, yang akan meliputi hiasan kepala Yunani yang nampak pada patung-patung dada Yunani-Romawinya.[432]

Sambutan Abad Pertengahan dan Modern Awal

 
Makan Besar Kleopatra, karya Giovanni Battista Tiepolo, 1744, National Gallery of Victoria, Melbourne[433]

Pada zaman modern, Kleopatra menjadi ikon budaya masyarakat,[360] sebuah reputasi yang dibentuk oleh drama-drama teatrikal yang bermula dari Renaisans serta seni rupa, seperti lukisan dan film.[434] Material ini banyak melampaui cangkupan dan ukuran sastra historiografi yang ada tentangnya dari Zaman Klasik dan membuat dampak yang lebih besar pada pandangan publik umum terhadap Kleopatra ketimbang pada masa sebelumnya.[435] Penyair Inggris abad ke-14 Chaucer, dalam The Legend of Good Women, mengkontekstualisasikan Kleopatra untuk dunia Kristen dari Abad Pertengahan.[436] Penggambaran Kleopatra dan Antonius, kesatria menonjolnya yang ia cintai, telah ditafsirkan pada zaman modern sebagai satir misoginistik atau main-main.[436] Namun, Chaucer menyoroti hubungan Kleopatra hanya dengan dua pria karena kehidupan penggoda yang sulit dan menulis sebagian karyanya dalam reaksi terhadap penggambaran negatif Kleopatra dalam De Mulieribus Claris dan De Casibus Virorum Illustrium karya penyair Italia abad ke-14 Giovanni Boccaccio.[437][377] Humanis Renaisans Bernardino Cacciante [it], dalam karya tahun 1504 buatannya Libretto apologetico delle donne, merupakan orang Italia pertama yang membela reputasi Kleopatra dan mengkritik dorongan moralisasi dan misogini dalam karya-karya Boccaccio.[438] Karya-karya historiografi Islam Arab menyoroti masa pemerintahan Kleopatra, seperti Padang Emas karya Al-Masudi dari abad ke-10, meskipun karya tersebut mengklaim bahwa Oktavianus meninggal setelah Kleopatra bunuh diri.[439]

Dalam seni rupa, penggambaran ukiran Kleopatra sebagai figur telanjang yang berdiri bebas dan melakukan bunuh diri dimulai dengan pemahat abad ke-16 Bartolommeo Bandinelli dan Alessandro Vittoria.[440] Cetakan-cetakan awal yang menggambarkan Kleopatra meliputi karya-karya buatan seniman Renaisans Raphael dan Michelangelo, serta cukil-cukil kayu Quattrocento abad ke-15 dalam publikasi bergambar dari karya-karya Boccaccio.[441] Kleopatra juga tampil dalam miniatur-miniatur untuk manuskrip-manuskrip teriluminasi, seperti penggambarannya dan Markus Antonius berbaring di sebuah makam gaya Gothik karya Boucicaut Master pada 1409.[376] Dalam seni pertunjukan, kematian Elizabeth I dari Inggris pada publikasi Jerman dari surat-surat yang dinyatakan berasal dari Kleopatra pada tahun 1603 dan 1606 menginspirasi Samuel Daniel untuk memajukan dan menerbitkan ulang drama tahun 1594 buatannya Cleopatra pada 1607.[442] Ini disusul oleh Antonius dan Kleopatra karya pengarang drama William Shakespeare, yang mula-mula ditampilkan pada 1608 dan menyediakan pandangan cabul dari Kleopatra yang berseberangan dengan Virgin Queen yang ia buat di Inggris.[443] Kleopatra juga muncul dalam opera-opera, seperti Giulio Cesare in Egitto tahun 1724 buatan George Frideric Handel, yang mengisahkan hubungan percintaan Caesar dan Kleopatra.[444]

Penggambaran modern dan pencitraan merek

 
Kemenangan Kleopatra, karya William Etty, 1821, sekarang di Lady Lever Art Gallery, Port Sunlight

Pada zaman Viktorian Britania, Kleopatra sangat berasosiasi dengan beberapa aspek budaya Mesir kuno dan gambarnya dipakai untuk memasarkan berbagai produk rumah tangga, termasuk lampu minyak, litografi, kartu pos dan rokok.[445] Novel-novel fiksi seperti Cleopatra (1889) karya H. Rider Haggard dan One of Cleopatra's Nights (1838) karya Théophile Gautier menggambarkan ratu sebagai orang timur yang sensual dan mistis, sementara Cleopatra (1894) karya Egiptologis Georg Ebers lebih berdasarkan pada akurasi sejarah.[445][446] Pengarang drama Victorien Sardou asal Perancis dan George Bernard Shaw asal Belgia membuat drama-drama tentang Kleopatra, sementara acara-acara burlesque seperti Antony and Cleopatra karya F. C. Burnand menawarkan penggambaran satir dari ratu tersebut yang menghubungkannya dan lingkungan dimana ia tinggal dengan zaman modern.[447] Antony and Cleopatra karya Shakespeare dianggap bersifat kanonikal pada era Viktorian.[448] Ketenarannya berujung pada pandangan bahwa lukisan tahun 1885 karya Lawrence Alma-Tadema menggambarkan pertemuan Antonius dan Kleopatra di tempat kesenangannya di Tarsus, meskipun Alma-Tadema menyatakan dalam surat pribadi bahwa karya tersebut menggambarkan pertemuan lanjutan mereka di Aleksandria.[449] Dalam cerpen (belum rampung) tahun 1825 buatannya Malam-malam Mesir, Alexander Pushkin mempopulerisasikan klaim-klaim yang banyak dihiraukan dari sejarawan Romawi abad ke-4 Sextus Aurelius Victor bahwa Kleopatra melacurkan dirinya sendiri kepada pria yang dibayar untuk seks dengan nyawa mereka.[450][451] Kleopatra juga diapresiasi di luar dunia Barat dan Timur Tengah, seperti cendekiawan Tiongkok dinasti Qing Yan Fu (1854–1921) yang menulis sebuah biografi khusus tentangnya.[452]

Robbing Cleopatra's Tomb (bahasa Prancis: Cléopâtre) karya Georges Méliès, sebuah film horor bisu Perancis tahun 1899, adalah film pertama yang menggambarkan karakter Kleopatra.[453] Film-film Hollywood dari abad ke-20 dipengaruhi oleh media Viktorian pada masa sebelumnya, yang membantu pembentukan karakter Kleopatra yang diperankan oleh Theda Bara dalam film Cleopatra (1917), Claudette Colbert dalam film Cleopatra (1934), dan Elizabeth Taylor dalam film Cleopatra (1963).[454] Selain perannya sebagai ratu 'vampir', pemeranan Bara sebagai Kleopatra juga memasukkan unsur-unsur Orientalisme abad ke-19, seperti despotisme, perpaduan dengan seksualitas perempuan berlebihan dan berbahaya.[455] Karakter Kleopatra yang diperankan oleh Colbert dimajukan sebagai model glamour untuk penjualan produk-produk bertema Mesir di pusat-pusat perbelanjaan pada 1930an, yang dapat berhubungan dengan teknik pemfilman sutradara Cecil B. DeMille dan tujuan pada komoditas konsimen yang mentragetkan para penonton film perempuan.[456] Dalam persiapan untuk film yang dibintangi oleh Taylor sebagai Kleopatra, majalah-majalah wanita dari awal 1960an mengiklankan cara pemakaian tata rias, busana, perhiasan, dan gaya rambut untuk mendapatkan penampilan 'Mesir' yang mirip dengan ratu Kleopatra dan Nefertiti.[457] Pada akhir abad ke-20, tak hanya terdapat empat puluh tiga film terpisah yang berkaitan dengan Kleopatra, namun juga sekitar dua ratus drama dan novel, empat puluh lima opera, dan lima balet.[458]

Karya-karya tulis

Meskipun mitos-mitos tentang Kleopatra timbul di media populer, aspek-aspek penting dari karirnya banyak yang tak disebutkan, seperti komandonya atas angkatan laut, tindakan-tindakan administratif, dan publikasi-publikasi tentang pengobatan Yunani kuno.[361] Satu-satunya fragmen yang masih ada dari tulisan-tulisan medis dan kosmetik yang diatributkan kepada Kleopatra, seperti karya-karya yang dipersembahkan oleh Galen, termasuk pemulihan dari penyakit rambut, beruban dan ketombe, bersama dengan daftar massa dan ukuran untuk keperluan farmakologi.[459][20][460] Aëtius dari Amida mengatributkan sebuah resep untuk sabun parfum untuk Kleopatra, sementara Paulus dari Aegina memberikan instruksi-instruksi yang ditujukan kepadanya untuk mewarnai dan mengeritingkan rambut.[459] Namun, atribusi teks-teks tertentu terhadap Kleopatra diragukan oleh Ingrid D. Rowland, yang menyatakan bahwa "Berenice yang disebut Kleopatra" yang dikutip oleh dokter Romawi perempuan abad ke-3 atau ke-4 Metrodora nampaknya disangkat oleh para cendekiawan abad pertengahan sebagai Kleopatra VII.[461]

Leluhur

   
Kiri: patung dada Hellenistik Ptolemi I, sekarang di Louvre, Paris
Kanan: patung dada Seleucus I Nicator, sebuah salinan Romawi dari karya Yunani asli, dari Vila Papyri (Herculaneum), sekarang di Museum Arkeologi Nasional, Napoli

Cleopatra VII berasal dari dinasti Yunani Makedonia Ptolemi,[9][462][463][note 61] asal muasal Eropa mereka bermula dari Yunani utara.[464] Melalui ayahnya Ptolemi XII Auletes, ia adalah keturunan dari dua pengikut menonjol Aleksander Agung dari Makedonia, yang meliputi jenderal Ptolemi I, pendiri Kerajaan Ptolemaik Mesir, dan Seleucus I Nikator, pendiri Yunani Makedonia dari Kekaisaran Seleukia di Asia Barat.[9][465][466][note 62]

Meskipun garis paternal Kleopatra dapat diketahui melalui ayahnya, identitas ibunya tak diketahui.[467][468][469][note 63] Ia adalah putri dari Kleopatra VI Trifaena (juga dikenal sebagai Kleopatra V Trifaena),[note 3] sepupu[470] atau saudari sekaligus istri dari Ptolemi XII.[14][468][471][note 64]

Kleopatra I adalah satu-satunya anggota dinasti Ptolemaik yang dikenal karena memiliki beberapa leluhur non-Yunani, merupakan keturunan dari Apama, istri Persia Sogdia dari Seleukus I.[472][473][note 65] Kepercayaan umum menyatakan bahwa dinasti Ptolemi tak menikah silang dengan bangsa Mesir asli.[38][474][note 66]

Michael Grant menyatakan bahwa hanya ada satu gundik Mesir yang diketahui dari seorang Ptolemi dan tidak ada istri Mesir yang diketahui dari seorang Ptolemi, dan menganggap bahwa Kleopatra mungkin tak memiliki darah Mesir di dalam dirinya dan "akan menyebut dirinya sendiri sebagai orang Yunani."[472][note 67] Stacy Schiff menyatakan bahwa Kleopatra adalah orang Yunani Makedonia dengan sedikit darah Persia, berpendapat bahwa merupakan hal langka bagi keluarga Ptolemi untuk memiliki seorang gundik Mesir.[475][note 68] Roller berpendapat bahwa Kleopatra dapat merupakan putri dari seorang wanita setengah Makedonia-Yunani, setengah Mesir yang berasal dari keluarga pendeta yang didedikasikan kepada Ptah (sebuah hipothesis yang umumnya tak diterima di kalangan cendekiawan tentang Kleopatra),[note 69] namun menekankan bahwa apapun leluhur dari Kleopatra, ia lebih menghargai warisan Ptolemaik Yunani-nya.[476][note 70]

Klaim-klaim bahwa Kleopatra adalah seorang anak haram tak pernah muncul dalam propaganda Romawi melawannya.[477][478][note 71] Strabo adalah satu-satunya sejarawan kuno yang mengklaim bahwa anak-anak Ptolemi XII yang lahir setelah Berenice IV, termasuk Kleopatra VII, adalah anak haram.[477][478][479] Cleopatra V (atau VI) dikeluarkan dari istana Ptolemi XII pada akhir 69 SM, beberapa bulan setelah kelahiran Kleopatra VII, sementara tiga anak bungsu Ptolemi XII semuanya lahir pada ketiadaan istrinya.[39] Sejumlah besari perkawinan sekerabat di kalangan Ptolemi juga diilustrasikan oleh leluhur langsung Kleopatra, dimana sebuah rekonstruksi ditampilkan di bawah ini.[note 72]

Silsilah keluarga yang ditampilkan di bawah ini mencantumkan Kleopatra, istri Ptolemi XII, sebagai putri dari Ptolemi X dan Berenice III, yang akan menjadikannya sepupu dari suaminya Ptolemi XII, namun ia dapat merupakan putri Ptolemi IX, yang akan menjadikannya saudari sekaligus istri Ptolemi XII.[470] Catatan sejalan dalam sumbr-sumber primer kuno juga membuat para cendekiawan menyebut istri Ptolemi XII sebagai Kleopatra V, atau Kleopatra VI, suatu sebutan yang sebenarnya ditujukan kepada putri Ptolemi XII dan beberapa memakainya sebagai indikasi bahwa Kleopatra V telah meninggal pada 69 SM ketimbang tampil kembali sebagai penguasa bersama dengan Berenice IV pada 58 SM (pada masa pengasingan Ptolemi XII di Roma).[480][53]

Ptolemi V EpifanesKleopatra I
Ptolemi VI FilometorKleopatra II
Ptolemi VIII FiskonKleopatra III
Kleopatra II SelenePtolemi IX LatirosKleopatra IV
Ptolemi X Aleksander IBerenice III
Kleopatra VPtolemi XII Auletes
Kleopatra VII

Lihat pula

Referensi

Catatan

  1. ^ Untuk validasi tambahan tentang "Berlin Cleopatra", lihat Polo 2013, hlm. 184–186, Roller 2010, hlm. 54, 174–175, Jones 2006, hlm. 33, dan Hölbl 2001, hlm. 234.
  2. ^ a b c d Theodore Cressy Skeat, dalam Skeat 1953, hlm. 98–100, menyatakan bahwa kematian Kleopatra terjadi pada 12 Agustus 30 SM Burstein 2004, hlm. 31 memberikan tanggal yang sama dengan Skeat, sementara Dodson & Hilton 2004, hlm. 277 mendukung hal ini, menyatakan bahwa itu terjadi pada sekitaran tanggal tersebut. Sumber-sumber yang mengklaim kematiannya terjadi pada 10 Agutus SM meliputi Roller 2010, hlm. 147–148, Fletcher 2008, hlm. 3, dan Anderson 2003, hlm. 56.
  3. ^ a b c Grant 1972, hlm. 3–4, 17, Fletcher 2008, hlm. 69, 74, 76, Jones 2006, hlm. xiii dan Burstein 2004, hlm. 11 menyebut istri Ptolemi XII Auletes sebagai Kleopatra V Trifaena, sementara Dodson & Hilton 2004, hlm. 268–269, 273 dan Roller 2010, hlm. 18 menyebutnya Kleopatra VI Trifaena, karena kesamaan dalam sumber-sumber primer yang menyebut dua figur tersebut, yang telah menganggapnya orang yang sama. Seperti yang dijelaskan oleh Whitehorne 1994, hlm. 182, Kleopatra VI sebenarnya telah menjadi putri Ptolemi XII, yang tampil pada 58 SM untuk memerintah bersama dengan orang yang diduga merupakan saudarinya Berenice IV (meskipun Ptolemi XII diasingkan dan tinggal di Roma), sementara istri Ptolemi XII, Kleopatra V mungkin meninggal pada awal musim dingin 69–68 SM, saat ia lenyap dari catatan-catatan sejarah. Roller 2010, hlm. 18–19 menganggap bahwa istri Ptolemi XII, yang ia sebut sebagai Kleopatra VI, absen dari istana selama satu dekade setelah pengusiran untuk alasan tak diketahui, kemudian memerintah bersama dengan putrinya Berenice IV. Fletcher 2008, hlm. 76 menjelaskan bahwa kalangan Aleksandria menggulingkan Ptolemi XII Auletes dan mengangkat "putri sulungnya, Berenike IV, dan sebagai penguasa bersama dengan sebutan Kleopatra V trifaena dari 10 tahun pengasingan dari istana. Meskipun para sejarawan pada masa berikutnya menganggap ia seharusnya memiliki putri lain dari Auletes dan menamainya 'Kleopatra VI', ia nampaknya merupakan orang kelima yang kembali untuk menggantikan saudaranya dan bekas suami Auletes."
  4. ^ a b Para penguasa dinasti Ptolemaik menolak pemakaian bahasa Mesir Akhir, yang merupakan alasan bahasa Yunani kuno (contohnya bahasa Yunani Koine) serta Mesir Akhir dipakai pada dokumen-dokumen pemerintah resmi seperti Batu Rosetta: "Radio 4 Programmes – A History of the World in 100 Objects, Empire Builders (300 BC – 1 AD), Rosetta Stone". BBC. Diakses tanggal 2010-06-07. 
    Seperti yang dijelaskan oleh Burstein 2004, hlm. 43–54, Aleksandria Ptolemaik dianggap merupakan sebuah negara-kota (disebut polis) yang terpisah dari negara Mesir, dengan masyarakat yang terdiri dari orang Yunani dan orang Makedonia kuno, selain berbagai kelompok etnis lain yang bermukim disana, khususnya Yahudi, serta orang Mesir asli, orang Suryani, dan orang Nubia.
    Untuk pemastian tambahan, lihat Grant 1972, hlm. 3.
    Untuk bahasa-bahasa berganda yang dipakai oleh Kleopatra, lihat Roller 2010, hlm. 46–48 dan Burstein 2004, hlm. 11–12.
    Untuk pemastian tambahan tentang bahasa Yuanni kuno sebagai bahasa resmi dinasti Ptolemaik, lihat Jones 2006, hlm. 3.
  5. ^ a b Grant 1972, hlm. 5–6 menyatakan bahwa periode Hellenistik, dimulai dengan masa pemerintahan Aleksander Agung (336–323 Sm), berakhir dengan kematian Kleopatra pada 30 SM. Michael Grant menekankan bahwa bangsa Yunani Hellenistik dipandang oleh bangsa Romawi kontemporer mengalami penurunan dan kehilangan kejayaan sejak zaman Yunani Klasik, sebuah sikap yang berlanjut pada karya-karya historiografi modern. Terkait Mesir Hellenistik, Grant berpendapat bahwa "Kleopatra VII, yang disorot ke belakang pada seluruh leluhurnya dilakukan pada masa itu, nampaknya tak membuat kesalahan yang sama. Namun ia dan para tokoh sezamannya dari abad pertama SM memiliki masalah keganjilan lain dari diri mereka sendiri. Sehingga, 'Zaman Hellenistik' (yang mereka sendiri sering anggap datang pada akhir masa pemerintahannya) masih dikatakan berjalan secara bulat, pada zaman Yunani manapun, apakah bangsa Romawi merupakan kekuatan dominan? Ini adalah sebuah pertanyaan yang tak pernah jauh dari pikiran Kleopatra. Namun ini sangat bergantu pada bahwa ia menganggap zaman Yunani tidaklah selesai, dan menganggap setiap hal dalam kekuatannya mewujudkan pengabadiannya."
  6. ^ Untuk penjelasan lengkap tentang pendirian Aleksandria oleh Aleksander Agung dan sebagian besar alam Yunani Hellenistiknya pada zaman Ptolemaik, bersama dengan survei berbagai kelompok etnis yang bermukim disana. Lihat Burstein 2004, hlm. 43–61.
    Untuk pemastian tambahan tentang pendirian Aleksandria oleh Aleksander Agung, lihat Jones 2006, hlm. 6.
  7. ^ Untuk informasi tambahan, lihat Grant 1972, hlm. 20, 256 footnote 42.
  8. ^ Untuk daftar bahasa yang dipakai oleh Kleopatra seperti yang disebutkan oleh sejarawan kuno Plutark, lihat Jones 2006, hlm. 33–34, yang juga menyebut bahwa para penguasa Mesir Ptolemaik secara bertahap meninggalkan bahasa Makedonia Kuno.
  9. ^ Grant 1972, hlm. 3 menyatakan bahwa Kleopatra lahir pada akhir 70 SM atau awal 69 SM.
  10. ^ Karena kesenjangan dalam karya-karya akademik, dimana beberapa sumber menganggap Kleopatra VI merupakan putri dari Ptolemi XII atau istrinya, identik dengan Kleopatra V, Jones 2006, hlm. 28 menyatakan bahwa Ptolemi XII memiliki enam anak, sementara Roller 2010, hlm. 16 hanya menyebut lima.
  11. ^ Untuk informasi dan validasi tambahan, lihat Grant 1972, hlm. 12–13. Pada 1972, Michael Grant mengkalkulasi bahwa 6,000 talenta, harga bayaran Ptolemi XII Auletes untuk meraih gelar "teman dan sekutu bangsa Romawi" dari triumvir Pompei Agung dan Julius Caesar, akan bernilai sekitar 7 juta pound Britania Raya atau 17 juta dolar AS, mendekati seluruh pendapatan pajak tahunan untuk Mesir Ptolemaik.
  12. ^ Untuk informasi latar belakang politik pada aneksasi Siprus oleh Romawi, sebuah peristiwa yang didorong dalam Senat Romawi oleh Publius Clodius Pulcher, lihat Grant 1972, hlm. 13–14.
  13. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Grant 1972, hlm. 15–16.
  14. ^ Fletcher 2008, hlm. 76–77 menjelaskan sedikit keraguan tentang ini: "digulingkan pada akhir musim panas 58 SM dan mengkhawatirkan hidupnya, Auletes melarikan istana dan kerajaannya, meskipun ia tak sepenuhnya sendiri. Untuk satu sumber Yunani menyatakan bahwa ia ditemani 'oleh salah satu putrinya', dan sejak putri sulungnya Berenice IV, menjadi penguasa, dan putri bungsunya, Arisone, masih balita, putri tersebut umumnya diasumsikan merupakan putri tengah dan kesayangannya, Kleopatra yang berusia 11 tahun."
  15. ^ Untuk informasi selanjutnya, lihat Grant 1972, hlm. 16.
  16. ^ Untuk informasi selengkapnya tentang pakar keuangan Romawi Rabirius Postumus serta Gabiniani saat meninggalkan Mesir oleh Aulus Gabinius, lihat Grant 1972, hlm. 18–19.
  17. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Grant 1972, hlm. 18.
  18. ^ For further information, see Grant 1972, hlm. 19–20, 27–29.
  19. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Grant 1972, hlm. 28–30.
  20. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 88–92 dan Jones 2006, hlm. 31, 34–35.
    Fletcher 2008, hlm. 85–86 menyatakan bahwa gerhana matahari sebagian pada 7 Maret 51 SM menandai kematian Ptolemi XII Auletes dan kenaikan takhta Kleopatra, meskipun ia nampaknya terkejut terhadap kabar kematian ayahnya, diberitahu Senat Romawi beberapa bulan kemudian dalam sebuah pesan yang mereka raih pada 30 Juni 51 SM.
    Namun, Grant 1972, hlm. 30 mengklaim bahwa Senat menginformasikan kematiannya pada 1 Agustus 51 SM. Michael Grant menyatakan bahwa Ptolemi XII masih hidup sampai akhir Mei, sementara sebuah sumber Mesir kuno menyatakan bahwa ia masih memerintah dengan Kleopatra pada 15 Juli 51 SM, meskipun pada masa itu, Kleopatra nampaknya "menyinggung kematian ayahnya" sehingga ia dapat mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Mesir.
  21. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 92–93.
  22. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 96–97 dan Jones 2006, hlm. 39.
  23. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Jones 2006, hlm. 39–41.
  24. ^ a b Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 98 dan Jones 2006, hlm. 39–43, 53–55.
  25. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 98–100 dan Jones 2006, hlm. 53–55.
  26. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Burstein 2004, hlm. 18 dan Fletcher 2008, hlm. 101–103.
  27. ^ a b Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 113.
  28. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 118.
  29. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Burstein 2004, hlm. xxi, 19 dan Fletcher 2008, hlm. 118–120.
  30. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Burstein 2004, hlm. 76.
  31. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 119–120.
    Untuk Pengepungan Aleksandria (47 SM), Burstein 2004, hlm. 19 menyatakan bahwa bala bantuan Julius Caesar datang pada Januari, namun Roller 2010, hlm. 63 menyatakan bahwa bala bantuannya datang pada Maret.
  32. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Anderson 2003, hlm. 39 dan Fletcher 2008, hlm. 120.
  33. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 121 dan Jones 2006, hlm. xiv.
    Roller 2010, hlm. 64–65 menyatakan bahwa pada masa itu (47 SM), Ptolemi XIV berusia 12 tahun, sementara Burstein 2004, hlm. 19 mengklaim bahwa ia masih 10 tahun.
  34. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Anderson 2003, hlm. 39 dan Fletcher 2008, hlm. 154, 161–162.
  35. ^ Roller 2010, hlm. 70 menulis cerita tentang Julius Caesar dan pengasuhannya terhadap Caesarion: "Materi pengasuhan menjadi sangat runyam dalam perang propaganda antara Antonius dan Oktavianus pada akhir 30an SM–ini secara khusus dibanggakan disatu pihak dan yang lainnya menolak peran Caesar–bahwa saat ini tak mungkin menentukan tanggapan sebenarnya Caesar. Informasi yang ada hampir berseberangan: Caesar dikatakan menyangkali hak asuhnya dalam kehendaknya namun mengetahuinya secara pribadi dan mengijinkan pemakaian nama Caesarion. Rekan Caesar C. Oppius mungkin menulis sebuah pamflet yang menyatakan bahwa Caesarion bukanlah anak Caesar dan C. Helvius Cinna–penyair yang dibunuh oleh para perusuh setelah orasi pemakaman Antonius–dipersiapkan pada 44 SM untuk mengenalkan legislasi untuk membolehkan Caesar untuk menikahi beberapa istri yang ia inginkan untuk keperluan memiliki anak. Meskipun kebanyakan perbincangan ini timbul setelah kematian Caesar, ia sendiri nampaknya ingin terdiam sememungkinkannya tetang anak tersebut namun terhalang oleh anggapan berulang terhadap Kleopatra."
  36. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Jones 2006, hlm. xiv, 78.
  37. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 214–215
  38. ^ Untuk informasi selengkapnya tentang Publius Ventidius Bassus dan kemenangannya atas pasukan Parthia di Pertempuran Gunung Gindarus, lihat Kennedy 1996, hlm. 80–81.
  39. ^ Menurut Roller 2010, hlm. 91–92, para penguasa negara klien yang diangkat oleh Markus Antonius meliputi Herodes I dari Yudea, Amintas dari Galatia, Polemon I dari Pontus, dan Archelaus dari Cappadocia.
  40. ^ Bringmann 2007, hlm. 301 mengklaim bahwa Oktavia Minor memberikan 1,200 pasukan kepada Markus Antonius, bukan 2,000 seperti yang disebutkan dalam Roller 2010, hlm. 97–98 dan Burstein 2004, hlm. 27–28
  41. ^ Roller 2010, hlm. 100 menyatakan bahwa tak jelas jika mereka benar-benar menikah, sementara Burstein 2004, hlm. 29 menyatakan bahwa pernikahan tersebut secara terbuka menyegel aliansi Antonius dengan Kleopatra, alih-alih Oktavianus sekarang ia ceraikan dari Oktavia. Koin-koin Antonius dan Kleopatra menggambarkan mereka dalam perilaku khas dari pasangan kerajaan Hellenistik, seperti yang dijelaskan oleh Roller 2010, hlm. 100.
  42. ^ Jones 2006, hlm. xiv menyatakan bahwa "Oktavianus memajukan perang propaganda melawan Antonius dan Kleopatra, menekankan status Kleopatra sebagai wanita dan orang asing yang berharap berbagi dalam kekuasana Romawi."
  43. ^ Stanley M. Burstein, dalam Burstein 2004, hlm. 33 menyebut nama Quintus Cascellius sebagai penerima pengecualian pajak, bukan Publius Canidius Crassus yang disebut oleh Duane W. Roller dalam Roller 2010, hlm. 134.
  44. ^ Seperti yang dijelaskan oleh Jones 2006, hlm. 147: "politically, Octavian had to walk a fine line as he prepared to engage in open hostilities with Antony. He was careful to minimize associations with civil war, as the Roman people had already suffered through many years of civil conflict and Octavian could risk losing support if he declared war on a fellow citizen."
  45. ^ Untuk catatan terjemahan dari Plutarch dan Cassius Dio, Jones 2006, hlm. 194–195 menulis bahwa implemen yang dipakai untuk menusuk kulit Cleopatra adalah sebuah tusuk rambut.
  46. ^ Roller 2010, hlm. 149 dan Skeat 1953, hlm. 99–100 menjelaskan masa kekuasaan jangka pendek nominal Caesarion, atau Ptolemi XV, berlangsung selama delapan belas tahun pada Agustus 30 SM. Namun, Duane W. Roller, mengutip Theodore Cressy Skeat, menyatakan bahwa masa pemerintahan Caesarion "secara esensial adalah sebuah fiksi yang diciptakan oleh para kronografer Mesir untuk menutup celah antara kematian [Kleopatra] dan kekuasaan Romawi resmi atas Mesir (di bawah firaun baru, Oktavianus)," contohnya dengan mengutip Stromata karya Klemens dari Aleksandria (Roller 2010, hlm. 149, 214, footnote 103).
    Plutarch, yang diterjemahkan oleh Jones 2006, hlm. 187, secara tersirat menyatakan bahwa "Oktavianus membunuh Caesarion pada masa berikutnya, setelah kematian Kleopatra."
  47. ^ Jones 2006, hlm. 187, menerjemahkan Plutarch, yang mengutip perkataan Arius Didymus (disebut "Areius sang filsuf" dalam teks tersebut) kepada Oktavianus bahwa "tak bagus memiliki banyak Kaisar", yang nampaknya mendorong Oktavianus untuk membunuh Caesarion.
  48. ^ Berbeda dengan provinsi Romawi biasanya, Oktavianus menjadikan Mesir sebagai teritorial yang berada di bawah kontrol pribadinya, menghindari Senat Romawi dari campur tangan kepentingan apapun dan melantik gubernur Mesir ekuestriannya sendiri, dimana orang pertama yang memegang jabatan tersebut adalah Cornelius Gallus. Untuk informasi selengkapnya, lihat Southern 2014, hlm. 185 dan Roller 2010, hlm. 151.
  49. ^ Jones 2006, hlm. 60 memberikan spekulasi bahwa pengarang De Bello Alexandrino, yang ditulis dalam prosa Latin antara tahun 46–43 SM, mungkin adalah Aulus Hirtius, seorang perwira militer yang bertugas di bawah kepemimpinan Julius Caesar.
  50. ^ Untuk informasi selengkapnya dan catatan Strabo tentang Kleopatra, dalam Geographica, lihat Jones 2006, hlm. 28–30.
  51. ^ Seperti yang dijelaskan oleh Chauveau 2000, hlm. 2–3, material sumber dari Mesir tertanggal masa pemerintahan Kleopatra meliputi sekitar lima puluh dokumen papirus dalam bahasa Yunani kuno, kebanyakan dari kota Heracleopolis, dan hanya sedikit papirus yang ditulis dalam bahasa Mesir Demotik. Secara keseluruhan, ini adalah kumpulan teks asli paling sedikit yang masih ada ketimbang bukti lainnya dari periode Mesir Ptolemaik.
  52. ^ Untuk penjelasan Kleopatra menurut Plutarch, yang mengklaim bahwa kecantikannya tak "sepenuhnya berbanding" namun ia memiliki kepribadian yang "menjerat" dan "merasuk", lihat Jones 2006, hlm. 32–33.
  53. ^ Fletcher 2008, hlm. 205 menyatakan: "Cleopatra was the only female Ptolemy to issue coins on her own behalf, some showing her as Venus-Aphrodite. Caesar now followed her example and, taking the same bold step, became the first living Roman to appear on coins, his rather haggard profile accompanied by the title 'Parens Patriae', 'Father of the Fatherland'."
  54. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat .
  55. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Curtius 1933, hlm. 182–192, Walker 2008, hlm. 348, Raia & Sebesta 2017 dan Grout 2017b.
  56. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya, lihat Grout 2017b dan Roller 2010, hlm. 174–175.
  57. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Curtius 1933, hlm. 182–192, Walker 2008, hlm. 348 dan Raia & Sebesta 2017.
  58. ^ Pengamatan bahwa pipi kiri Vatican Cleopatra sempat memiliki tangan cupid yang dipisahkan mula-mula disugestikan oleh Ludwig Curtius pada 1933. Diana E. E. Kleiner mendukung anggapan ini. Lihat Kleiner 2005, hlm. 153, serta Walker 2008, hlm. 40 dan Curtius 1933, hlm. 182–192. Sementara Kleiner 2005, hlm. 153 berpendapat bahwa benjol di atas kepala marmer tersebut mungkin merupakan sebuah uraeus yang tercabut, Curtius 1933, hlm. 187 memberikan penjelasan bahwa karya tersebut sempat dijadikan perwakilan pahatan dari sebuah perhiasan.
  59. ^ Curtius 1933, hlm. 187 menyatakan bahwa benjolan rusak di sepanjang garis rambut dan diadem dari patung dada Vatican Cleopatra nampaknya merupakan perwakilan pahatan dari sebuah perhiasan, yang Walker 2008, hlm. 40 secara langsung membandingkan perhiasan merah yang dilukis dalam diadem yang dikenakan oleh Venus, nampaknya merupakan Kleopatra dalam sebuah fresko dari Pompeii.
  60. ^ Dalam Pratt & Fizel 1949, hlm. 14–15, Frances Pratt dan Becca Fizel menolak gagasan yang dimajukan oleh beberapa cendekiawan pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 bahwa lukisan tersebut mungkin dibuat oleh seorang seniman Renaisans Italia. Pratt dan Fizel menyoroti gaya klasik dari lukisan tersebut tersaji seperti dalam deskripsi tekstual dan engravir baja. Mereka berpendapat bahwa ini nampaknya bukanlah sebuah karya lukisan buatan seorang pelukis zaman Renaisans dengan bahan-bahan enkaustik, berasal dari riset terhadap busana dan perhiasan Mesir zaman Hellenistik seperti yang tergambar dalam lukisan tersebut, dan sebelumnya sudah ditempatkan di reruntuhan kuil Mesir di Vila Hadrianus.
  61. ^ Untuk informasi selengkapnya tentang leluhur Yunani Makedonia Kleopatra, lihat Pucci 2011, hlm. 201, Grant 1972, hlm. 3–5, dan Royster 2003, hlm. 47–49.
  62. ^ Untuk informasi dan validasi selengkapnya dari pendirian Mesir Hellenistik oleh Aleksander Agung dan leluhur Kleopatra yang bermula dari Ptolemi I Soter, lihat Grant 1972, hlm. 7–8 dan Jones 2006, hlm. 3.
  63. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Grant 1972, hlm. 3–4 dan Burstein 2004, hlm. 11.
  64. ^ Untuk informasi selengkapnya, lihat Fletcher 2008, hlm. 69, 74, 76.
  65. ^ Untuk leluhur Sogdia Apama, istri Seleukus I Nikator, lihat Holt 1989, hlm. 64–65, footnote 63.
  66. ^ Seperti yang dijelaskan oleh Burstein 2004, hlm. 47–50, kelompok etnis utama Mesir Ptolemaik adalah bangsa Mesir, bangsa Yunani dan bangsa Yahudi, yang masing-masing secara sah diberi pemisahan rasial, tinggal di kawasan kediaman berbeda dan dilarang melakukan perkawinan antar-ras dengan satu sama lain di kota multi-kebudayaan Alexandria, Naukratis, dan Ptolemais Hermiou. Namun, seperti yang dijelaskan oleh Fletcher 2008, hlm. 82, 88–93, para pendeta agama Mesir kuno sangat memiliki hubungan dengan patron-patron kerajaan Ptolemaik mereka, yang menyimpulkan bahwa Kleopatra memiliki seorang sepupu tiri Mesir, Pasherienptah III, Pendeta Tinggi Ptah, di Memphis, Mesir.
  67. ^ Grant 1972, hlm. 5 berpendapat bahwa nenek Kleopatra, yakni ibu Ptolemi XII, merupakan orang Siria, namun nyaris tak memiliki darah orang Mesir, meskipun terdapat satu gundik Mesir yang diketahui dari seorang penguasa Ptolemaik sepanjang masa dinasti mereka.
  68. ^ Schiff 2011, hlm. 42 kemudian berpendapat bahwa, seperti halnya leluhur Kleopatra, ia tak berkulit gelap. Goldsworthy 2010, hlm. 127, 128 berpendapat bahwa Kleopatra, yang memiliki darah Makedonia dengan sedikit Siria, mungkin tak berkulit gelap (ia juga menyatakan bahwa propaganda Romawi tak pernah menyebutkannya), dengan menyatakan "kulit yang cerah secara garis sempit lebih nampak pada leluhurnya."
  69. ^ Untuk informasi selengkapnya tentang identitas ibu Kleopatra, lihat Burstein 2004, hlm. 11 dan Fletcher 2008, hlm. 73. Joann Fletcher menemukan hipotesis bahwa ibu Kleoptra mungkin merupakan wanita setengah Makedonia-Yunani, setengah Mesir yang berasal dari keluarga pendeta Ptah diragukan dan kurang bukti. Stanley M. Burstein mengklaim bahwa bukti menonjol yang kuat menyatakan bawa ibu Kleopatra dapat merupakan anggota keluarga pendeta Ptah, namun para sejarawan umumnya menganggap ibunya adalah Kleopatra V Trifaena, istri Ptolemi XII.
  70. ^ Schiff 2011, hlm. 2 menekankan hal tersebut, menyatakan bahwa Kleopatra "menyanjung tradisi keluarganya." Seperti yang disebutkan oleh Dudley 1960, hlm. 57, Kleopatra dan keluarganya adalah para "penerus Firaun-Firaun asli, mengeksploitasikannya melalui birokrasi tingkat tinggi dari sumber daya alam yang bear dari Lembah Nil."
  71. ^ Grant 1972, hlm. 4 berpendapat bahwa Kleopatra adalah anak haram, "sejumlah musuh Romawinya akan membongkarnya ke dunia."
  72. ^ Silsilah keluarga dan diskusi singkat dari para individual dapat ditemukan dalam Dodson & Hilton 2004, hlm. 268–281. Aidan Dodson dan Dyan Hilton menyebut Kleopatra V sebagai Kleopatra VI dan Kleopatra Selene dari Siria disebut Kleopatra V Selene. Garis-garis putus pada silsilah di bawah ini mengindikasikan kemungkinan orangtua namun diragukan.
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "FOOTNOTERaiaSebesta2017" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.

Kutipan

  1. ^ a b c d e f g h Raia & Sebesta (2017).
  2. ^ a b c d e f g h i Art Institute of Chicago ().
  3. ^ a b c d e f g h i j Grout (2017b).
  4. ^ Burstein (2004), hlm. xx–xxiii, 155.
  5. ^ a b c d Hölbl (2001), hlm. 231.
  6. ^ Roller (2010), hlm. 1.
  7. ^ Royster (2003), hlm. 48.
  8. ^ a b Muellner ().
  9. ^ a b c Roller (2010), hlm. 15–16.
  10. ^ Roller (2010), hlm. 15–16, 39.
  11. ^ Fletcher (2008), hlm. 55–57.
  12. ^ Burstein (2004), hlm. 15.
  13. ^ Fletcher (2008), hlm. 84, 215.
  14. ^ a b Roller (2010), hlm. 18.
  15. ^ Roller (2010), hlm. 32–33.
  16. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 3, 11, 129.
  17. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 11.
  18. ^ Roller (2010), hlm. 29–33.
  19. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 5, 13–14, 88, 105–106.
  20. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 11–12.
  21. ^ Schiff (2011), hlm. 33.
  22. ^ a b Roller (2010), hlm. 46–48.
  23. ^ Fletcher (2008), hlm. 5, 82, 88, 105–106.
  24. ^ Roller (2010), hlm. 46–48, 100.
  25. ^ Roller (2010), hlm. 38–42.
  26. ^ Burstein (2004), hlm. xviii, 10.
  27. ^ Grant (1972), hlm. 9–12.
  28. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 17.
  29. ^ a b Grant (1972), hlm. 10–11.
  30. ^ a b Burstein (2004), hlm. xix.
  31. ^ Grant (1972), hlm. 11.
  32. ^ Burstein (2004), hlm. 12.
  33. ^ Fletcher (2008), hlm. 74.
  34. ^ Roller (2010), hlm. 15.
  35. ^ Jones (2006), hlm. xiii, 28.
  36. ^ Roller (2010), hlm. 16.
  37. ^ Anderson (2003), hlm. 38.
  38. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 73.
  39. ^ a b Roller (2010), hlm. 18–19.
  40. ^ Fletcher (2008), hlm. 68–69.
  41. ^ Roller (2010), hlm. 19.
  42. ^ Fletcher (2008), hlm. 69.
  43. ^ Roller (2010), hlm. 45–46.
  44. ^ Roller (2010), hlm. 45.
  45. ^ Fletcher (2008), hlm. 81.
  46. ^ Roller (2010), hlm. 20.
  47. ^ Burstein (2004), hlm. xix, 12–13.
  48. ^ Roller (2010), hlm. 20–21.
  49. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 12–13.
  50. ^ Fletcher (2008), hlm. 74–76.
  51. ^ Roller (2010), hlm. 21.
  52. ^ a b Burstein (2004), hlm. 13.
  53. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 76.
  54. ^ Fletcher (2008), hlm. 87, 246–247, lihat lempeng gambar dan kutipan.
  55. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 22.
  56. ^ a b Burstein (2004), hlm. xx, 13, 75.
  57. ^ Burstein (2004), hlm. 13, 75.
  58. ^ Grant (1972), hlm. 14–15.
  59. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 76–77.
  60. ^ Roller (2010), hlm. 23.
  61. ^ Fletcher (2008), hlm. 77–78.
  62. ^ Roller (2010), hlm. 23–24.
  63. ^ Fletcher (2008), hlm. 78.
  64. ^ Grant (1972), hlm. 16.
  65. ^ a b c Roller (2010), hlm. 24.
  66. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 13.
  67. ^ Grant (1972), hlm. 16–17.
  68. ^ Burstein (2004), hlm. 13, 76.
  69. ^ a b Roller (2010), hlm. 24–25.
  70. ^ Burstein (2004), hlm. 76.
  71. ^ Burstein (2004), hlm. 23, 73.
  72. ^ a b Roller (2010), hlm. 25.
  73. ^ a b Grant (1972), hlm. 18.
  74. ^ a b Burstein (2004), hlm. xx.
  75. ^ a b Roller (2010), hlm. 25–26.
  76. ^ Burstein (2004), hlm. 13–14, 76.
  77. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 11–12.
  78. ^ Burstein (2004), hlm. 13–14.
  79. ^ Fletcher (2008), hlm. 11–12, 80.
  80. ^ a b Roller (2010), hlm. 26.
  81. ^ a b Burstein (2004), hlm. 14.
  82. ^ Roller (2010), hlm. 26–27.
  83. ^ Fletcher (2008), hlm. 80, 85.
  84. ^ Roller (2010), hlm. 27.
  85. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 14.
  86. ^ Fletcher (2008), hlm. 84–85.
  87. ^ Roller (2010), hlm. 53, 56.
  88. ^ Burstein (2004), hlm. xx, 15–16.
  89. ^ Roller (2010), hlm. 53–54.
  90. ^ a b Burstein (2004), hlm. 16–17.
  91. ^ a b Roller (2010), hlm. 53.
  92. ^ a b Roller (2010), hlm. 54–56.
  93. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 16.
  94. ^ a b Roller (2010), hlm. 56.
  95. ^ Fletcher (2008), hlm. 91–92.
  96. ^ a b c Roller (2010), hlm. 36–37.
  97. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 5.
  98. ^ a b c Grant (1972), hlm. 26–27.
  99. ^ a b Roller (2010), hlm. 56–57.
  100. ^ Fletcher (2008), hlm. 73, 92–93.
  101. ^ Fletcher (2008), hlm. 92–93.
  102. ^ a b Roller (2010), hlm. 57.
  103. ^ a b c Burstein (2004), hlm. xx, 17.
  104. ^ a b Roller (2010), hlm. 58.
  105. ^ Fletcher (2008), hlm. 94–95.
  106. ^ Fletcher (2008), hlm. 95.
  107. ^ Roller (2010), hlm. 58–59.
  108. ^ Burstein (2004), hlm. 17.
  109. ^ Fletcher (2008), hlm. 95–96.
  110. ^ Roller (2010), hlm. 59.
  111. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 96.
  112. ^ a b Roller (2010), hlm. 59–60.
  113. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 97–98.
  114. ^ a b Bringmann (2007), hlm. 259.
  115. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 17.
  116. ^ a b c Roller (2010), hlm. 60.
  117. ^ Fletcher (2008), hlm. 98.
  118. ^ Jones (2006), hlm. 39–43, 53.
  119. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 17–18.
  120. ^ a b Roller (2010), hlm. 60–61.
  121. ^ Bringmann (2007), hlm. 259–260.
  122. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 18.
  123. ^ a b c d e f g Bringmann (2007), hlm. 260.
  124. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 61.
  125. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 100.
  126. ^ a b Burstein (2004), hlm. 18.
  127. ^ Hölbl (2001), hlm. 234–235.
  128. ^ Jones (2006), hlm. 56–57.
  129. ^ Hölbl (2001), hlm. 234.
  130. ^ Jones (2006), hlm. 57–58.
  131. ^ Roller (2010), hlm. 61–62.
  132. ^ a b c d Hölbl (2001), hlm. 235.
  133. ^ Fletcher (2008), hlm. 112–113.
  134. ^ Roller (2010), hlm. 26, 62.
  135. ^ a b Roller (2010), hlm. 62.
  136. ^ Burstein (2004), hlm. 18, 76.
  137. ^ Burstein (2004), hlm. 18–19.
  138. ^ Roller (2010), hlm. 62–63.
  139. ^ Hölbl (2001), hlm. 235–236.
  140. ^ a b c Roller (2010), hlm. 63.
  141. ^ Hölbl (2001), hlm. 236.
  142. ^ Fletcher (2008), hlm. 118–119.
  143. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 76.
  144. ^ Fletcher (2008), hlm. 119.
  145. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 19.
  146. ^ Roller (2010), hlm. 63–64.
  147. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19, 76.
  148. ^ a b c Roller (2010), hlm. 64.
  149. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19–21, 76.
  150. ^ Fletcher (2008), hlm. 172.
  151. ^ Roller (2010), hlm. 64, 69.
  152. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 19–20.
  153. ^ Fletcher (2008), hlm. 120.
  154. ^ Roller (2010), hlm. 64–65.
  155. ^ Roller (2010), hlm. 65.
  156. ^ a b Burstein (2004), hlm. 19–20.
  157. ^ Fletcher (2008), hlm. 125.
  158. ^ a b Roller (2010), hlm. 65–66.
  159. ^ Fletcher (2008), hlm. 126.
  160. ^ Roller (2010), hlm. 66.
  161. ^ Fletcher (2008), hlm. 108, 149–150.
  162. ^ a b c Roller (2010), hlm. 67.
  163. ^ Burstein (2004), hlm. 20.
  164. ^ Fletcher (2008), hlm. 153.
  165. ^ Roller (2010), hlm. 69–70.
  166. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 20.
  167. ^ a b Roller (2010), hlm. 70.
  168. ^ Fletcher (2008), hlm. 162–163.
  169. ^ a b c Jones (2006), hlm. xiv.
  170. ^ Roller (2010), hlm. 71.
  171. ^ Fletcher (2008), hlm. 179–182.
  172. ^ Roller (2010), hlm. 21, 57, 72.
  173. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 20, 64.
  174. ^ Fletcher (2008), hlm. 181–182.
  175. ^ a b Roller (2010), hlm. 72.
  176. ^ Fletcher (2008), hlm. 194–195.
  177. ^ Roller (2010), hlm. 72, 126.
  178. ^ a b Burstein (2004), hlm. 21.
  179. ^ Fletcher (2008), hlm. 201–202.
  180. ^ a b Roller (2010), hlm. 72, 175.
  181. ^ Fletcher (2008), hlm. 195–196, 201.
  182. ^ a b c Roller (2010), hlm. 72–74.
  183. ^ a b c Fletcher (2008), hlm. 205–206.
  184. ^ a b Roller (2010), hlm. 74.
  185. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 21.
  186. ^ Fletcher (2008), hlm. 207–213.
  187. ^ Fletcher (2008), hlm. 213–214.
  188. ^ Roller (2010), hlm. 74–75.
  189. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 22.
  190. ^ Roller (2010), hlm. 77–79, Figure 6.
  191. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 75.
  192. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 21–22.
  193. ^ a b Burstein (2004), hlm. 22.
  194. ^ Burstein (2004), hlm. 22–23.
  195. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 22–23.
  196. ^ Roller (2010), hlm. 76.
  197. ^ Roller (2010), hlm. 76–77.
  198. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxi, 23.
  199. ^ Roller (2010), hlm. 77.
  200. ^ Roller (2010), hlm. 77–79.
  201. ^ Burstein (2004), hlm. 23.
  202. ^ a b c Roller (2010), hlm. 79.
  203. ^ Burstein (2004), hlm. xxi, 24, 76.
  204. ^ a b Burstein (2004), hlm. 24.
  205. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 24.
  206. ^ Roller (2010), hlm. 79–80.
  207. ^ a b c d e Burstein (2004), hlm. 25.
  208. ^ Roller (2010), hlm. 77–79, 82.
  209. ^ Bivar (1983), hlm. 58.
  210. ^ Brosius (2006), hlm. 96.
  211. ^ Roller (2010), hlm. 81–82.
  212. ^ a b Roller (2010), hlm. 82–83.
  213. ^ a b c d e f Bringmann (2007), hlm. 301.
  214. ^ a b c Roller (2010), hlm. 83.
  215. ^ Roller (2010), hlm. 83–84.
  216. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 25.
  217. ^ a b Roller (2010), hlm. 84.
  218. ^ Burstein (2004), hlm. 73.
  219. ^ Roller (2010), hlm. 84–85.
  220. ^ a b Roller (2010), hlm. 85.
  221. ^ Roller (2010), hlm. 85–86.
  222. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 25, 73.
  223. ^ a b c Roller (2010), hlm. 86.
  224. ^ a b Roller (2010), hlm. 86–87.
  225. ^ a b c Burstein (2004), hlm. 26.
  226. ^ a b Roller (2010), hlm. 89.
  227. ^ Roller (2010), hlm. 89–90.
  228. ^ a b Roller (2010), hlm. 90.
  229. ^ a b c d e f Burstein (2004), hlm. xxii, 25–26.
  230. ^ Roller (2010), hlm. 90–91.
  231. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 77.
  232. ^ Roller (2010), hlm. 91–92.
  233. ^ a b Roller (2010), hlm. 92.
  234. ^ Roller (2010), hlm. 92–93.
  235. ^ Roller (2010), hlm. 93–94.
  236. ^ Roller (2010), hlm. 94, 142.
  237. ^ Roller (2010), hlm. 94.
  238. ^ a b c Roller (2010), hlm. 95.
  239. ^ Burstein (2004), hlm. 26–27.
  240. ^ a b Roller (2010), hlm. 94–95.
  241. ^ Roller (2010), hlm. 95–96.
  242. ^ a b Roller (2010), hlm. 96.
  243. ^ a b c Roller (2010), hlm. 97.
  244. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 27.
  245. ^ a b Burstein (2004), hlm. 27.
  246. ^ Classical Numismatic Group ().
  247. ^ Gurval (2011), hlm. 57.
  248. ^ a b Roller (2010), hlm. 97–98.
  249. ^ a b Burstein (2004), hlm. 27–28.
  250. ^ a b Roller (2010), hlm. 98.
  251. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 99.
  252. ^ Burstein (2004), hlm. 28.
  253. ^ Burstein (2004), hlm. xxii, 28.
  254. ^ Burstein (2004), hlm. 28–29.
  255. ^ a b Roller (2010), hlm. 133–134.
  256. ^ a b c d Burstein (2004), hlm. 33.
  257. ^ Roller (2010), hlm. 99–100.
  258. ^ Bringmann (2007), hlm. 301–302.
  259. ^ a b c Burstein (2004), hlm. xxii, 29.
  260. ^ a b Roller (2010), hlm. 100.
  261. ^ a b c d e f g Burstein (2004), hlm. 29.
  262. ^ Roller (2010), hlm. 100–101.
  263. ^ a b Roller (2010), hlm. 129–130.
  264. ^ Roller (2010), hlm. 130.
  265. ^ Burstein (2004), hlm. 65–66.
  266. ^ Roller (2010), hlm. 130–131.
  267. ^ Roller (2010), hlm. 132.
  268. ^ Roller (2010), hlm. 133.
  269. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 134.
  270. ^ a b Bringmann (2007), hlm. 302.
  271. ^ Bringmann (2007), hlm. 302–303.
  272. ^ a b c d e f g h Bringmann (2007), hlm. 303.
  273. ^ Burstein (2004), hlm. 29–30.
  274. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 135.
  275. ^ a b c d e Burstein (2004), hlm. 30.
  276. ^ a b Roller (2010), hlm. 136.
  277. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxii, 30.
  278. ^ Jones (2006), hlm. 147.
  279. ^ Roller (2010), hlm. 136–137.
  280. ^ Roller (2010), hlm. 137, 139.
  281. ^ a b c Bringmann (2007), hlm. 303–304.
  282. ^ a b Roller (2010), hlm. 137.
  283. ^ Roller (2010), hlm. 137–138.
  284. ^ a b c Roller (2010), hlm. 138.
  285. ^ a b c Roller (2010), hlm. 139.
  286. ^ a b Roller (2010), hlm. 139–140.
  287. ^ a b c d e f Bringmann (2007), hlm. 304.
  288. ^ Burstein (2004), hlm. 30–31.
  289. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 140.
  290. ^ Burstein (2004), hlm. xxii–xxiii, 30–31.
  291. ^ a b c d e f g Roller (2010), hlm. 178–179.
  292. ^ Burstein (2004), hlm. xxii–xxiii.
  293. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 141.
  294. ^ a b c d e f g h Burstein (2004), hlm. 31.
  295. ^ a b Roller (2010), hlm. 141–142.
  296. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 142.
  297. ^ a b c Roller (2010), hlm. 143.
  298. ^ Roller (2010), hlm. 142–143.
  299. ^ Roller (2010), hlm. 143–144.
  300. ^ Roller (2010), hlm. 144.
  301. ^ a b Burstein (2004), hlm. xxiii, 31.
  302. ^ Roller (2010), hlm. 144–145.
  303. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 145.
  304. ^ a b c Southern (2009), hlm. 153.
  305. ^ Southern (2009), hlm. 153–154.
  306. ^ Southern (2009), hlm. 154.
  307. ^ Jones (2006), hlm. 184.
  308. ^ Southern (2009), hlm. 154–155.
  309. ^ Jones (2006), hlm. 184–185.
  310. ^ a b c Roller (2010), hlm. 146.
  311. ^ Jones (2006), hlm. 185–186.
  312. ^ a b Southern (2009), hlm. 155.
  313. ^ Roller (2010), hlm. 146–147, 213, footnote #83.
  314. ^ Gurval (2011), hlm. 61.
  315. ^ a b c d Roller (2010), hlm. 147.
  316. ^ Roller (2010), hlm. 147–148.
  317. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 31–32.
  318. ^ Jones (2006), hlm. 194.
  319. ^ a b Burstein (2004), hlm. 65.
  320. ^ a b Jones (2006), hlm. 194–195.
  321. ^ a b Roller (2010), hlm. 148–149.
  322. ^ a b Anderson (2003), hlm. 56.
  323. ^ Roller (2010), hlm. 148.
  324. ^ a b Burstein (2004), hlm. 31–32.
  325. ^ a b Roller (2010), hlm. 149.
  326. ^ Burstein (2004), hlm. 32.
  327. ^ Roller (2010), hlm. 149–150.
  328. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32.
  329. ^ Skeat (1953), hlm. 99–100.
  330. ^ Roller (2010), hlm. 150.
  331. ^ Roller (2010), hlm. 150–151.
  332. ^ Jones (2006), hlm. 197–198.
  333. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 1.
  334. ^ Grant (1972), hlm. 5–6.
  335. ^ Bringmann (2007), hlm. 304–307.
  336. ^ Grant (1972), hlm. 6–7.
  337. ^ Burstein (2004), hlm. 34.
  338. ^ Chauveau (2000), hlm. 69–71.
  339. ^ Roller (2010), hlm. 104, 110–113.
  340. ^ Fletcher (2008), hlm. 216–217.
  341. ^ Burstein (2004), hlm. 33–34.
  342. ^ Roller (2010), hlm. 103–104.
  343. ^ Burstein (2004), hlm. 39–41.
  344. ^ Chauveau (2000), hlm. 78–80.
  345. ^ Roller (2010), hlm. 104–105.
  346. ^ Burstein (2004), hlm. 37–38.
  347. ^ Roller (2010), hlm. 106–107.
  348. ^ a b c Roller (2010), hlm. 153.
  349. ^ a b Burstein (2004), hlm. 32, 76–77.
  350. ^ a b Roller (2010), hlm. 153–154.
  351. ^ Roller (2010), hlm. 154–155.
  352. ^ a b Roller (2010), hlm. 155.
  353. ^ Burstein (2004), hlm. 32, 77.
  354. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32, 77.
  355. ^ Roller (2010), hlm. 155–156.
  356. ^ Burstein (2004), hlm. xxiii, 32, 77–78.
  357. ^ Roller (2010), hlm. 156.
  358. ^ Burstein (2004), hlm. 32, 69, 77–78.
  359. ^ a b Roller (2010), hlm. 151.
  360. ^ a b c d Anderson (2003), hlm. 36.
  361. ^ a b Roller (2010), hlm. 7.
  362. ^ a b Roller (2010), hlm. 7–8.
  363. ^ Burstein (2004), hlm. 67, 93.
  364. ^ a b Jones (2006), hlm. 32.
  365. ^ Roller (2010), hlm. 7–8, 44.
  366. ^ a b c Roller (2010), hlm. 8.
  367. ^ a b Gurval (2011), hlm. 57–58.
  368. ^ a b Lippold (1936), hlm. 169–171.
  369. ^ a b Curtius (1933), hlm. 184 ff. Abb. 3 Taf. 25—27..
  370. ^ a b c d e f Roller (2010), hlm. 8–9.
  371. ^ Burstein (2004), hlm. 93.
  372. ^ Jones (2006), hlm. 60–62.
  373. ^ a b Burstein (2004), hlm. 67.
  374. ^ Gurval (2011), hlm. 66–70.
  375. ^ Gurval (2011), hlm. 65–66.
  376. ^ a b Anderson (2003), hlm. 54.
  377. ^ a b Burstein (2004), hlm. 68.
  378. ^ Chauveau (2000), hlm. 2–3.
  379. ^ a b Roller (2010), hlm. 1–2.
  380. ^ Roller (2010), hlm. 2.
  381. ^ Burstein (2004), hlm. 63.
  382. ^ Roller (2010), hlm. 3.
  383. ^ Anderson (2003), hlm. 37–38.
  384. ^ a b c Ashton (2008), hlm. 83–85.
  385. ^ a b c Polo (2013), hlm. 186, 194 footnote10.
  386. ^ a b Roller (2010), hlm. 176.
  387. ^ Fletcher (2008), hlm. 195–196.
  388. ^ Roller (2010), hlm. 72, 151, 175.
  389. ^ a b Varner (2004), hlm. 20.
  390. ^ a b c Grout (2017a).
  391. ^ a b c d e f g h i j Roller (2010), hlm. 175.
  392. ^ Ashton (2008), hlm. 83.
  393. ^ Roller (2010), hlm. 182–186.
  394. ^ Fletcher (2008), hlm. 205.
  395. ^ Roller (2010), hlm. 107.
  396. ^ Jones (2006), hlm. 31, 34.
  397. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 144.
  398. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 104.
  399. ^ Roller (2010), hlm. 18, 182.
  400. ^ Roller (2010), hlm. 185.
  401. ^ a b Roller (2010), hlm. 182.
  402. ^ a b c d e f g Walker & Higgs (2017).
  403. ^ a b Fletcher (2008), hlm. 195.
  404. ^ Fletcher (2008), hlm. 87.
  405. ^ a b Roller (2010), hlm. 174–175.
  406. ^ a b Polo (2013), hlm. 185–186.
  407. ^ a b c d Fletcher (2008), hlm. 198–199.
  408. ^ Kleiner (2005), hlm. 151–153, 155.
  409. ^ Polo (2013), hlm. 184–186.
  410. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 155–156.
  411. ^ Fletcher (2008), hlm. 199–200.
  412. ^ Roller (2010), hlm. 175–176.
  413. ^ a b Roller (2010), hlm. 174-175.
  414. ^ a b c Walker (2008), hlm. 35, 42–44.
  415. ^ Walker (2008), hlm. 35, 44.
  416. ^ a b c Walker (2008), hlm. 40.
  417. ^ Walker (2008), hlm. 43–44.
  418. ^ a b c d Pratt & Fizel (1949), hlm. 14–15.
  419. ^ Plutarch (1920), hlm. 9.
  420. ^ a b Sartain (1885), hlm. 41, 44.
  421. ^ Roller (2010), hlm. 148, 178–179.
  422. ^ a b Pratt & Fizel (1949), hlm. 14.
  423. ^ Pratt & Fizel (1949), hlm. 15.
  424. ^ a b c d e Roller (2010), hlm. 178.
  425. ^ Walker (2004), hlm. 41–59.
  426. ^ a b Ashton (2002), hlm. 39.
  427. ^ Ashton (2002), hlm. 36.
  428. ^ a b Kleiner (2005), hlm. 87.
  429. ^ Roller (2010), hlm. 113–114, 176–177.
  430. ^ Roller (2010), hlm. 113–114.
  431. ^ Polo (2013), hlm. 194 footnote11.
  432. ^ Goldsworthy (2010), hlm. 8.
  433. ^ Anderson (2003), hlm. 11–36.
  434. ^ Roller (2010), hlm. 6–7.
  435. ^ Roller (2010), hlm. 6–9.
  436. ^ a b Gurval (2011), hlm. 73–74.
  437. ^ Anderson (2003), hlm. 51–54.
  438. ^ Anderson (2003), hlm. 54–55.
  439. ^ Jones (2006), hlm. 271–274.
  440. ^ Anderson (2003), hlm. 60.
  441. ^ Anderson (2003), hlm. 51, 60–62.
  442. ^ Rowland (2011), hlm. 232.
  443. ^ Rowland (2011), hlm. 232–233.
  444. ^ Woodstra, Brennan & Schrott (2005), hlm. 548.
  445. ^ a b Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173–174.
  446. ^ Pucci (2011), hlm. 201.
  447. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173–177.
  448. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 173.
  449. ^ DeMaria Smith (2011), hlm. 161.
  450. ^ Jones (2006), hlm. 260–263.
  451. ^ Pucci (2011), hlm. 198, 201.
  452. ^ Hsia (2004), hlm. 227.
  453. ^ Jones (2006), hlm. 325.
  454. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 172–173, 178.
  455. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 178–180.
  456. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 181–183.
  457. ^ Wyke & Montserrat (2011), hlm. 172–173.
  458. ^ Pucci (2011), hlm. 195.
  459. ^ a b Roller (2010), hlm. 50–51.
  460. ^ Fletcher (2008), hlm. 81–82.
  461. ^ Rowland (2011), hlm. 141–142.
  462. ^ Jones (2006), hlm. xiii, 3, 279.
  463. ^ Burstein (2004), hlm. 3, 34, 36, 43, 63–64.
  464. ^ Fletcher (2008), hlm. 1, 23.
  465. ^ Burstein (2004), hlm. 3, 34, 36, 51.
  466. ^ Fletcher (2008), hlm. 23, 37–42.
  467. ^ Roller (2010), hlm. 15–16, 164–166.
  468. ^ a b Jones (2006), hlm. xiii.
  469. ^ Dodson & Hilton (2004), hlm. 273.
  470. ^ a b Dodson & Hilton (2004), hlm. 268–269, 273.
  471. ^ Burstein (2004), hlm. 11, 75.
  472. ^ a b Grant (1972), hlm. 5.
  473. ^ Fletcher (2008), hlm. 56, 73.
  474. ^ Burstein (2004), hlm. 69–70.
  475. ^ Schiff (2011), hlm. 2, 42.
  476. ^ Roller (2010), hlm. 15, 18, 166.
  477. ^ a b Roller (2010), hlm. 165.
  478. ^ a b Grant (1972), hlm. 4.
  479. ^ Burstein (2004), hlm. 11, 69.
  480. ^ Whitehorne (1994), hlm. 182.

Kutipan teks

Sumber daring

Sumber cetak

Bacaan tambahan

Pranala luar

Kleopatra
Lahir: 69 SM Meninggal: 30 SM
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Ptolemi XII
Ratu Mesir
51–30 SM
bersama dengan Ptolemi XII,
Ptolemi XIII,
Ptolemi XIV dan
Ptolemi XV Kaesarion
Jabatan ditiadakan
Mesir dianeksasi oleh Republik Roma