Pertempuran Laut Karang atau Pertempuran Laut Koral 4 Mei-8 Mei 1942 adalah pertempuran laut besar di medan Perang Pasifik antara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang melawan angkatan laut dan angkatan udara Sekutu dari Amerika Serikat dan Australia. Pertempuran ini merupakan pertempuran laut pertama antara dua armada yang melibatkan kapal induk, dan dicatat sebagai pertempuran laut pertama dalam sejarah yang melibatkan kapal-kapal perang kedua belah pihak yang tidak saling menembak secara langsung dari kapal.

Pertempuran Laut Karang
Bagian dari Perang Pasifik dalam Perang Dunia II
Ledakan di atas USS Lexington
Kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat Lexington meledak pada 8 Mei 1942, beberapa jam sesudah rusak akibat serangan udara pesawat-pesawat dari kapal induk Jepang.
Tanggal4 Mei-8 Mei 1942
LokasiLaut Koral, antara Australia, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon
Hasil Kemenangan strategis Sekutu;
Kemenangan taktis Kekaisaran Jepang
Pihak terlibat
Pihak Sekutu yang terdiri dari
 Amerika Serikat dan  Australia
Jepang Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Amerika Serikat Frank J. Fletcher
Australia John Crace (RN/RAN)
Amerika SerikatThomas C. Kinkaid
Amerika Serikat Aubrey Fitch
Amerika Serikat Douglas MacArthur
Jepang Shigeyoshi Inoue
Jepang Takeo Takagi
Jepang Kiyohide Shima
Jepang Aritomo Gotō
Jepang Chūichi Hara
Kekuatan
2 kapal induk,
9 kapal penjelajah,
13 kapal perusak,
2 kapal tanker,
1 kapal induk amfibi,
128 pesawat kapal induk.[1]
2 kapal induk,
1 kapal induk ringan,
9 kapal penjelajah,
15 kapal perusak,
12 kapal perang yang lebih kecil,
1 kapal tanker,
1 kapal depot pesawat amfibi,
12 kapal angkut,
127 pesawat kapal induk.[2]
Korban
1 kapal induk,
1 kapal perusak,
1 tanker tenggelam,
1 kapal induk rusak,
69 pesawat hancur.[3]
656 tewas[4]
1 kapal induk ringan,
1 kapal perusak,
3 kapal perang yang lebih kecil tenggelam,
1 kapal induk,
1 kapal perusak,
2 kapal perang yang lebih kecil,
1 kapal angkut rusak,
92 pesawat hancur.[5]
966 tewas[6]

Dalam usaha memperkuat posisi defensif wilayah Kekaisaran Jepang di Pasifik Selatan, Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menginvasi dan menduduki Port Moresby di Nugini dan Tulagi di tenggara Kepulauan Solomon. Rencana operasi ini disebut Operasi MO yang melibatkan beberapa unit utama dari Armada Gabungan Jepang, termasuk pesawat-pesawat dari dua kapal induk dan sebuah kapal induk ringan sebagai perlindungan udara armada invasi. Sebagai panglima tertinggi Jepang adalah Shigeyoshi Inoue. Amerika Serikat mengendus rencana Jepang lewat intersepsi radio dan mengerahkan dua gugus tugas kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat dan kekuatan gabungan kapal-kapal penjelajah Angkatan Laut Diraja Australia dan Amerika Serikat.

Pada 3 Mei dan 4 Mei, Jepang berhasil menginvasi dan menduduki Tulagi, walaupun beberapa kapal perang tenggelam atau rusak akibat serangan mendadak dari pesawat-pesawat yang berbasis di kapal induk Yorktown. Setelah mengetahui keberadaan kapal-kapal induk Amerika Serikat, armada kapal induk Jepang memasuki Laut Koral (Laut Karang) dengan tujuan menemukan dan menghancurkan semua kekuatan laut Sekutu.

Mulai 7 Juni, kapal induk dari kedua belah pihak saling melancarkan serangan udara selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, Amerika Serikat menenggelamkan kapal induk ringan Jepang Shōhō. Sebaliknya serangan Jepang menenggelamkan kapal perusak Amerika Serikat dan mengakibatkan sebuah tanker rusak berat hingga harus ditenggelamkan. Pada hari berikutnya, kapal induk Jepang Shōkaku rusak parah, sementara kapal induk Amerika Amerika Serikat Lexington harus ditenggelamkan setelah rusak berat, dan Yorktown mengalami kerusakan. Armada kedua belah pihak mengundurkan diri dari kawasan pertempuran setelah kedua belah pihak mengalami kerugian besar. Pesawat-pesawat hancur dan kapal induk tenggelam atau rusak. Setelah kehilangan perlindungan udara dari kapal induk, Inoue menarik mundur armada invasi Port Moresby dengan maksud mencoba kembali di lain hari.

Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan taktis pihak Jepang dalam hal jumlah kapal-kapal musuh yang berhasil ditenggelamkan. Namun sebaliknya, pertempuran ini berarti kemenangan strategis bagi pihak Sekutu berdasarkan beberapa alasan. Ekspansi wilayah Jepang yang sebelumnya tidak tertahankan, untuk pertama kalinya berhasil ditahan dalam Pertempuran Laut Koral. Jepang juga mengalami kerugian besar. Kapal induk Shōkaku rusak berat sementara Zuikaku kehabisan pesawat sehingga tidak dapat turut serta dalam Pertempuran Midway yang berlangsung bulan berikutnya. Hal tersebut mengakibatkan kekuatan udara Amerika Serikat dan Jepang menjadi berimbang hingga pertempuran laut di Midway berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat. Empat kapal induk Jepang tenggelam di Midway sehingga usaha Jepang untuk kembali menginvasi Port Moresby dari laut terhenti. Dua bulan kemudian, Sekutu memanfaatkan kelemahan strategis Jepang di Pasifik Selatan untuk melancarkan Kampanye Guadalkanal. Bersama dengan dilakukannya Kampanye Nugini, Amerika Serikat akhirnya membobol pertahanan Jepang di Pasifik Selatan, dan akhirnya menjadi salah satu faktor penyebab kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.

Latar belakang

Ekspansi Kekaisaran Jepang

Pada 7 Desember 1941, kapal-kapal induk Jepang menyerang Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii. Serangan tersebut menghancurkan atau melumpuhkan sebagian besar kapal-kapal tempur Armada Pasifik Amerika Serikat, sekaligus mengawali perang terbuka antara kedua negara. Dalam perang ini, pemimpin-pemimpin perang Jepang berusaha melenyapkan ancaman dari armada Amerika, merampas wilayah-wilayah jajahan Sekutu yang kaya sumber alam, dan menguasai pangkalan militer strategis untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Jepang yang semakin besar. Pada saat yang hampir bersamaan dengan Pengeboman Pearl Harbor, Jepang menyerang Malaya hingga menyebabkan Britania Raya, Australia, dan Selandia Baru bergabung dengan Amerika Serikat sebagai Sekutu dalam perang melawan Jepang. Sesuai dengan "Perintah Rahasia Nomor Satu" tertanggal 1 November 1941 yang dikeluarkan Armada Gabungan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, tujuan awal Jepang dalam perang adalah "(melumpuhkan) kekuatan Inggris dan Amerika dari Hindia Belanda dan Filipina, (serta) menetapkan kebijakan kemerdekaan ekonomi dan swasembada secara otonom."[7]

 
Gerak maju invasi Jepang di Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya mulai Desember 1941 hingga April 1942

Dalam usaha mencapai tujuan akhir perang, dalam beberapa bulan pertama tahun 1942, tentara Jepang menyerang dan berhasil mengambil alih Filipina, Thailand, Singapura, Hindia Belanda, Kepulauan Wake, Britania Baru, serta Kepulauan Gilbert dan Guam. Dalam proses pengambilalihan wilayah-wilayah tersebut, Jepang mengakibatkan kerugian besar bagi kekuatan darat, laut dan udara pihak Sekutu. Negara-negara taklukan Jepang menurut rencana akan dipakai sebagai pertahanan garis luar bagi Kekaisaran Jepang, sekaligus melancarkan taktik perang menghabiskan tenaga lawan dalam usahanya mengalahkan atau menghabisi serangan balasan Sekutu.[8]

Tidak lama setelah perang berlangsung, Staf Umum Angkatan Laut mengeluarkan rekomendasi untuk menginvasi Australia sebagai tindakan pencegahan agar Australia tidak dipakai sebagai pangkalan militer yang mengancam pertahanan garis luar Jepang di Pasifik Selatan. Namun rekomendasi ini ditolak Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang mengemukakan alasan bahwa Jepang tidak memiliki kapasitas kapal dan kekuatan militer yang cukup. Pada saat yang bersamaan, komandan Armada IV Angkatan Laut Jepang Laksamana Madya Shigeyoshi Inoue mengusulkan pendudukan Tulagi yang berada di tenggara Kepulauan Solomon dan Port Moresby di Papua Nugini. Usulannya membuat bagian utara Australia berada dalam jangkauan pesawat-pesawat terbang Jepang yang berpangkalan di darat. Sebagai pimpinan Armada IV yang juga disebut Armada Laut Selatan, Inoue membawahi unit-unit angkatan laut di kawasan Pasifik Selatan. Ia percaya bahwa pendudukan dan penguasaan lokasi-lokasi tersebut akan menjamin keamanan dan pertahanan bagi pangkalan utama Jepang di Rabaul, Britania Baru. Staf Umum Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang menerima proposal Inoue dan merencanakan operasi-operasi lanjutan. Dalam operasi lanjutan, lokasi-lokasi yang diusulkan Inoue akan dijadikan pangkalan militer pendukung dalam usaha berikutnya merebut Kaledonia Baru, Fiji, dan Samoa yang bila berhasil akan memutuskan jalur komunikasi dan perbekalan antara Australia dan Amerika Serikat.[9]

Pada April 1942, angkatan laut dan angkatan darat menyusun rencana yang diberi nama Operasi MO. Menurut rencana ini, Port Moresby akan diserang dari laut dan harus dapat diamankan sebelum 10 Mei 1942. Rencana yang sama juga mencantumkan pengambilalihan Tulagi pada 2-3 Mei 1942. Angkatan Laut akan menjadikan Tulagi sebagai pangkalan bagi pesawat amfibi yang akan menyerang teritori dan tentara Sekutu di Pasifik Selatan. Setelah Operasi MO selesai disusun, angkatan laut menyusun rencana lain untuk Operasi RY yang bertujuan merebut Nauru dan Kepulauan Banaba yang kaya dengan fosfat pada 15 Mei 1942. Operasi RY akan dilancarkan memakai kapal-kapal yang berpangkalan di lokasi yang telah direbut dalam operasi MO. Operasi militer berikutnya yang disebut Operasi FS bertujuan merebut Fiji, Samoa, dan Kaledonia Baru, dan akan disusun setelah operasi MO dan RY selesai. Pada Maret 1942 pesawat-pesawat Sekutu yang berpangkalan di kapal induk dan di darat menyerang kapal-kapal perang Jepang yang melakukan invasi ke kawasan Lae-Salamaua dan mengakibatkan kerugian bagi Jepang. Oleh karena itu, Inoue meminta Armada Gabungan untuk mengirimkan kapal induk sebagai perlindungan dari udara bagi kekuatan militer Jepang dalam Operasi MO. Inoue terutama menyatakan kecemasannya terhadap pesawat pengebom Sekutu yang berpangkalan di Townsville dan Cooktown, Australia. Kedua pangkalam militer Sekutu tersebut berada di luar jangkauan pesawat pengebom Jepang yang berpangkalan di Rabaul dan Lae.[10]

 
Shigeyoshi Inoue, komandan Armada IV Angkatan Laut Kekaisaran Jepang

Komandan Armada Gabungan Jepang, Laksamana Isoroku Yamamoto secara bersamaan menyusun operasi militer untuk bulan Juni 1942 yang dimaksudkan agar kapal-kapal induk Amerika Serikat yang belum hancur di Pearl Harbor masuk perangkap dan bertemu dengan armadanya dalam pertempuran menentukan di Samudra Pasifik dekat Atol Midway. Sebagai dukungannya terhadap Operasi MO, Yamamoto mengerahkan beberapa kapal perang besar, termasuk dua kapal induk, satu kapal induk ringan, sebuah divisi kapal penjelajah, dan dua divisi kapal penjelajah, serta menunjuk Inoue sebagai komandan armada.[11]

Reaksi Sekutu

Selama bertahun-tahun tanpa diketahui Jepang, Bagian Keamanan Komunikasi, Kantor Komunikasi Angkatan Laut Amerika Serikat telah berhasil menembus sandi komunikasi Jepang. Hingga Maret 1942, Amerika Serikat telah berhasil menguraikan 15% dari kode Ro atau Buku Kode D Angkatan Laut (disebut sandi JN-25B oleh Amerika Serikat) yang dipakai Angkatan Laut Kekaisaran Jepang untuk kira-kira setengah dari komunikasi yang dilakukannya. Hingga akhir April 1942, militer Amerika Serikat sudah dapat membaca 85% dari sinyal yang ditransmisikan memakai kode Ro.[12]

Pada Maret 1942, Amerika Serikat untuk pertama kalinya menangkap pesan Jepang yang menyebut soal Operasi MO. Amerika Serikat pada 5 April menangkap sandi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang ditujukan ke sebuah kapal induk dan kapal-kapal perang berukuran besar lainnya yang sedang menuju kawasan operasi Inoue. Pada 13 April, Inggris menguraikan sandi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang memberi tahu Inoue tentang Divisi Kapal Induk Kelima yang terdiri dari kapal induk Shōkaku dan Zuikaku sedang menuju armada Inoue, diberangkatkan dari Formosa melewati pangkalan utama AL Kekaisaran Jepang di Truk. Pihak Inggris meneruskan pesan ini kepada pihak Amerika Serikat berikut kesimpulan mereka bahwa Port Moresby kemungkinan besar adalah target Operasi MO.[13]

Komandan baru Sekutu di Pasifik yang baru diangkat, Laksamana Chester Nimitz dan para staf membahas tentang pesan Jepang yang bocor dan sepakat pihak Jepang mungkin sedang memulai operasi besar-besaran di Pasifik Barat Daya pada awal Mei dan kemungkinan Port Moresby merupakan target. Sekutu menganggap Port Moresby sebagai pangkalan kunci untuk serangan balasan yang dipimpin Douglas MacArthur terhadap kekuatan militer Jepang di kawasan Pasifik. Staf Laksamana Nimitz juga menyimpulkan kemungkinan operasi militer Jepang mencakup serangan udara dari kapal induk terhadap pangkalan Sekutu di Samoa dan Suva. Setelah berkonsultasi dengan Panglima Tertinggi Armada Amerika Serikat Laksamana Ernest King, Nimitz memutuskan untuk melawan Jepang dengan cara mengerahkan seluruh kapal induk (empat kapal induk) armada Pasifik ke Laut Koral. Pada 27 April, pesan-pesan Jepang yang berhasil ditangkap pihak intelijen Amerika Serikat memastikan sebagian besar rincian dan target Operasi MO and RY.[14]

 
Frank Jack Fletcher, komandan Gugus Tugas 17 Amerika Serikat.

Pada 29 April 1942, Nimitz mengeluarkan perintah memberangkatkan empat kapal induk bersama kapal-kapal perang pendukung menuju Laut Koral. Di bawah komando Laksamana Muda Fletcher, Gugus Tugas 17 (TF17) terdiri dari kapal induk Yorktown dengan kawalan tiga kapal penjelajah dan empat kapal perusak, serta dukungan logistik dari dua kapal tanker sudah berada di Pasifik Selatan. Dukungan logistik diberangkatkan dari Tongatabu pada 27 April, dan sudah menuju ke Laut Koral. Gugus Tugas 11 (TF11) di bawah komando Laksamana Muda Aubrey Fitch terdiri dari kapal induk Lexington yang dikawal dua kapal penjelajah dan lima kapal perusak sudah berada di antara Fiji dan Kaledonia Baru. Gugus Tugas 16 (TF16) terdiri dari dua kapal induk, Enterprise dan Hornet berada di bawah komando Laksamana Madya William F. Halsey. Mereka baru tiba di Pearl Harbor setelah dipakai dalam Serangan Doolittle di Pasifik tengah sehingga tidak diberangkatkan karena tidak akan sampai tepat waktu di Pasifik Selatan untuk turut serta dalam pertempuran. Nimitz menunjuk Fletcher sebagai komandan armada laut Sekutu di kawasan Pasifik Selatan hingga Halsey tiba bersama TF16.[15] Walaupun kawasan Laut Koral masih di bawah komando MacArthur, Fletcher dan Halsey sewaktu berada di kawasan Laut Koral diperintahkan untuk langsung melapor ke Nimitz, dan bukan ke MacArthur.[16]

Berdasarkan lalu lintas radio dari TF16 yang berhasil ditangkap ketika mereka sedang kembali ke Pearl Harbor, Jepang mengasumsikan semua kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat sedang berada di Pasifik tengah, kecuali satu kapal induk yang sedang berada di Pearl Harbor. Jepang tidak tahu lokasi kapal-kapal induk sisanya, namun tidak mengharapkan kedatangan kapal induk Amerika Serikat hingga Operasi MO mulai berlangsung.[17]

Pertempuran

Persiapan

Sepanjang akhir April, kapal selam Jepang RO-33 dan RO-34 memata-matai kawasan yang akan dijadikan tempat pendaratan tentara Jepang. Kapal-kapal selam Jepang juga memeriksa Kepulauan Rossel dan teluk-teluk di Kepulauan Deboyne yang berada di Gugus Kepulauan Louisiade, Selat Jomard, dan jalur pelayaran ke Port Moresby dari sebelah timur. Setelah tidak menemui satu pun kapal Sekutu, mereka kembali ke Rabaul pada 23 April dan 24 April.[18]

Laksamana Muda Kōsō Abe memimpin invasi Jepang ke Port Moresby dengan mengerahkan 12 kapal angkut yang membawa sekitar 5.000 prajurit dari Detasemen Laut Selatan Angkatan Darat Jepang, ditambah sekitar 500 prajurit dari Pasukan Khusus Pendaratan Angkatan Laut III Kure. Kapal angkut Jepang dikawal Kesatuan Serang Port Moresby yang terdiri dari satu kapal penjelajah ringan dan enam kapal perusak di bawah komando Laksamana Muda Sadamichi Kajioka. Kapal-kapal Abe berangkat dari Rabaul menempuh perjalanan sejauh 840 mil laut (1.556 km) dengan kecepatan 8 knot (15 km/h) menuju Port Moresby pada 4 Mei. Pada hari berikutnya, kapal-kapal Abe bergabung dengan kapal-kapal pengawal di bawah komando Kajioka. Armada Jepang melaju dengan kecepatan 8 knot (15 km/h) dengan rencana transit di Selat Jomard di Louisiade, dan melewati sekitar ujung selatan Pulau Nugini sebelum tiba di Port Moresby pada 10 Mei.[19] Garnisun Sekutu di Port Moresby berjumlah sekitar 5.333 prajurit, namun jumlah pasukan infanteri hanya setengah dari jumlah total, dan semuanya dilengkapi persenjataan yang buruk dan kurang latihan.[20]

 
Peta pertempuran 3 Mei-9 Mei, menunjukan pergerakan kesatuan tempur kedua belah pihak[21]

Ujung tombak invasi ke Tulagi adalah Kesatuan Invasi Tulagi di bawah komando Laksamana Muda Kiyohide Shima. Kesatuan ini terdiri dari dua kapal penyebar ranjau, dua kapal perusak, enam kapal penyapu ranjau, dua kapal pemburu selam, dan satu kapal angkut yang membawa sekitar 400 prajurit dari Pasukan Khusus Pendaratan Angkatan Laut III Kure. Kesatuan Invasi Tulagi didukung oleh Grup Perlindungan yang terdiri dari kapal induk ringan Shōhō, empat kapal penjelajah berat, dan satu kapal perusak di bawah komando Laksamana Muda Aritomo Gotō. Selain itu masih terdapat Kesatuan Perlindungan terpisah (kadang-kadang disebut Grup Pendukung) yang berada di bawah komando Laksamana Muda Kuninori Marumo. Kesatuan Perlindungan terdiri dari dua kapal penjelajah ringan, kapal induk pesawat amfibi Kamikawa Maru, dan tiga kapal meriam yang bergabung dengan Grup Perlindungan untuk memberikan dukungan proteksi jarak jauh bagi tentara yang menyerbu Tulagi. Setelah Tulagi jatuh pada 3 Mei atau 4 Mei, Grup Perlindungan dan Grup Pendukung diposisikan kembali untuk melindungi invasi Port Moresby.[22] Inoue mengatur jalannya Operasi MO dari atas kapal penjelajah Kashima yang juga dinaikinya ketika tiba di Rabaul dari Truk pada 4 Mei.[23]

Kapal-kapal dalam Grup Perlindungan yang dipimpin Gotō diberangkatkan dari Truk pada 28 April, berlayar melalui Kepulauan Solomon antara Kepulauan Bougainville dan Kepulauan Choiseul sebelum diposkan dekat Kepulauan New Georgia. Kapal-kapal dalam Kesatuan Perlindungan yang dipimpin Marumo diberangkatkan dari Irlandia Baru pada 29 April menuju Teluk Thousand Ships, Kepulauan Santa Isabel, sebelum diposkan sebagai pangkalan pesawat amfibi pendukung invasi Tulagi pada 2 Mei. Kesatuan invasi di bawah komando Shima diberangkatkan dari Rabaul pada 30 April.[24]

Kesatuan Serbu Kapal Induk Jepang berintikan kapal induk Zuikaku dan Shōkaku, serta dua kapal penjelajah berat dan enam kapal perusak yang diberangkatkan dari Truk pada 1 Mei. Kesatuan Serbu ini berada di bawah komando Laksamana Madya Takeo Takagi (sebagai kapal komando adalah kapal penjelajah Myōkō) bersama Laksamana Muda Chūichi Hara yang berkedudukan di atas Zuikaku sebagai komandan taktis pesawat kapal induk. Mereka berlayar melewati sisi timur Kepulauan Solomon dan memasuki Laut Koral dari selatan Guadalkanal. Setelah berada di Laut Koral, kapal-kapal induk ditugaskan untuk memberi perlindungan udara bagi pasukan Jepang yang melakukan invasi, menghancurkan kekuatan udara Sekutu di Port Moresby, dan mencegat serta menghancurkan semua kekuatan angkatan laut Sekutu yang memasuki Laut Koral untuk melakukan serangan balasan.[25]

Dalam perjalanan menuju Laut Koral, kapal-kapal induk Takagi ditugaskan untuk mengantar sembilan pesawat tempur Zero ke Rabaul. Namun cuaca buruk selama dua kali usaha mengantarkan pesawat Zero pada 2 Mei dan 3 Mei memaksa pesawat-pesawat tersebut kembali ke kapal induk yang berada di posisi 240 mil laut (444 km) dari Rabaul. Salah satu pesawat Zero bahkan terpaksa mendarat di laut. Setelah dua kali usaha pengantaran gagal, Takagi dalam usaha menjaga jadwal Operasi MO, terpaksa membatalkan usaha pengantaran pesawat Zero. Kapal-kapal diperintahkannya menuju ke Kepulauan Solomon untuk mengisi bahan bakar.[26]

Sebagai pemberi peringatan dini, Jepang telah mengerahkan kapal selam I-22, I-24, I-28, dan I-29 yang membentuk jaringan pengintai sekitar 450 mil laut (833 km) barat daya Guadalkanal. Namun armada Fletcher sudah lewat lebih dulu dan memasuki Laut Koral sebelum kapal-kapal selam Jepang berada di pos masing-masing. Hal ini menyebabkan Jepang tidak tahu akan keberadaan armada Sekutu di bawah komando Fletcher. Satu kapal selam Jepang, I-21 yang dikirim untuk mengintai sekitar Nouméa diserang oleh pesawat-pesawat dari Yorktown pada 2 Mei. I-21 tidak mengalami kerusakan, namun sepertinya tidak sadar bahwa serangan berasal dari pesawat yang berpangkalan di kapal induk. Kapal selam RO-33 dan RO-34 juga dikerahkan sebagai usaha Jepang memblokade Port Moresby, dan tiba di lepas pantai pada 5 Mei. Keduanya tidak bertemu dengan kapal-kapal Sekutu selama pertempuran berlangsung.[27]

 
Kapal induk Yorktown sedang beroperasi di Samudra Pasifik. Foto diambil sebelum Pertempuran Laut Koral dari pesawat TBD1 yang lepas landas dari Yorktown. Sebuah kapal tanker terlihat di latar belakang.

Pagi 1 Mei 1942, Gugus Tugas 17 (TF17) dan Gugus Tugas 11 (TF11) bertemu sekitar 300 mil laut (556 km) barat laut Kaledonia Baru (16°16′S 162°20′E / 16.267°S 162.333°E / -16.267; 162.333).[28] Fletcher dengan segera memerintahkan TF11 untuk mengisi bahan bakar dari tanker Tippecanoe sementara TF17 mengisi bahan bakar dari Neosho. TF17 selesai mengisi bahan bakar pada hari berikutnya, namun TF11 melapor bahwa pengisian bahan bakar tidak akan selesai hingga 4 Mei. Fletcher memilih untuk melayarkan TF17 ke barat laut menuju Gugus Kepulauan Louisiade. Setelah pengisian bahan bakar selesai, TF11 diperintahkan untuk bergabung pada 4 Mei dengan Gugus Tugas 44 (TF44) yang diberangkatkan dari Sydney dan Nouméa. TF44 adalah armada kapal perang gabungan Australia-Amerika Serikat di bawah komando MacArthur, dipimpin oleh Laksamana Muda John Crace dari Australia. Armada gabungan Australia-Amerika Serikat terdiri dari kapal penjelajah HMAS Australia, HMAS Hobart, dan USS Chicago, serta tiga kapal perusak. Setelah selesai mengisi bahan bakar TF11, tanker Tippecanoe berangkat menuju Laut Koral untuk mengantarkan sisa bahan bakar kepada kapal-kapal Sekutu yang ada di Efate.[29]

Tulagi

Dini hari 3 Mei, armada Shima sampai di lepas pantai Tulagi dan mulai mendaratkan pasukan angkatan laut untuk menduduki Pulau Tulagi. Garnisun kecil pasukan komando Austalia dan unit pengintai Angkatan Udara Diraja Australia telah lebih dulu dievakuasi sebelum kedatangan armada Shima. Tulagi dalam keadaan kosong tidak dijaga. Pasukan Jepang segera memulai pembangunan markas komunikasi dan pangkalan pesawat amfibi. Pesawat-pesawat dari Shōhō memberi perlindungan bagi pendaratan pasukan Jepang hingga setelah tengah hari. Sementara itu, armada Gotō berbalik menuju Bougainville untuk mengisi bahan bakar sebelum bertugas memberi perlindungan bagi pendaratan pasukan Jepang di Port Moresby.[30]

Pukul 17.00 tanggal 3 Mei, Fletcher diberi tahu bahwa armada invasi Jepang ke Tulagi sudah terlihat sehari sebelumnya ketika mendekati selatan Kepulauan Solomon. Tanpa diketahui Fletcher, TF11 telah selesai mengisi bahan bakar pada pagi 3 Mei jauh lebih awal dari jadwal semula, dan hanya terpisah sejauh 60 mil laut (111 km) di sebelah timur TF17. Walaupun demikian, TF11 tidak dapat melaporkan statusnya karena Fletcher memerintahkan periode pengheningan radio. TF17 mengubah arah dan melaju dengan kecepatan 27 knot menuju Guadalkanal sebelum melancarkan serangan udara terhadap pasukan Jepang di Tulagi pada pagi berikutnya.[31]

 
Pesawat-pesawat SBD dari Yorktown kembali ke kapal induk setelah menyerang armada Jepang di pelabuhan Tulagi.

Pada 4 Mei 1942, dari posisi 100 mil laut (185 km) di selatan Guadalkanal (11°10′S 158°49′E / 11.167°S 158.817°E / -11.167; 158.817), total 60 pesawat dari Gugus Tugas 17 (TF17) melancarkan tiga serangan udara berturut-turut ke armada Shima di lepas pantai Tulagi. Pesawat-pesawat yang berpangkalan di Yorktown mengejutkan kapal-kapal Shima dan menenggelamkan kapal perusak Kikuzuki (09°07′S 160°12′E / 9.117°S 160.200°E / -9.117; 160.200) dan tiga kapal penyapu ranjau, merusakkan empat kapal-kapal lainnya, serta menghancurkan empat kapal amfibi yang memberi perlindungan bagi pendaratan pasukan. Pihak Amerika Serikat kehilangan satu pesawat pengebom tukik dan dua pesawat tempur, namun semua awak pesawat akhirnya diselamatkan. Setelah pesawat-pesawatnya kembali pada senja 4 Mei, TF17 mengundurkan diri ke selatan. Walaupun mengalami kerusakan akibat serangan pesawat-pesawat dari kapal induk, pembangunan pangkalan pesawat amfibi diteruskan oleh Jepang dan misi-misi pesawat pengintai diberangkatkan dari Tulagi pada 6 Mei.[32]

Armada Serbu Kapal Induk Jepang di bawah komando Takagi sedang mengisi bahan bakar di 350 mil laut (648 km) utara Tulagi ketika menerima berita adanya serangan dari armada Fletcher pada 4 Mei. Takagi memerintahkan pengisian bahan bakar dihentikan, dan mengubah haluan ke tenggara. Ia juga mengerahkan pesawat-pesawat pengintai untuk mencari kapal-kapal induk Amerika Serikat di sebelah timur Solomon. Kapal-kapal pengintai tidak menemukan apa-apa karena memang kapal-kapal Sekutu tidak berada di kawasan tersebut.[33]

Pencarian lewat udara dan keputusan penting

Pukul 08.16 tanggal 5 Mei, TF17 bertemu dengan TF11 dan TF44 di titik pertemuan yang sudah ditentukan sebelumnya, 320 mil laut (593 km) selatan Guadalkanal (15°S 160°E / 15°S 160°E / -15; 160). Pada kira-kira saat yang bersamaan, empat pesawat tempur F4F Wildcat dari Yorktown mencegat pesawat pengintai Kawanishi Tipe 97 dari Skuadron Udara Yokohama yang bergabung dengan Skuadron Tempur 25 (Dai Nijūgo Kōkū Sentai) di Kepulauan Shortland. Pesawat Kawanishi Tipe 97 tersebut ditembak jatuh 11 mil laut (20 km) dari Gugus Tugas 11. Pesawat tersebut tidak mengirimkan pesan radio sebelum jatuh, namun tidak pernah kembali ke pangkalan udara Jepang sehingga diperkirakan jatuh akibat tembakan pesawat Amerika yang berasal dari kapal induk.[34]

Sebuah pesan dari Pearl Harbor memberi tahu Fletcher bahwa intelijen radio telah menguraikan sandi Jepang tentang rencana mereka mendaratkan pasukan di Port Moresby pada 10 Mei, dan kapal-kapal induk Jepang kemungkinan akan berada di dekat konvoi yang melakukan invasi. Berbekal informasi tersebut, Fletcher memerintahkan TF17 untuk mengisi bahan bakar dari tanker Neosho. Setelah selesai mengisi bahan bakar pada 6 Mei, Fletcher berencana melayarkan armadanya ke utara ke arah Gugus Kepulauan Louisiade untuk bertempur pada 7 Mei.[35]

 
Awak darat pesawat di atas dek landasan kapal induk Zuikaku pada 5 Mei.

Sementara itu, armada kapal induk Takagi berlayar ke sisi timur Kepulauan Solomon sepanjang hari tanggal 5 Mei, berganti haluan ke barat untuk melewati selatan San Cristobal (Makira), dan memasuki Laut Koral setelah melewati antara Guadalkanal dan Kepulauan Rennell pada dini hari 6 Mei. Takagi mulai mengisi bahan bakar untuk kapal-kapalnya di 180 mil laut (333 km) barat Tulagi untuk mempersiapkan pertempuran antarkapal induk yang ia perkirakan bakal terjadi hari berikutnya.[36]

Pada 6 Mei, Fletcher menggabungkan TF11 dan TF44 menjadi TF17. Pengisian bahan bakar terus dilakukan armada Fletcher yang yakin kapal-kapal induk Jepang masih berada di utara dekat Bougainville. Sepanjang hari, patroli pesawat pengintai dari kapal-kapal induk Amerika gagal menemukan satu pun kapal dari armada Jepang karena mereka berada di luar jarak jangkauan pesawat pengintai.[37]

Pukul 10.00 tanggal 6 Mei, kapal pengintai amfibi Kawanishi dari Tulagi melihat armada TF17 dan melapor ke markas. Laporan diterima Takagi pada pukul 10.50. Ketika itu, armada Takagi berada kira-kira 300 mil laut (556 km) di utara armada Fletcher, hampir di luar jarak jangkauan maksimum pesawat-pesawat di kapal induk. Kapal-kapal Takagi masih mengisi bahan bakar dan belum siap tempur. Takagi mengambil kesimpulan berdasarkan laporan pesawat pengintai bahwa TF17 sedang menuju ke selatan dan makin menjauh dari armada Jepang. Selain itu, armada Fletcher dinaungi awan tebal sehingga Takagi dan Hara memperkirakan pesawatnya akan sulit menemukan kapal-kapal induk Amerika Serikat. Takagi mengerahkan dua kapal induk dengan kawalan dua kapal penjelajah di bawah komando Hara untuk berlayar menuju armada TF17 dengan kecepatan 20 knot (23 mph; 37 km/h) agar dapat berada di posisi serang ketika ufuk mulai terang pada hari berikutnya, dan kapal-kapal Jepang yang lain sudah selesai mengisi bahan bakar.[38]

Pesawat pengebom B-17 Amerika Serikat yang berpangkalan di Australia beberapa kali diberangkatkan ke Port Moresby untuk menyerang pasukan invasi Jepang, termasuk kapal-kapal perang Gotō sepanjang hari 6 Mei, namun tidak berhasil mengenai sasaran. Melalui radio, markas MacArthur memberitakan kepada Fletcher hasil serangan pesawat pengebom dan lokasi-lokasi pasukan invasi Jepang. Laporan pilot pesawat di bawah komando MacArthur yang melihat sebuah kapal induk (Shōhō) sekitar 425 mil laut (787 km) barat laut armada TF17 meyakinkan Fletcher tentang keberadaan armada kapal induk Jepang yang membantu kesatuan invasi Jepang.[39]

 
Peta animasi Pertempuran Laut Koral 6-8 Mei 1942.

Pukul 18.00 tanggal 6 Mei, Gugus Tugas 17 (TF17) selesai mengisi bahan bakar. Fletcher memerintahkan tanker Neosho yang dikawal kapal perusak Sims untuk pindah ke pos lain jauh ke selatan di (16°S 158°E / 16°S 158°E / -16; 158). TF17 kemudian mengubah haluan ke barat laut menuju Kepulauan Rossel di Louisiade. Tanpa diketahui kedua belah pihak, kapal-kapal induk mereka hanya terpisahkan 70 mil laut (130 km) satu sama lainnya pada pukul 20.00 malam itu. Pada pukul 20.00 (13°20′S 157°40′E / 13.333°S 157.667°E / -13.333; 157.667), armada di bawah pimpinan Hara mengubah haluan untuk bertemu dengan armada Takagi yang sudah selesai mengisi bahan bakar dan sedang menuju ke arah armada Hara.[40]

Larut malam 6 Mei atau dini hari 7 Mei, Kamikawa Maru selesai menyiapkan pangkalan kapal amfibi di Kepulauan Deboyne yang dimaksudkan untuk memberi perlindungan udara bagi pasukan invasi Jepang ketika mereka mendekati Port Moresby. Sisa Kesatuan Perlindungan di bawah pimpinan Marumo berada di pos dekat Kepulauan D'Entrecasteaux dengan maksud melindungi konvoi kapal-kapal Abe yang segera tiba.[41]

Pertempuran kapal induk, hari pertama

Serangan pagi

Pada 06.25 tanggal 7 Mei, armada TF17 berada 115 mil laut (213 km) selatan Kepulauan Rossel. Pada waktu yang bersamaan, Fletcher menugaskan Grup Tugas (TG) 17.3 yang terdiri dari kapal penjelajah dan kapal perusak di bawah komando Crace untuk menutup Selat Jomard. Fletcher sadar kapal-kapal Crace akan bertugas tanpa perlindungan udara karena pesawat-pesawat dari kapal induk TF17 akan sibuk mencari dan menyerang kapal-kapal induk Jepang. Penugasan kapal-kapal perang Crace ke Selat Jomard berarti mengurangi pertahanan antipesawat bagi kapal induk Fletcher. Namun demikian, Fletcher memutuskan perlu mengambil risiko untuk memastikan pasukan invasi Jepang agar tidak lolos mendarat ke Port Moresby sementara dia sibuk bertempur dengan kapal-kapal induk Jepang.[42]

Fletcher memperkirakan armada kapal induk Takagi berada di suatu lokasi dekat Kepulauan Louisiade, di sebelah utara dari tempatnya berada. Yorktown diperintahkannya untuk mengerahkan 10 pesawat pengebom tukik SBD mulai pukul 06.19 pagi untuk mencari kapal-kapal Jepang. Sementara itu, Takagi yang berada kira-kira 300 mil laut (556 km) sebelah timur Fletcher (13°12′S 158°05′E / 13.200°S 158.083°E / -13.200; 158.083) memberangkatkan 12 pesawat pengebom Tipe 97 pada pukul 06.00 sebagai pesawat pencari kapal-kapal TF17. Hara memperkirakan kapal-kapal Fletcher berada di selatan dan menyarankan Takagi untuk mengerahkan pesawat pencari ke kawasan tersebut. Hampir pada saat yang bersamaan, kapal-kapal penjelajah Gotō yang terdiri dari Kinugasa dan Furutaka memberangkatkan empat pesawat amfibi Kawanishi E7K2 Tipe 94 sebagai pesawat pencari di kapal-kapal Amerika Serikat di tenggara Kepulauan Louisiade. Beberapa pesawat pencari lainnya diberangkatkan Jepang dari Deboyne, empat Kawanishi Tipe 97 dari Tulagi, dan tiga pesawat pengebom Mitsubishi Tipe 1 dari Rabaul. Kedua belah pihak mempersiapkan pesawat-pesawat di kapal induk masing-masing untuk segera bisa diberangkatkan bila musuh ditemukan.[43]

 
Pesawat pengebom tukik Jepang terbang menuju posisi kapal-kapal induk Amerika Serikat pada 7 Mei.

Pukul 07.22, sebuah pesawat pencari dari kapal induk Shōkaku melapor keberadaan kapal-kapal Amerika Serikat pada 182 derajat 163 mil laut (302 km) dari Takagi. Pukul 07.45, pesawat pencari memberi konfirmasi telah menemukan "satu kapal induk, satu kapal penjelajah, dan tiga kapal perusak." Sebuah pesawat pencari lainnya dari Shōkaku ikut memperkuat laporan sebelumnya.[44] Pesawat-pesawat dari kapal induk Shōkaku sebetulnya telah salah lihat. Mereka mengira kapal tanker Neosho dan kapal perusak Sims sebagai dua kapal induk. Berbekal laporan telah ditemukannya kapal-kapal induk Amerika Serikat, Hara atas persetujuan Takagi, segara meluncurkan semua pesawat-pesawat yang tersedia. Sejumlah 79 pesawat yang terdiri dari 18 pesawat tempur Zero, 36 pengebom tukik Tipe 99, dan 24 pesawat torpedo diberangkatkan dari Shōkaku dan Zuikaku pada pukul 08.00. Pada pukul 08.15 mereka sudah terbang dalam formasi menuju lokasi yang menurut laporan penglihatan ada "kapal induk" Amerika Serikat.[45]

Pukul 08.20, salah satu pesawat pengintai dari Furutaka menemukan kapal induk Fletcher, dan segera melaporkannya ke markas Inoue di Rabaul yang kemudian diteruskan ke Takagi. Laporan penglihatan adanya kapal induk Amerika Serikat dikonfirmasi oleh pesawat amfibi dari Kinugasa pada pukul 08.30. Takagi dan Hara keduanya dibingungkan oleh laporan penglihatan yang saling bertentangan. Mereka memutuskan untuk terus menyerang kapal-kapal yang berada di selatan, sementara mengubah haluan kapal-kapal induk mereka ke arah barat laut mendekati lokasi yang dilaporkan pesawat pengintai dari Furutaka.[46] Dari laporan yang saling bertentangan, Takagi dan Hara berkesimpulan ada dua gugus kapal induk Amerika Serikat yang terpisah.[47]

Pukul 08.15, pesawat SBD dari Yorktown dengan pilot John L. Nielsen melihat armada Gotō membayang-bayangi konvoi invasi. Nielsen membuat kesalahan dalam pesan tersandi, dan mengatakan penglihatannya sebagai "dua kapal induk dan empat kapal penjelajah berat" di 10°3′S 152°27′E / 10.050°S 152.450°E / -10.050; 152.450, 225 mil laut (417 km) sebelah barat laut armada TF17.[48] Fletcher berkesimpulan armada kapal induk utama Jepang sudah ditemukan. Semua pesawat yang ada diberangkatkan dari kapal induk untuk menyerang. Pukul 10.13, sejumlah 93 pesawat Amerika Serikat sudah berada di udara untuk memulai serangan ke armada Jepang. Mereka terdiri dari 18 pesawat tempur Wildcat, 53 pesawat pengebom tukik SBD, dan 22 pesawat pengebom torpedo TBD Devastator. Pukul 10.19, Nielsen mendarat dan menyadari kesalahan kode pesan yang dikirimkannya. Walaupun Shōhō ada di dalam armada Gotō, Nielsen mengira dia hanya melihat dua kapal penjelajah dan empat kapal perusak. Namun pada pukul 10.12, Fletcher menerima laporan dari tiga B-17 Angkatan Darat Amerika Serikat tentang adanya 10 kapal angkut dan 16 kapal perang di 10°35′S 152°36′E / 10.583°S 152.600°E / -10.583; 152.600, tepatnya di 30 mil laut (56 km) sebelah selatan lokasi penglihatan yang dilaporkan oleh Nielsen. Pesawat-pesawat B-17 sebenarnya melihat kapal-kapal yang sama seperti dilihat Nielsen, kapal induk Shōhō, kapal-kapal penjelajah Gotō, ditambah pasukan invasi ke Port Moresby. Percaya dengan penglihatan awak B-17 yang telah menemukan armada kapal induk Jepang, Fletcher mengarahkan serangan udaranya menuju target.[49]

 
Neosho (tengah atas) dibiarkan terbakar dan tenggelam perlahan-lahan setelah diserang pesawat-pesawat pengebom tukik Jepang.

Pukul 09.15, pesawat-pesawat Takagi yang sampai di lokasi hanya melihat Neosho dan Sims, dan mencari-cari kapal induk Amerika Serikat. Akhirnya pada pukul 10.51, pesawat pencari dari Shōkaku sadar telah salah mengenali tanker dan kapal perusak sebagai kapal induk. Takagi sekarang sadar kapal-kapal induk Amerika sudah berada di tengah-tengah antara armadanya dan konvoi invasi. Pasukan invasi Jepang berada dalam bahaya. Takagi memerintahkan pesawat-pesawatnya segera menyerang Neosho dan Sims lalu pulang ke kapal induk secepat mungkin. Pukul 11.15, pengebom torpedo dan pesawat tempur membatalkan misi, dan kembali ke kapal-kapal induk mereka sementara 36 pesawat pengembom tukik menyerang dua kapal Amerika Serikat.[50]

Empat pengebom tukik menyerang Sims dan sisanya menjadikan Neosho sebagai sasaran. Tiga buah bom tepat mengenai kapal perusak Sims yang pecah jadi dua, dan langsung tenggelam dengan menewaskan semua awak. Dari 192 awak hanya 14 yang selamat. Neosho terkenal 7 bom. Salah satu pengebom tukik terkena tembakan antipesawat dan menghujam ke tanker Neosho. Setelah rusak berat dan mesin mati, Neosho dibiarkan terapung-apung dan tenggelam perlahan di (16°09′S 158°03′E / 16.150°S 158.050°E / -16.150; 158.050). Sebelum semua sistem mati, Neosho masih sempat memberitahukan telah diserang kepada Fletcher lewat radio, dan berada dalam keadaan gawat. Namun rincian selanjutnya tentang siapa dan apa yang menyerang Neosho tidak diterima karena terganggunya transmisi radio. Neosho juga salah memberikan koordinat posisinya (16°25′S 157°31′E / 16.417°S 157.517°E / -16.417; 157.517).[51]

Pesawat penyerang Amerika Serikat melihat kapal induk Shōhō dalam jarak dekat di timur laut Kepulauan Misima pada pukul 10.40 dan mulai menyerang. Kapal induk Jepang dilindungi oleh enam pesawat tempur Zero dan dua pesawat tempur Tipe 96 yang terbang sebagai patroli udara bersenjata, sementara pesawat-pesawat lainnya sedang disiapkan di dekat bawah untuk menyerang kapal induk Amerika Serikat. Kapal induk Shōhō dikelilingi kapal-kapal penjelajah dalam formasi berlian, masing-masing dengan jarak 3.000 yard (2.743 m) hingga 5.000 yard (4.572 m).[52]

 
Shōhō sedang dibom dan ditorpedo oleh pesawat-pesawat kapal induk Amerika Serikat.

Penyerang pertama, skuadron Lexington yang dipimpin Letnan Kolonel William B. Ault menghantam Shōhō dengan dua bom seberat 1.000-pon (454 kg) dan lima torpedo hingga menyebabkan kerusakan parah. Pada pukul 11.00 skuadron Yorktown menyerang Shōhō yang sudah terbakar dan hampir tidak bergerak lagi. Mereka menjatuhkan 11 bom atau lebih seberat 1.000-pon (454 kg) dan paling sedikit dua torpedo lagi. Shōhō hancur dan tenggelam pada pukul 11.35 (10°29′S 152°55′E / 10.483°S 152.917°E / -10.483; 152.917). Cemas akan kedatangan serangan udara lainnya, Gotō menarik mundur kapal-kapalnya ke arah utara, namun memerintahkan kapal perusak Sazanami untuk kembali memunguti awak yang selamat. Hanya 203 dari 834 awak kapal induk Shōhō yang selamat. Tiga pesawat Amerika Serikat jatuh dalam serangan, termasuk dua SBD dari Lexington dan satu dari Yorktown. Total 18 pesawat yang dibawa Shōhō hilang tetapi tiga pesawat tempur patroli udara bersenjata berhasil mendarat darurat di laut dekat Deboyne dan selamat. Pukul 12.10, pesan dikirim ke TF17 tentang keberhasilan misi, pilot SBD dari Lexington dan komandan skuadron Robert E. Dixon mengatakan "Scratch one flat top! Signed Bob."[53]

Operasi siang hari

Pesawat-pesawat Amerika Serikat pulang dan sudah mendarat di kapal induk masing-masing pada pukul 13.38. Pada pukul 14.20, pesawat-pesawat tadi sudah dipersenjatai kembali dan siap diberangkatkan untuk menyerbu Kesatuan Invasi Jepang ke Port Moresby atau kapal-kapal penjelajah Gotō. Walaupun demikian, Fletcher masih cemas tentang keberadaan kapal-kapal induk Jepang yang lainnya. Ia mendapat berita bahwa sumber-sumber intelijen Sekutu memperkirakan paling sedikit ada empat kapal induk Jepang yang dikerahkan dalam Operasi MO. Fletcher berkesimpulan hari akan mulai gelap untuk memulai serangan pada saat kapal-kapal pengintainya dapat menemukan kapal-kapal induk Jepang yang lain. Oleh karena itu, serangan lain untuk hari itu diputuskannya untuk ditunda. Ia memutuskan terus berlayar di bawah lindungan awan tebal sementara pesawat-pesawat tempur terus dipersiapkan untuk bertahan. Fletcher mengubah haluan TF17 ke barat daya.[54]

Setelah menerima berita tentang karamnya Shōhō, Inoue memerintahkan konvoi invasi untuk mengundurkan diri sementara ke utara. Takagi yang pada saat itu berlokasi di 225 mil laut (417 km) timur TF17 diperintahkannya untuk menghancurkan kapal induk Amerika Serikat. Ketika konvoi invasi sedang mengubah haluan, delapan pesawat B-17 Angkatan Darat Amerika Serikat datang menjatuhkan bom-bom, namun tidak mengenai sasaran. Gotō dan Kajioka diperintahkan untuk menyiapkan kapal-kapal mereka di selatan Kepulauan Rossel untuk pertempuran laut malam hari bila kapal-kapal Amerika Serikat muncul dalam jarak tempur.[55]

Pukul 12.40, pesawat amfibi Jepang yang berpangkalan di Deboyne melihat dan melaporkan armada Crace berada di posisi 175 derajat, 78 mil laut (144 km) dari Deboyne. Pukul 13.15, sebuah pesawat Jepang dari Rabaul melihat armada Crace, namun menyampaikan laporan yang salah. Menurut pesawat dari Rabaul, armada Crace terdiri dari dua kapal induk dan berada di posisi 205 derajat, 115 mil laut (213 km) dari Deboyne. Berbekal laporan tersebut, Takagi yang masih menunggu kembalinya pesawat-pesawat yang menyerang Neosho, mengubah haluan kapal ke barat pada pukul 13.30. Takagi memberitakan Inoue pada pukul 15.00 bahwa kapal-kapal induk Amerika Serikat berada paling tidak 430 mil laut (796 km) di sebelah barat posisinya, dan armadanya tidak dapat menyerang pada hari itu.[56]

 
HMAS Australia (tengah) dan TG17.3 sedang bertahan dari serangan udara, 7 Mei 1942.

Dua kelompok pesawat penyerang dari Rabaul yang sudah mengudara sejak pagi hari itu dikerahkan staf Inoue untuk menuju ke posisi kapal-kapal Crace dilaporkan berada. Kelompok pertama terdiri dari 12 pengebom Tipe 1 dilengkapi torpedo. Kelompok kedua terdiri dari 19 pesawat serang darat Mitsubishi Tipe 96 yang dipersenjatai dengan bom. Kedua kelompok pesawat tersebut menemukan dan mulai menyerang kapal-kapal Crace pada pukul 14.30. Dalam laporan, mereka mengklaim telah menenggelamkan kapal tempur kelas "California" serta merusakkan sebuah kapal tempur dan sebuah kapal penjelajah. Pada kenyataannya, kapal-kapal Crace tidak ada yang rusak, dan empat pesawat Tipe 1 ditembak jatuh. Beberapa saat kemudian, tiga pesawat B-17 dari Angkatan Darat Amerika Serikat secara tidak sengaja mengebom kapal-kapal Crace, namun tidak menimbulkan kerusakan.[57]

Crace pada pukul 15.26 berbicara melalui radio dengan Fletcher bahwa dirinya tidak dapat menyelesaikan misi tanpa dukungan udara. Crace mengundurkan diri ke arah selatan ke posisi sekitar 220 mil laut (407 km) tenggara Port Moresby agar makin jauh dari jarak jangkauan pesawat Jepang dari darat atau kapal induk, sambil tetap cukup dekat untuk mengadang armada Jepang bergerak meninggalkan Louisiade lewat Selat Jomard atau Selat Cina. Persediaan bahan bakar di kapal-kapal Crace sudah menipis. Setelah Fletcher memerintahkan pengheningan radio, Crace sama sekali tidak tahu posisi, situasi, atau rencana Fletcher.[58]

Tidak lama selepas pukul 15.00, Zuikaku menangkap pesan (yang tidak benar) dari pesawat pengintai yang berpangkalan di Deboyne. Menurut berita, armada Crace telah mengubah haluan ke tenggara. Staf Takagi berasumsi pesawat pengintainya sedang membayang-bayangi armada Fletcher dan merasa pasti bila kapal-kapal Sekutu tetap melaju ke tenggara, mereka akan berada di dalam jangkauan pesawat-pesawat Jepang beberapa saat sebelum malam tiba. Takagi dan Hara memutuskan untuk segera menyerang memakai kelompok pesawat terpilih, tanpa kawalan pesawat tempur, walaupun berarti pesawat-pesawatnya baru akan kembali setelah gelap.[59]

Hara berusaha mengonfirmasikan lokasi kapal-kapal induk Amerika Serikat. Pukul 15.15, Hara memberangkatkan delapan pengebom torpedo sebagai pesawat pencari yang menyapu 200 mil laut (370 km) ke arah barat. Sementara itu, pesawat pengebom tukik yang menyerang Neosho mendarat kembali di kapal induk. Enam pilot pengebom tukik yang baru saja tiba diberi tahu bahwa mereka akan segera diberangkatkan kembali untuk misi lain. Hara hanya memilih awak pesawat yang paling berpengalaman. Pukul 16.15, Hara memberangkatkan 12 pengebom tukik dan 15 pesawat torpedo dengan instruksi terbang 277 derajat hingga 280 mil laut (519 km). Kedelapan pesawat pencari terbang hingga 200-mil-laut (370 km) dan berbalik tanpa melihat adanya kapal-kapal Fletcher.[60]

 
James H. Flatley

Pada pukul 17:47, armada TF17 dilindungi naungan awan tebal di posisi 200 mil laut (370 km) sebelah barat armada Takagi mendeteksi pesawat-pesawat Jepang di radar sedang menuju ke arah mereka. Kapal-kapal TF17 mengubah haluan ke tenggara, dan memberangkatkan 11 patroli udara bersenjata Wildcat, termasuk satu pesawat yang diterbangkan oleh James H. Flatley sebagai pencegat. Pesawat-pesawat Jepang begitu terkejut dicegat oleh Wildcat, tujuh pengebom torpedo dan satu pengebom tukik ditembak jatuh. Satu pengebom torpedo rusak berat (dan kemudian jatuh). Sebaliknya hanya tiga Wildcat yang ditembak jatuh.[61]

Setelah menderita kerugian besar akibat serangan Sekutu yang juga mengacaukan formasi kapal-kapal mereka, pimpinan perang Jepang membatalkan misi setelah berunding lewat radio. Pesawat-pesawat Jepang segera membuang persenjataan mereka, dan berbalik arah kembali ke kapal induk. Matahari tenggelam pukul 18.30. Beberapa pengebom tukik Jepang bertemu dengan kapal induk Amerika Serikat di dalam kegelapan sekitar pukul 19.00. Kegelapan membuat mereka tidak sadar sedang mendekati kapal induk musuh. Mereka sempat berputar hendak bersiap untuk mendarat, namun dihalau tembakan antipesawat dari kapal perusak armada TF17. Pada pukul 20.00 armada TF17 dan armada Takagi sudah terpisah sekitar 100 mil laut (185 km). Takagi menyalakan lampu sorot di kapal-kapal perangnya untuk membantu pendaratan 18 pesawat yang selamat. Pada pukul 22.00 semua pesawat telah mendarat dengan selamat.[62]

Sementara itu, Neosho pada pukul 15.18 dan 17.18 masih dapat meradiokan ke TF17 bahwa sedang terbawa arus ke arah barat laut dalam kondisi mulai tenggelam. Koordinat yang diberikan sewaktu Neosho melapor pada pukul 17.18 ternyata salah sehingga menyulitkan usaha penyelamatan. Fletcher lalu diberi tahu satu-satunya pasokan bahan bakar yang terdekat dengannya sudah tamat.[63]

Setelah kegelapan malam mengakhiri operasi pesawat-pesawat pada hari itu, Fletcher memerintahkan TF17 untuk melaju ke barat dan bersiap-siap untuk melancarkan pencarian 360 derajat ketika ufuk mulai terang. Armada Crace juga mengubah haluan ke barat agar berada dalam jangkauan tempur dari Louisiade. Inoue mengontak Takagi dengan perintah agar benar-benar menghancurkan kapal-kapal induk Amerika Serikat pada hari berikutnya, dan menunda pendaratan Port Moresby hingga 12 Mei. Takagi memilih untuk sepanjang malam membawa kapal-kapal induknya 120 mil laut (222 km) ke utara agar dirinya dapat berkonsentrasi pada pagi harinya untuk mencari ke arah barat dan selatan. Selain itu, ia ingin memastikan kapal-kapal induknya dapat memberi dukungan perlindungan bagi konvoi invasi. Gotō dan Kajioka tidak dapat mengirimkan posisi dan koordinat kapal-kapal mereka tepat waktu sehingga tidak dapat melakukan serangan malam ke kapal-kapal perang Sekutu.[64]

Kedua belah pihak berharap untuk dapat bertemu satu sama lainnya pada dini hari berikutnya. Sepanjang malam, para awak mempersiapkan pesawat-pesawat penyerang untuk pertempuran keesokan harinya. Sementara itu, awak pesawat yang kelelahan berusaha untuk tidur beberapa jam. Setelah membaca dokumen Jepang tentang Pertempuran Laut Koral, Laksamana Madya H. S. Duckworth dari Amerika Serikat pada tahun 1972 berkomentar, "Tidak diragukan lagi, 4 Mei 1942 di sekitar Laut Koral, adalah kawasan pertempuran paling membingungkan dalam sejarah dunia."[65] Hara di kemudian hari berkata kepada Panglima Tertinggi Yamamoto, Laksamana Matome Ugaki bahwa dirinya begitu frustrasi dengan "nasib buruk" yang dialami Jepang pada 7 Mei hingga ia merasa ingin berhenti dari angkatan laut.[66]

Pertempuran antarkapal induk, hari kedua

Serangan ke kapal induk Jepang

Pukul 06.15 tanggal 8 Mei, dari posisi di 100 mil (161 km) tenggara Kepulauan Rossel (10°25′S 154°5′E / 10.417°S 154.083°E / -10.417; 154.083), Hara memberangkatkan tujuh pengebom torpedo untuk mencari kapal-kapal Sekutu di posisi 140 hingga 230 derajat di selatan dan diterbangkan hingga 250 mil laut (463 km) dari kapal-kapal induk Jepang. Ikut membantu dalam pencarian, tiga pesawat Kawanishi Tipe 97 dari Tulagi dan empat pengebom Tipe 1 dari Rabaul. Tepat pukul 07.00, armada kapal induk Jepang mengubah haluan ke barat daya untuk bergabung dengan dua kapal penjelajah Gotō, Kinugasa dan Furutaka sebagai tambahan perlindungan. Kapal-kapal konvoi invasi, kapal-kapal Gotō, dan kapal-kapal Kajioka melaju menuju titik pertemuan di 40 mil laut (74 km) sebelah timur Kepulauan Woodlark untuk menunggu hasil pertempuran antarkapal induk. Malam itu, zona frontal hangat berikut awan rendah menggantung yang pada 7 Mei ikut menyembunyikan kapal-kapal perang Amerika Serikat, sudah pergi ke utara dan timur untuk memayungi kapal-kapal induk Jepang. Visibilitas di lokasi kapal-kapal induk Jepang antara 2 mil (3 km) dan 15 mil (24 km).[67]

 
Yorktown (tampak depan) dan Lexington sedang menyiapkan pemberangkatan pesawat ketika matahari terbit 8 Mei.

Pada pukul 06.35, armada TF17 di bawah kendali taktis Laksamana Muda Fitch sedang berada di posisi 180 mil laut (333 km) tenggara Lousiade ketika memberangkatkan 18 pesawat SBD untuk melakukan pencarian 360 derajat hingga jarak 200 mil laut (370 km). Langit sebagian besar cerah di atas kapal-kapal induk Amerika dengan visibilitas 17 mil laut (31 km).[68]

Pukul 08.20, pesawat SBD yang diterbangkan Joseph G. Smith menemukan kapal-kapal induk Jepang melalui sebuah lubang di tengah awan dan menyampaikannya ke TF17. Dua menit kemudian, kapal pencari dari Shōkaku yang dikepalai Kenzō Kanno melihat TF17 dan memberi tahu Hara. Armada kedua belah pihak hanya terpisah sekitar 210 mil laut (389 km). Kedua pihak berlomba memberangkatkan pesawat-pesawat penyerang.[69]

Pukul 09.15, kapal-kapal induk Jepang melancarkan serangan gabungan yang terdiri dari 18 pesawat tempur, 33 pengebom tukik, 18 pesawat torpedo di bawah komando Mayor Kakuichi Takahashi. Kedua kapal induk Amerika masing-masing melancarkan serangan terpisah. Kelompok penyerang dari Yorktown yang terdiri dari enam pesawat tempur, 24 pengebom tukik, dan 9 pesawat torpedo sudah mengudara pada pukul 09.15. Kelompok penyerang dari Lexington terdiri dari sembilan pesawat tempur, 15 pengebom tukik, dan 12 pesawat torpedo yang lepas landas pukul 09.25. Kapal-kapal induk dari kedua belah pihak melaju dengan kecepatan penuh untuk memperpendek jarak terbang yang harus ditempuh pesawat-pesawat mereka ketika pulang.[70]

Pesawat-pesawat pengebom tukik dari Yorktown di bawah pimpinan William O. Burch sampai di kapal-kapal induk Jepang pada pukul 10.32, namun melambatkan pesawat menanti kedatangan skuadron torpedo yang terbang lebih lambat. Mereka bermaksud melakukan serangan secara simultan. Pada waktu itu, Shōkaku dan Zuikaku terpisah kira-kira 10.000 yard (9.144 m). Namun Zuikaku tersembunyi oleh hujan deras tiba-tiba yang dibawa awan rendah menggantung. Kedua kapal induk dilindungi oleh 16 pesawat tempur Zero yang bertugas sebagai patroli udara bersenjata. Pesawat-pesawat pengebom tukik dari Yorktown memulai serangan terhadap Shōkaku pada pukul 10.57. Shōkaku melakukan manuver drastis, namun dihantam dua bom 1.000-pon (454 kg) yang merobekkan bangunan di atas dek bagian depan kapal dan menyebabkan kerusakan berat di dek hanggar dan dek landasan. Pesawat-pesawat torpedo dari Yorktown menembakkan semua torpedo yang dibawa namun tanpa hasil. Dua pengebom tukik Amerika Serikat dan dua Zero ditembak jatuh ketika serangan terjadi.[71]

 
Kapal induk Shōkaku sedang terbakar dan melakukan manuver mendadak untuk mengelak serangan udara. Foto diambil dari atas pesawat Amerika Serikat.

Pesawat-pesawat dari Lexington tiba dan menyerang pada pukul 11.30. Dua pengebom tukik menyerang Shōkaku, menghantam kapal induk ini dengan 1.000-pon (454 kg) dan makin memperparah kerusakan. Dua pengebom tukik mengincar Zuikaku, namun luput. Pengebom tukik sisanya dari Lexington tidka berhasil menemukan kapal-kapal induk Jepang di bawah awan tebal. Pengebom torpedo dari Lexington melepaskan 11 buah torpedo yang tidak satu pun mengenai sasaran. Tiga belas pesawat Zero yang sedang berpatroli menembak jatuh tiga Wildcat.[72]

Setelah dek landasan rusak berat serta 233 awak tewas dan luka, Shōkaku tidak lagi dapat beroperasi. Nakhoda Takaji Joshima meminta izin dari Takagi dan Hara untuk meninggalkan pertempuran, dan Takagi setuju. Pukul 12.10, Shōkaku dikawal dua kapal perusak menarik diri ke arah timur laut.[73]

Serangan ke kapal induk Amerika Serikat

Pukul 10.55. radar CXAM-1 di Lexington mendeteksi pesawat-pesawat Jepang dalam jarak 68 mil laut (126 km), dan mengutus sembilan Wildcat untuk mencegat. Setelah memperkirakan pengebom torpedo Jepang terbang di ketinggian rendah, enam Wildcat terbang menjadi terbang terlalu rendah hingga tidak menemukan pesawat-pesawat Jepang yang terbang di atas mereka.[74] Akibat pesawatnya banyak yang jatuh pada malam sebelumnya, Jepang tidak dapat melancarkan serangan torpedo secara penuh. Mayor Shigekazu Shimazaki, komandan pesawat torpedo, mengerahkan 14 pengebom torpedo untuk menyerang Lexington dan empat pesawat untuk menyerang Yorktown. Satu pesawat Wildcat menembak jatuh satu pesawat torpedo Jepang, dan 8 pesawat SBD dari Yorktown menghancurkan tiga pesawat torpedo Jepang ketika sedang menurunkan ketinggian hingga posisi serang. Empat SBD ditembak jatuh oleh Zero yang mengawal pesawat torpedo.[75]

 
Lexington (tengah kanan) terbakar ketika sedang diserang pesawat-pesawat Jepang. Dipotret dari pesawat Jepang.

Serangan Jepang ke kapal-kapal induk Amerika Serikat dimulai pukul 11.13. Kedua kapal induk terpisah 3.000 yard (2.743 m). Kapal-kapal yang mengawal menembakkan meriam antipesawat. Empat pesawat torpedo menyerang Yorktown namun semuanya luput. Pesawat torpedo sisanya menerapkan taktik militer gerakan menjepit terhadap Lexington yang memiliki radius putar lebih besar dari Yorktown. Pada pukul 11:20, Lexington terkena dua torpedo Type 91. Torpedo pertama menghantam tanki penyimpanan avgas di lambung kiri. Tanpa dideteksi, uap avgas menyebar ke kompartemen sekelilingnya. Torpedo kedua melubangi sistem air utama di lambang kiri hingga mengurangi tekanan air di tiga ruang api depan dan menyebabkan masing-masing boiler mati. Walaupun demikian, Lexington masih dapat berlayar dengan kecepatan 24 knot (28 mph; 44 km/h) menggunakan boiler yang tersisa. Empat pesawat torpedo Jepang ditembak jatuh oleh meriam antipesawat.[76]

Sejumlah 33 pengebom tukik Jepang memutar untuk menyerang dari arah angin bertiup, dan tidak mulai menukik dari ketinggian 14.000 kaki (4.267 m) hingga tiga atau empat menit setelah pesawat torpedo membuka serangan. Sembilan belas pengebom tukik dari Shōkaku di bawah komando Takahashi mengincar Lexington, sementara 14 pengebom tukik di bawah komando Tamotsu Ema mengincar Yorktown. Pesawat-pesawat Zero melindungi pesawat-pesawat Takahashi dari serangan empat pesawat Wildcat dari Lexington. Dua Wildcat yang terbang memutar di atas Yorktown dapat menggangu formasi pengebom tukik pimpinan Ema. Pesawat pengebom pimpinan Takahashi merusakkan Lexington dengan dua bom yang mengenai sasaran, serta beberapa lainnya yang hampir luput. Kebakaran terjadi di Lexington, namun berhasil dikuasai pada pukul 12.33. Pada pukul 11.27, dek landasan Yorktown terkena satu bom seberat 250-kilogram (551 pon) yang merupakan bom penembus perisai. Bom menembus hingga empat lapis dek sebelum meledak dan menyebabkan kerusakan struktur serius di ruang penyimpanan pesawat. Total 66 awak tewas dan luka berat. Total hingga 12 bom yang hampir luput merusakkan lambung Yorktown di bawah air. Dua pengebom tukik ditembak jatuh oleh pesawat Wildcat ketika serangan berlangsung.[77]

 
Tamotsu Ema, pemimpin pengebom tukik Zuikaku yang merusakkan Yorktown.

Setelah pesawat-pesawat Jepang menyelesaikan serangan, mereka mulai ditarik mundur, dan yakin telah menyebabkan kerusakan fatal di kedua kapal induk. Dalam perjalanan pulang, mereka meladeki sekelompok pesawat Wildcat dan SBD. Dalam duel udara tersebut, tiga SBD dan tiga Wildcat ditembak jatuh, sementara Jepang kehilangan tiga pengebom torpedo, satu pengebom tukik, dan satu Zero. Pada pukul 12.00, pesawat-pesawat penyerang kedua belah pihak sudah dalam perjalanan pulang ke kapal induk masing-masing. Dalam perjalanan pulang, kedua belah pihak saling berpapasan. Duel udara kembali terjadi. Pesawat yang dipiloti Kanno dan Takahashi ditembak jatuh, dan keduanya tewas.[78]

Akhir pertempuran

Pesawat-pesawat penyerang pulang dan mendarat di kapal induk masing-masing antara pukul 12.30 dan 14.30. Walaupun mengalami kerusakan, Yorktown dan Lexington keduanya masih dapat dipakai mendarat oleh pesawat-pesawat yang kembali. Selama pendaratan, karena berbagai alasan, pihak Amerika Serikat harus kehilangan lagi lima pesawat SBD, dua pesawat TBD, dan sebuah Wildcat. Sementara itu, Jepang kehilangan dua pesawat Zero, lima pengebom tukik, dan satu pesawat torpedo. Empat puluh enam dari 69 pesawat Jepang kembali dengan selamat, dan mendarat di Zuikaku. Namun di antaranya, tiga pesawat Zero, empat pengebom tukik, dan lima pesawat torpedo dinyatakan rusak parah hingga tidak mungkin diperbaiki, dan segera dibuang ke laut.[79]

Setelah TF17 mendapatkan kembali semua pesawatnya, Fletcher menimbang-nimbang situasi. Pilot-pilot yang baru pulang melapor bahwa mereka telah membuat sebuah kapal induk Jepang rusak berat, namun satu kapal induk lainnya dapat menghindari dari kerusakan. Fletcher memahami bahwa kedua kapal induknya menderita kerugian besar. Skuadron-skuadron udara yang dimilikinya juga kehilangan banyak sekali pesawat. Bahan bakar juga menjadi masalah dengan tenggelamnya Neosho. Pukul 14.22, Fitch memberi tahu Fletcher bahwa ia menerima laporan tentang dua kapal induk Jepang yang tidak rusak, dan fakta ini didukung oleh intersepsi radio. Percaya bahwa dirinya sedang menghadapi kapal-kapal induk Jepang yang lebih unggul, Fletcher memutuskan untuk menarik mundur TF17 dari pertempuran. Fletcher meradiokan ke MacArthur perkiraan posisi kapal-kapal induk Jepang. Ia juga menyarankan agar MacArthur menyerang kapal-kapal induk Jepang dengan pesawat pengebom yang berpangkalan di darat.[80]

Sekitar pukul 14.30, Hara memberi tahu Takagi bahwa hanya ada 24 pesawat Zero, delapan pengebom tukik, dan empat pesawat torpedo yang operasional. Takagi cemas bahan bakar kapal makin menipis. Bahan bakar kapal penjelajah tersisa 50%, sementara bahan bakar di kapal perusaknya hanya tersisa 20%. Pukul 15.00, Takagi memberitakan Inoue tentang keberhasilan pesawat-pesawat Jepang menenggelamkan dua kapal induk Amerika Serikat, Yorktown dan kapal induk kelas "Saratoga," tetapi kerugian besar dalam bentuk pesawat-pesawat yang hancur menyebabkan dirinya tidak dapat meneruskan memberi perlindungan udara untuk invasi. Inoue akhirnya memerintahkan konvoi invasi untuk kembali ke Rabaul karena sebelumnya pesawat pengintai Inoue juga sudah melihat kapal-kapal Crace pada hari itu. Operasi MO ditundanya hingga 3 Juli 1942, dan memerintahkan armadanya untuk berkumpul di timur laut Kepulauan Solomon untuk memulai Operasi RY. Zuikaku dan kapal-kapal pengawalnya mengubah haluan ke arah Rabaul, sementara Shōkaku dipulangkan ke Jepang.[81]

 
Lexington sedang terbakar dan ditinggalkan para awaknya.

Di atas Lexington, semua api telah dipadamkan grup pengendali kerusakan, dan kapal induk ini kembali ke kondisi siap beroperasi. Namun pada pukul 12.47, percikan dari motor listrik yang tidak dijaga menyulut uap bensin di dekat pos kontrol pusat kapal. Ledakan yang terjadi menewaskan 25 orang awak, dan menimbulkan api besar. Sekitar pukul 14.42, sebuah ledakan besar lainnya terjadi, dan menimbulkan api kedua yang dahsyat. Ledakan ketiga terjadi pukul 15.25, dan pada pukul 15.38, awak kapal Lexington mulai meninggalkan kapal pada pukul 17.07. Setelah menyelamatkan para awak kapal, termasuk Fitch dan nakhoda kapal induk Frederick C. Sherman, kapal perusak Phelps pada pukul 19.15 menembakkan lima torpedo ke Lexington yang sedang terbakar untuk menghabisinya. Lexington tenggelam di kedalaman laut 2.400 fathom pada pukul 19.52 (15°15′S 155°35′E / 15.250°S 155.583°E / -15.250; 155.583). Dua ratus enam belas dari total 2.951 awak kapal induk Lexington tewas terbawa ke dasar samudra beserta 36 pesawat. Phelps dan kapal-kapal perang lain yang mengawal Lexington segera meninggalkan lokasi untuk bergabung dengan Yorktown dan kapal-kapal pengawalnya. Mereka berangkat pada pukul 16:01, dan TF17 mengundurkan diri ke barat daya. Pada malam itu, MacArthur memberitakan kepada Fletcher bahwa delapan dari pesawat B-17 miliknya telah menyerang konvoi invasi, dan sekarang sedang mengundurkan diri ke arah barat laut.[82]

Pada malam itu, Crace membebastugaskan Hobart yang sudah dalam keadaan kritis bahan bakar. Bersama kapal perusak Walke yang memiliki masalah mesin, keduanya berlayar menuju Townsville. Crace tidak sengaja mendengar laporan radio bahwa konvoi invasi musuh telah dipulangkan kembali. Namun, Crace tidak mengetahui Fletcher sudah menarik mundur kapal-kapalnya, dan terus melakukan patroli bersama kapal-kapal TG17.3 di Laut Koral untuk mencegah pasukan invasi Jepang meneruskan rencana menyerbu ke Port Moresby.[83]

Pascapertempuran

Pada 9 Mei, TF17 mengubah haluan ke timur dan keluar dari Laut Koral melalui rute selatan Kaledonia Baru. Nimitz memerintahkan Fletcher untuk mengembalikan Yorktown ke Pearl Harbor secepat mungkin setelah mengisi bahan bakar di Tongatabu. Sepanjang hari itu, pesawat pengebom Angkatan Darat Amerika Serikat menyerang Deboyne dan Kamikawa Maru, namun kerusakan yang ditimbulkan tidak diketahui. Sementara itu, Crace yang tidak mendapat berita apa pun dari Fletcher menyimpulkan TF17 telah meninggalkan lokasi pertempuran. Pukul 01.00 tanggal 10 Mei, setelah tidak mendapat berita lebih lanjut tentang pergerakan kapal-kapal Jepang menuju Port Moresby, Crace berputar menuju Australia dan tiba di Cid Harbor, 130 mil laut (241 km) utara Townsville pada 11 Mei.[84]

Pada pukul 22.00 tanggal 8 Mei, Yamamoto memerintahkan kapal-kapal Inoue untuk berbalik, menghancurkan sisa kapal-kapal Sekutu, dan menyelesaikan invasi ke Port Moresby. Inoue tidak membatalkan penarikan mundur konvoi invasi, namun memerintahkan Takagi dan Gotō untuk mengejar sisa kapal-kapal Sekutu di Laut Koral. Persediaan bahan bakar kapal-kapal perang Takagi sudah kritis, dan menghabiskan hampir sepanjang hari 9 Mei mengisi bahan bakar dari tanker Tōhō Maru. Larut malam 9 Mei, Takagi dan Gotō berlayar ke tenggara, dan lalu ke barat daya menuju Laut Koral. Pesawat-pesawat amfibi dari Deboyne membantu Takagi mencari armada TF17 pada pagi 10 Mei. Namun kapal-kapal Fletcher dan Crace sudah meninggalkan lokasi. Pukul 13.00 tanggal 10 Mei, Takagi berkesimpulan musuh sudah pergi dan memutuskan untuk kembali ke Rabaul. Yamamoto setuju dengan keputusan Takagi dan memerintahkan Zuikaku kembali ke Jepang untuk dilengkapi kembali dengan pesawat-pesawat. Pada saat yang bersamaan, Kamikawa Maru juga meninggalkan Deboyne.[85] Pada siang 11 Mei, satu pesawat PBY Angkatan Laut Amerika Serikat yang sedang berpatroli dari Nouméa melihat Neosho sedang terapung-apung di (15°35′S 155°36′E / 15.583°S 155.600°E / -15.583; 155.600). Pada hari itu juga, kapal perusak Amerika Serikat Henley bertindak dan menyelamatkan 109 awak Neosho dan 14 awak Sims yang selamat, dan lalu menenggelamkan Neosho dengan tembakan torpedo.[86]

Pada 10 Mei, Operasi RY dinyatakan berakhir. Setelah kapal penyebar ranjau Okinoshima yang dijadikan kapal komando ditenggelamkan oleh kapal selam Amerika Serikat S-42 pada 12 Mei (05°06′S 153°48′E / 5.100°S 153.800°E / -5.100; 153.800), pendaratan pasukan ditunda hingga 17 Mei. Sementara itu, armada TF16 di bawah pimpinan Halsey mencapai Pasifik Selatan dekat Efate, dan pada 13 Mei berlayar ke utara untuk mencegat kapal-kapal Jepang yang mendekati Nauru dan Kepulauan Ocean. Setelah mendapat laporan intelijen tentang operasi berikutnya Armada Gabungan Jepang ke Midway, Nimitz pada 14 Mei memerintahkan Halsey untuk memastikan pesawat pengintai Jepang dapat melihat kapal-kapal Halsey pada hari berikutnya. Nimitz setelah itu segera kembali ke Pearl Harbor. Pada 10.15 tanggal 15 Mei, pesawat pengintai Kawanishi dari Tulagi melihat TF16 di 445 mil laut (824 km) timur Kepulauan Solomon. Gerak tipu kapal-kapal Halsey berhasil. Setelah mencemaskan serangan udara kapal induk Amerika Serikat terhadap pasukan invasi Jepang, Inoue segera membatalkan Operasi RY. Kapal-kapal diperintahkannya untuk kembali ke Rabaul dan Truk. Pada 19 Mei, TF16 yang kembali ke kawasan Efate untuk mengisi bahan bakar, dan berbelok menuju Pearl Harbor. TF16 tiba di Pearl Harbor pada 26 Mei, sementara Yorktown tiba pada hari berikutnya.[87]

 
Kerusakan di haluan kapal Shōkaku dan dek landasan depan.

Shōkaku tiba di Kure, Jepang, pada 17 Mei. Dalam perjalanan, kapal induk ini hampir terbalik akibat kerusakan yang diderita selama pertempuran. Zuikaku tiba di Kure pada 21 Mei, setelah berhenti sebentar di Truk pada 15 Mei. Berbekal sinyal intelijen, Amerika Serikat mengerahkan delapan kapal selam di sepanjang rute yang diperkirakan akan dilewati kapal-kapal induk Jepang sewaktu kembali ke Jepang. Namun, kapal-kapal selam tersebut tidak berhasil melakukan serangan. Staf Umum Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memperkirakan perlu waktu dua hingga tiga bulan untuk memperbaiki Shōkaku dan melengkapi kembali skuadron udaranya. Oleh karena itu, Shōkaku dan Zuikaku keduanya tidak dapat ikut serta dalam operasi Yamamoto yang berikutnya di Midway. Shōkaku dan Zuikaku bergabung kembali dengan Armada Gabungan pada 14 Juli dan berperan utama dalam pertempuran antarkapal induk yang berikutnya melawan Amerika Serikat. Lima kapal selam kelas I yang mendukung Operasi MO dialihkan untuk mendukung penyerangan ke Pelabuhan Sydney tiga minggu kemudian sebagai bagian dari usaha mengganggu jalur logistik Sekutu. Dalam perjalanan ke Truk, I-28 terkena tembakan torpedo dari kapal selam Amerika Serikat Tautog dan tenggelam berikut semua awaknya.[88]

Catatan kaki

  1. ^ Total pesawat di masing-masing kapal induk Amerika Serikat pada pagi 7 Mei: Lexington: 35 pengebom tukik SBD, 12 pengebom torpedo TBD, 19 pesawat tempur F4F3; Yorktown: 35 SBD, 10 TBD, 17 F4F3 (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 190).
  2. ^ Kapal-kapal perang yang lebih kecil terdiri dari 5 kapal penyapu ranjau, 2 kapal penyebar ranjau, 2 kapal pemburu selam, dan tiga kapal meriam. Total pesawat di masing-masing kapal induk Jepang: Shōkaku: 21 pengebom tukik Aichi D3A Tipe 99 "kanbaku", 19 pengebom torpedo Nakajima B5N Tipe 97 "kankō", 18 pesawat tempur A6M2 Zero; Zuikaku- 21 kankō, 22 kanbaku, 20 pesawat tempur Zero; Shōhō: 6 kankō, 4 pesawat tempur Mitsubishi A5M Tipe 96, 8 pesawat Zero (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 188; Millot, p. 154.) Cressman (p. 93) menyatakan Shōhō membawa 13 pesawat tempur tanpa merinci jumlah untuk masing-masing jenis. Dalam artikel ini dipakai jumlah menurut Lundstrom.
  3. ^ Wilmott (1983), p. 286; Crave, p. 449; Gillison, pp. 518–519. Yorktown kehilangan 16 pesawat sementara Lexington kehilangan 51 pesawat, termasuk 33 SBD, 13 TBD, dan 21 F4F. Satu pesawat patroli maritim PBY milik Royal Australian Air Force (RAAF) hilang pada 4 Mei dan sebuah pesawat yang sama pada 6 Mei (Gillison).
  4. ^ Total awak pesawat kapal induk yang tewas: Yorktown: 14, Lexington: 21. Total awak kapal perang yang tewas: Lexington: 216, Yorktown: 40, Sims: 178, Neosho: 175, dan Chicago: 2 (Phillips; ONI, pp. 25–45). Total awak 2 pesawat PBY yang hilang milik RAAF: 10.
  5. ^ Lundstrom, Guadalcanal Campaign, p. 92; Wilmott (1983), p. 286; Millot, p. 160. Rincian pesawat kapal induk yang hancur: 19 Zero, 19 kanbaku, dan 31 kankō. Millot menambahkan dua pesawat patroli maritim Kawanishi H6K, lima pesawat pengebom Mitsubishi G4M (Tipe 1), tiga pesawat amfibi kecil, dan 87 pesawat kapal induk hancur.
  6. ^ Total awak yang tewas di masing-masing kapal perang: awak pesawat kapal induk: 90, Shōhō: 631, Shōkaku: 108, pasukan invasi Tulagi 87, dan sekitar 50 tewas dalam H6K, Tipe 1, dan pesawat amfibi kecil yang jatuh/hancur (Peattie, pp. 174–175; Gill, p. 44; Tully, "IJN Shoho" and "IJN Shokaku").
  7. ^ Parker, p. 3, Millot, pp. 12–13.
  8. ^ Murray, pp. 169–195; Willmott (1982), p. 435; Willmott (2002), pp. 3–8; Millot, pp. 12–13; Henry, p. 14; Morison, p. 6.
  9. ^ United States Army Center of Military History (USACMH) (Vol II), p. 127; Parker, p. 5; Frank, pp. 21–22; Willmott (1983), pp. 52–53, Willmott (2002), pp. 10–13; Hayashi, pp. 42–43; Dull, p. 122–125; Millot, pp. 24–27; D'Albas, pp. 92–93; Henry, pp. 14–15; Morison, p. 10; Parshall, pp. 27–29. Senshi Sōshō tidak menyebutkan peran Inoue dalam keputusannya menginvasi Port Moresby, dan hanya menyebutnya sebagai produk kesepakatan antara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada Januari 1942 (Bullard, p. 49).
  10. ^ Gill, p. 39, Hoyt, pp. 8–9; Willmott (2002), pp. 12–13 & 16–17; Hayashi, pp. 42–43 & 50–51; Dull, pp. 122–125; Millot, pp. 27–31; Lundstrom (2006), p. 138; Bullard, p. 50; Parshall, pp. 27–29 & 31–32. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sepakat untuk menunggu hingga operasi militer menduduki Midway dan Kepulauan Aleut selesai sebelum mulai menyerang Fiji dan Samoa (Hayashi, p. 50). Dalam Senshi Sōshō ditulis bahwa pasukan Angkatan Laut Jepang akan merebut Kepulauan Samarai untuk mengamankan Selat Cina hingga ke Louisiade (Bullard, p. 56).
  11. ^ Jersey, p. 57, Willmott (2002), pp. 16–17, Dull, pp. 122–124; Lundstrom (2006), pp. 121–122; D'Albas, p. 94; Morison, p. 11; Parshall, pp. 57–59. Kapal induk Kaga awalnya dikerahkan untuk membantu Operasi MO, namun digantikan oleh Divisi Kapal Induk V pada 12 April setelah Inoue mengeluh bahwa satu kapal induk tidak cukup (Lundstrom and Parshall).
  12. ^ Parker, pp. 20–22; Willmott, (2002), pp. 21–22; Parshall, p. 60. Untuk alasan yang tidak diketahu, AL Kekaisaran Jepang menunda penggantian sandi seperti dijadwalkan pada 1 April menjadi 1 Mei, dan kemudian 27 Mei 1942. (Wilmott, pp. 21–22; Lundstrom (2006), p. 119). Amerika Serikat mengoperasikan Unit Radio Armada di Washington, D.C., Pearl Harbor, dan bersama Australia di Melbourne. (Prados, pp. 300–303).
  13. ^ Prados, p. 301.
  14. ^ Parker, p. 24; Prados, pp. 302–303; Hoyt, p. 7; Willmott (2002), pp. 22–25; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 167; Cressman, p. 83; Millot, pp. 31–32; Lundstrom (2006), pp. 121–122, 125, & 128–129; Henry, pp. 14–15; Holmes, pp. 69–72; Morison, pp. 11–13; Parshall, pp. 60–61; Crave, p. 447. Stasiun penangkapan radio Inggris berada di Colombo, Sri Lanka (Lundstrom). Intelijen Amerika Serikat salah memahami pesan (sebagian karena kesalahan transliterasi aksara untuk nama kapal induk), kapal induk Shōhō yang membawa 84 pesawat dikira sebagai kapal induk baru, Ryūkaku yang tidak diketahui sebelumnya (Holmes, p. 70). Prajurit Jepang yang dijadikan tawanan perang setelah tertangkap di Pertempuran Midway memberi tahu Amerika Serikat cara yang benar membaca aksara kanji untuk nama kapal induk tersebut, dan mengidentifikasi kapal tersebut sebagai kapal induk ringan (Lundstrom and Morison, p. 11). Jepang juga sepertinya belum menyusun sandi untuk beberapa kepulauan di Gugusan Kepulauan Louisiade. Oleh karena itu, nama-nama pulau ditransmisikan dalam katakana tanpa disandikan, sehingga pihak Amerika Serikat makin mudah mengerti maksud pesan rahasia tersebut (Holmes, p. 65). Menurut Parker (pp. 22–23), MacArthur menolak untuk percaya siaran radio intelijen tentang Operasi MO dan tidak mengakui Jepang sedang berusaha menginvasi Port Moresby hingga pesawat pengintainya benar-benar melihat kapal-kapal Jepang sedang menuju Louisiade dan Papua Nugini pada minggu pertama Mei 1942.
  15. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 135–153, 163–167, Willmott (2002), pp. 25–26; Hoyt, pp. 15–19; Cressman, pp. 83–84; Millot, pp. 32–34; Lundstrom (2006), pp. 126–127; Henry, p. 15. Lexington tiba kembali di Pearl Harbor pada 26 Maret 1942 setelah beroperasi di Laut Koral bersama Yorktown, dan diberangkatkan pada 15 April untuk mengangkut 14 pesawat tempur Brewster Buffalo milik United States Marine Corps bersama para pilotnya ke Atol Palmyra. Setelah muatan diantar, TF11 pada 18 April diperintahkan untuk menuju Fiji dan kemudian ke Kaledonia Baru untuk bertemu dengan TF17 (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 135 & 163–166). Setibanya TF16 di kawasan Laut Koral, Halsey akan mengambil alih komando ketiga gugus tugas. (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 167). TF17 terdiri dari kapal induk Yorktown, kapal penjelajah Astoria, Chester, dan Portland, ditambah kapal perusak Hammann, Anderson, Perkins, Morris, Russell, dan Sims, serta kapal tanker Neosho dan Tippecanoe. Nakhoda Yorktown bernama Elliott Buckmaster. TF11 terdiri dari kapal penjelajah Minneapolis dan New Orleans, serta kapal perusak Phelps, Dewey, Aylwin, dan Monaghan (Wilmott 1983, p. 189). TF16 berangkat dari Pearl Harbor pada 30 April (Lundstrom).
  16. ^ Willmott (1983), pp. 185–186.
  17. ^ Willmott (2002), pp. 25–26; Lundstrom (2006), p. 139; Spector, p. 157.
  18. ^ Hashimoto (1954), p. 54; Hackett dan Kingsepp "RO-33" and "RO-34".
  19. ^ Bullard, p. 65, Hoyt, p. 8, Dull, pp. 124–125; D'Albas, p. 110; Gill, p. 42; Jersey, p. 58; Hayashi, pp. 50–51; Lundstrom (2006), p. 138; Cressman, p. 93; D'Albas, p. 94; Bullard, p. 147. Detasemen Laut Selatan berada di bawah komando Mayor Jenderal Tomitarō Horii (Pusat Sejarah Angkatan Darat Amerika Serikat (USACMH) (Vol 1), p. 47). Senshi Sōshō hanya mencantumkan sembilan kapal angkut berikut nama-nama kapal (Bullard, pp. 56–57). Konvoi yang berangkat dari Rabaul terdiri dari 11 kapal angkut, namun bertambah pada hari berikutnya dengan bergabungnya sebuah kapal angkut yang secara khusus dilengkapi senjata antipesawat untuk melindungi diri dari serangan udara. (Bullard).
  20. ^ McCarthy, pp. 82, 112; Willmott (1983), p. 143. McCarthy tidak mencantumkan jumlah secara persis, tetapi mengatakan 1.000 prajurit, termasuk satu batalion infanteri berada di Port Moresby pada Desember 1941, dan dua batalion tambahan tiba pada bulan berikutnya. Willmott (p. 143) menyatakan tambahan 4.250 prajurit tiba pada 3 Januari 1942, dan membuat kekuatan garnisun Port Moresby menjadi tiga batalion infanteri, satu batalion artileri medan, dan meriam-meriam antipesawat.
  21. ^ USACMH (Vol 1), p. 48.
  22. ^ Jersey, pp. 58–60; Dull, p. 124.
  23. ^ Millot, p. 37; Lundstrom (2006), p. 147.
  24. ^ Hoyt, p. 7, Dull, pp. 124–125; Wilmott (2002), p. 38; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 188; Lundstrom (2006), p. 143. Satu pesawat Zero yang berpangkalan di kapal induk Shōhō mendarat darurat di laut pada 2 Mei dan Tamura Shunichi pilotnya tewas. Lundstrom (2006) menyatakan pangkalan pesawat amfibi Jepang di Santa Isabel berada di Teluk Thousand Ships, dan bukan di Teluk Rekata (p. 138) seperti dilaporkan oleh sumber-sumber lain.
  25. ^ Tully, "IJN Shokaku"; Gill, pp. 40–41; Dull, pp. 124–125; Millot, pp. 31 & 150; Lundstrom (2006), p. 138 & 145; D'Albas, p. 94; Gillison, p. 526; Willmott (1983), pp. 210–211. Kesatuan Serbu Kapal Induk mulanya dikerahkan untuk melakukan serangan udara mendadak ke pangkalan-pangkalan udara Sekutu di Coen, Cooktown, dan Townsville, Australia, namun serangan-serangan udara ini kemudian dibatalkan oleh Inoue setelah kapal-kapal induk Takagi memasuki Kepulauan Solomon (Lundstrom).
  26. ^ Wilmott (2002), p. 38–39; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 187; Lundstrom (2006), pp. 140–145. Sembilan pesawat Zero tersebut dimaksudkan untuk Skuadron Udara Tainan yang berpangkalan di Lapangan Udara Vunakanau. Tujuh pesawat pengebom torpedo Nakajima B5N memandu pilot-pilot Zero ketika kembali ke kapal induk. Sumber-sumber tidak menyebutkan apakah pilot Zero yang mendarat di laut dapat ditemukan.
  27. ^ Gill, p. 40; Wilmott (2002), p. 39; Cressman, pp. 84–86; Lundstrom (2006), pp. 139 & 144; Hashimoto (1954), p. 54; Morison, p. 22; Hackett and Kingsepp "RO-33" and "RO-34". Fletcher mengerahkan kapal perusak Anderson dan Sims untuk mencari kapal selam Jepang. Keduanya kembali pada pagi berikutnya (3 Mei) tanpa menemukan kapal selam (Lundstrom 2006, p. 144). I-27 bersama I-21 ditugaskan mengintai laut di sekitar Nouméa sepanjang Operasi MO berlangsung (Hackett, "IJN Submarine I-28").
  28. ^ Morison, p. 20.
  29. ^ Office of Naval Intelligence (ONL), p. 3; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 167; Cressman, p. 84; Woolridge, p. 37; Millot, pp. 41–43; Pelvin; Dull, p. 126; Lundstrom (2006), pp. 141–144. Kapal perusak dalam TF44 terdiri dari USS Perkins, USS Walke, dan USS Farragut. Chicago dan Perkins diberangkatkan dari Nouméa sementara kapal-kapal lainnya diberangkatkan dari Australia. TF44 dulunya dikenal sebagai Skuadrom ANZAC dan dulunya berada di bawah komando MacArthur dan dipimpin oleh Laksamana Muda Herbert Fairfax Leary dari Amerika Serikat. (Lundstrom (2006), p. 133; Morison, p. 15; Gill, p. 34). Laksamana Muda Crace lebih senior dibandingkan Fletcher (lebih dulu menjabat Laksamana Muda), namun Dewan Angkatan Laut Persemakmuran Australia sepakat untuk memenuhi permintaan Raja bahwa armada kapal induk Sekutu harus beroperasi di bawah komando perwira Amerika Serikat. (Lundstrom (2006), p. 133). Kedua kapal tanker membawa total 153.000 barel. TF11 dan TF17 menghabiskan sekitar 11.400 barel per hari dalam kecepatan jelajah normal (15 knot (28 km/h)) (Lundstrom (2006), p. 135). Kapal perusak Worden menemani Tippecanoe hingga Efate (ONI, p. 11).
  30. ^ Jersey, p. 60; Wilmott (2002), p. 38; Lundstrom (2006), pp. 144–145; D'Albas, pp. 95–96; Hata, p. 58.
  31. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 168; Dull, pp. 126–127; Jersey, p. 62; Cressman, p. 86; Gill, p. 43; Hoyt, p. 20; Parker, p. 27; Millot, pp. 43–45; Lundstrom (2006), pp. 144–146. Perintah pendiaman radio dilakukan untuk membantu menutupi keberadaan pasukan dari pengetahuan musuh. Cressman menyatakan keberadaan armada Shima sudah diketahui pesawat Angkatan Darat Amerika Serikat yang berpangkalan di Australia dari Darwin, Glencurry, dan Townsville (Cressman, p. 84). namun Lundstrom mengatakan keberadaan armada Jepang pertama kali dilaporkan intelijen coastwatchers di Kepulauan Solomon. Morison (p. 24) berspekulasi bahwa Fitch seharusnya berusaha memberi tahu statusnya kepada Fletcher dengan memakai pesan yang diantar pesawat terbang.
  32. ^ Lundstrom (2006), pp. 146–149; Brown, p. 62, Hoyt, pp. 21–31; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 168–178; Jersey, p. 63; Cressman, p. 87–94; Millot, pp. 45–51; Dull, pp. 127–128; Morison, pp. 25–28; Nevitt, "IJN Kikuzuki"; Hackett, "IJN Seaplane Tender Kiyokawa Maru". Pesawat-pesawat yang dioperasikan Yorktown pada waktu itu terdiri dari 18 pesawat tempur F4F-3 Wildcat, pesawat pengebom tukik 30 SBD-3, dan 12 pesawat torpedo TBD-1 (Lundstrom and Cressman).
  33. ^ Lundstrom (2006), p. 147; D'Albas, p. 96. Pesawat Angkatan Darat Amerika Serikat dan RAAF melihat armada Gotō beberapa kali pada 4 Mei. Gillison (p. 518) mengatakan bahwa satu pesawat RAAF PBY yang dipiloti Perwira Penerbang Nomran melapor diserang ketika ketika sedang membayang-bayangi armada Gotō dan pesawat tersebut hilang.
  34. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 178–179; Wilmott (2002), pp. 40–41; Hoyt, p. 33; Cressman, pp. 93–94; Woolridge, p. 37; Millot, pp. 51–52; Dull, p. 128; Lundstrom (2006), p. 150; D'Albas, p. 96; Morison, pp. 28–29. Cressman menyatakan Kawanishi diberangkatkan dari Tulagi, tetapi Lundstrom mengatakan pesawat tersebut adalah salah satu dari tiga pesawat yang diberangkatkan dari Kepulauan Shortlands bersama enam pesawat lainnya dari Tulagi (Lundstrom 2006, p. 150). D'Albas mengatakan pesawat itu berasal dari Rabaul.
  35. ^ Wilmott (2002), pp. 40–41; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 178–179; Hoyt, p. 34; Cressman, pp. 94–95; Hoehling, p. 39; Millot, pp. 52–53; Lundstrom (2006), pp. 150–153. Ketika mengisi bahan bakar, Yorktown mengirinkan 7 awak kapal berikut perintah penugasan kembali di Neosho. Empat di antaranya hilang ketika tanker tersebut diserang (Cressman, p. 94–95).
  36. ^ Wilmott (2002), pp. 41–42; Hoyt, pp. 33–34; Lundstrom (2006), p. 139; Dull, pp. 127–128; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 181; Cressman, p. 93; Millot, pp. 51–53; Lundstrom (2006), pp. 147 & 152–153; D'Albas, p. 96; Morison, p. 29. Gotō mengisi bahan bakar kapal penjelajahnya dari tanker Irō di dekat Kepulauan Shortland pada 5 Mei (Morison, p. 29). Pada hari yang sama, Inoue memindahkan empat kapal selam kelas I dari posisi sebelumnya di Laut Koral ke posisi baru 150 mil laut (278 km) timur laut Australia. Tidak satu pun dari keempat kapal selam tersebut ambil bagian dalam pertempuran (Lundstrom 2006, p. 150). Takagi melewati Kepulauan Solomon pada malam hari sehingga patroli pesawat PBY Angkatan Laut Amerika Serikat tidak melihat mereka (Lundstrom). Tanker yang dipakai Takagi adalah Tōhō Maru (Lundstrom).
  37. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 179–181; Hoyt, p. 37; Cressman, pp. 84 & 94–95; Millot, pp. 54–55; Lundstrom (2006), p. 155; Morison, pp. 29–31. Kapal-kapal di bawah komando Fitch disebut Grup Tugas 17.5 dan terdiri dari empat kapal penjelajah dan kapal-kapal induk; kapal-kapal di bawah komando Crace ditunjuk sebagai Grup Tugas 17.3, sementara kapal-kapal perusak dan kapal-kapal penjelajah lainnya (Minneapolis, New Orleans, Astoria, Chester, Portland, dan lima kapal perusak dari Skuadron I Kapal Perusak di bawah komando Kapten Alexander R. Early ditunjuk sebagai Grup Tugas 17.2 di bawah Laksamana Muda Thomas C. Kinkaid (Lundstrom (2006), p. 137).
  38. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 181–182; Hoyt, p. 35; Dull, p. 130; Lundstrom (2006), pp. 155–156.
  39. ^ Hoyt, p. 35; Millot, p. 55; Dull, p. 130; Lundstrom (2006), pp. 155–157; D'Albas, p. 97; Morison, pp. 31–32; Gillison, p. 519. Tiga B-17 dari Port Moresby menyerang kapal-kapal Gōto pada pukul 10.30 (Dull and Lundstrom, 2006). Kapal-kapal Gotō berada di lokasi 90 mil laut (167 km) barat laut Deboyne (D'Albas) untuk melindungi sayap kiri kapal-kapal Abe dan Kajioka. Hackett ("HIJMS Furutaka") menyatakan empat B-17 menyerang kapal penjelajah Gotō ketika sedang mengisi bahan bakar di Kepulauan Shortland, tetapi tidak menimbulkan kerusakan apa-apa. Dari Shōhō diberangkatkan patroli udara bersenjata sebagai perlindungan konvoi invasi hingga matahari tenggelam (Morison, p. 32). Pesawat B-17 berasal dari Grup Bombardemen 19 (Morison, p. 31). Crave (p. 448) dan Gillison (p. 523) menyatakan pesawat pengintai B-17 dan B-25 dari Skuadron Bombardemen 90 memberi tahu Fletcher tentang adanya armada invasi Jepang, termasuk kapal-kapal perang Gotō pada 4 Mei dan 5 Mei, namun Angkatan Laut Amerika Serikat, untuk alasan yang tidak diketahui, tidak memiliki catatan telah menerima laporan penglihatan tersebut. Gillison menyatakan pesawat pengintai PBY dari RAAF di bawah Pimpinan Skuadron G. E. Hemsworth hilang setelah ditembak musuh dekat Louisiade pada 6 Mei.
  40. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 181–182; Hoyt, p. 37; Cressman, pp. 94–95; Millot, p 56. Neosho direncanakan untuk bolak-balik antara dua titik pertemuan yang disebut "Rye" (16°S 158°E / 16°S 158°E / -16; 158) dan "Corn" (15°S 160°E / 15°S 160°E / -15; 160), agar dapat terus memberi tambahan bahan bakar bagi armada TF17 bila diperlukan (Cressman, p. 94 dan Morison, p. 33).
  41. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 181; Hoyt, p. 35; Millot, p. 57; Dull, p. 130; Lundstrom (2006), pp. 154 & 157; Bullard, p. 62; Morison, pp. 31–32. Lundstrom menyatakan ada sebuah kapal lain yang membantu Kamikawa Maru menyiapkan pangkalan Deboyne, tetapi nama kapal tersebut tidak diberikan (Lundstrom 2006, p. 154).
  42. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 189–190 & 206–209; Hoyt, pp. 51–52; Cressman, p. 94; Millot, pp. 62–63; Lundstrom (2006), pp. 161–162; Henry, p. 50; Morison, p. 37. Pada waktu itu, TG17.3 terdiri dari kapal penjelajah Chicago, Australia, dan Hobart, serta kapal perusak Walke, Perkins, dan Farragut. Farragut diambil dari armda pelindung TF17 (Millot and Morison).
  43. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 189–190; Hoyt, pp. 37–38 & 53; Millot, pp. 57–58 & 63; Lundstrom (2006), pp. 159 & 165–166; Morison, pp. 33–34. Ketika itu TF17 memiliki 128 pesawat, sementara Takagi memiliki 111 pesawat yang operasional (Lundstrom 2006, p. 159). Pada hari itu juga, Inoue memerintahkan empat kapal selam kelas I untuk pergi jauh ke selatan dengan maksud mencegat kapal-kapal Sekutu yang berusaha kembali ke Australia seusai pertempuran (Lundstrom 2006, p. 159).
  44. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 190; Cressman, p. 95; Dull, p. 130; Lundstrom (2006), p. 166.
  45. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 190–191; Hoyt, p. 38; Cressman, p. 95; Millot, pp. 58–59; Lundstrom (2006), p. 166. Dalam serangan ini, Shigekazu Shimazaki memimpin armada pesawat pengebom torpedo dari Zuikaku.
  46. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 192–193; Cressman, p. 95; Millot, p. 59; Lundstrom (2006), pp. 166–167; Werneth, p. 67. Cressman melaporkan bahwa pesawat pengintai SBD yang diterbangkan John L. Nielsen menembak jatuh pesawat Aichi E13A dari Deboyne dan menewaskan semua awak pesawat termasuk komandan pesawat Eiichi Ogata. Satu pesawat SBD lainnya yang diterbangkan Lavell M. Bigelow menghancurkan sebuah pesawat E13 dari Furutaka dengan komandan Chuichi Matsumoto.
  47. ^ Bullard, p. 63.
  48. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 193; Hoyt, p. 53; Cressman, p. 95; Dull, p. 131; Millot, pp. 66–69; Lundstrom (2006), pp. 163–164; Henry, p. 54; Morison, p. 40. Sistem sandi SBD terdiri dari sebuah papan yang memiliki pasak dan lubang untuk mengirimkan kode berupa tipe kapal secara cepat. Dalam kasus pesawat Nielsen, papan ternyata tidak dipasang dengan pas (Cressman). Sebagian besar sumber tidak menjelaskan apa yang sebenarnya dilihat oleh Nielsen. Dull mengatakan Nielsen melihat "Armada Pelindung Dekat". Unit kapal-kapal Gotō disebut "Armada Pelindung Jauh" atau "Grup Pelindung", sementara armada Marumo diesebut "Armada Pelindung" or "Grup Pendukung". Millot dan Morison menyatakan Nielsen melihat kapal penjelajah dari armada "Marushige" dan bukan dari armada Gotō. Marushige yang dimaksud mungkin adalah kapal penjelajah dari armada Marumo. Lundstrom (2006) mengatakan Nielsen melihat armada Gotō.
  49. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 193–196; Hoyt, pp. 53–54; Cressman, pp. 95–96; Millot, pp. 66–69; Dull, pp. 131–132; Lundstrom (2006), pp. 165–167; Henry, p. 54; Morison, pp. 40–41. Lundstrom mengatakan penglihatan B-17 berada di lokasi 30 mil (48 km) dari kapal-kapal penjelajah, tetapi Cressman mengatakan 60 mil laut (111 km). USACMH (Vol 1) (p. 47) mengatakan ada 10 pesawat B-17 yang diterbangkan. Pada pukul 11:00, patroli udara bersenjata dari armada TF17 menembak jatuh sebuah Kawanishi Tipe 97 dari Tulagi (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 196–197, Lundstrom 2006, p. 168). Sepuluh F4F, 28 SBD, dan 12 TBD diberangkatkan dari Lexington sementara delapan F4F, 25 SBD, dan 10 TBD berasal dari Yorktown (Cressman and Lundstrom 2006). Pesawat amfibi dari Kinugasa melaporkan telah melihat pemberangkatan serangan udara pesawat-pesawat Amerika Serikat (Lundstrom 2006, p. 167). Setelah melapor tentang apa yang dilihat mereka, tiga pesawat B-17 mengebom Kamikawa Maru di Deboyne tetapi hanya menyebabkan kerusakan kecil (Lundstrom 2006, p. 166).
  50. ^
     
    Pesawat torpedo dari Shōkaku mendarat darurat di laut Karang Indispensible pada 7 Mei 1942, dipotret 9 Juni.
    Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 205–206; Hoyt, pp. 38–39; Cressman, p. 95; Millot, pp. 60–61; Dull, pp. 130–131; Lundstrom (2006), p. 167. Dua pesawat pencari dari Shōkaku yang bertahan lebih lama di atas lokasi target tidak memiliki cukup bahan bakar untuk kembali ke kapal induk dan mendarat di Karang Indispensable. Dua awak pesawat diselamatkan oleh kapal penjelajah Jepang, kemungkinan Ariake (Cressman, p. 92) pada 7 Mei. Ariake melihat dua awak pesawat dari pesawat Yorktown yang menyerang Tulagi sedang terapung-apung di lepas pantai Guadalcanal, tetapi tidak berusaha menangkap mereka (Cressman, p. 92).
  51. ^ ONI, p. 19; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 205–206; Hoyt, pp. 38–50, 71, 218 & 221; Cressman, p. 95; Hoehling, p. 43; Millot, pp. 60–62 & 71; Dull, pp. 130–131; Lundstrom (2006), pp. 164–167; Morison, pp. 34–35. Beberapa sumber, termasuk Hoyt, Millot, dan Morison menyatakan Neosho diserang oleh satu pesawat, lalu tiga atau lebih pengebom horizontal sekitar pukul 09.05 sebelum serangan utama Jepang. Peristiwa yang sebenarnya terjadi, beberapa pesawat torpedo Jepang menjatuhkan pemandu target di dekat tanker sementara armada penyerang terbang mendekat (Lundstrom 2006, p. 167). Pesawat pengebom tukik yang menghujamkan diri ke Neosho dipiloti oleh Sersan II Shigeo Ishizuka dengan Sersan III Masayoshi Kawazoe sebagai penembak belakang/pengamat (Werneth, p. 66). Keduanya tewas. Enam belas awak kapal Sims yang selamat diangkat ke Neosho, namun satu di antaranya tewas tak lama kemudian, dan seorang lagi tewas setelah diselamatkan empat hari kemudian. Nakhoda Sims Willford Hyman tewas dalam serangan. Salah seorang awak kapal Neosho, Oscar V. Peterson mendapat anugerah Medal of Honor secara anumerta atas usahanya menyelamatkan kapal walaupun telah menderita luka parah dan fatal. Pada saat terjadi serangan, awal kapal Neosho berjumlah 288 orang. Dua puluh awal diketahui tewas akibat serangan. Setelah serangan, anak buah kapal menghitung ada 110 awak selamat. Sejumlah 158 awak kapal (termasuk empat perwira) panik dan meninggalkan kapal selama atau beberapa saat setelah serangan dimulai. Di antara para awak Neosho yang terjun ke laut, hanya empat awak yang akhirnya ditemukan kembali, sisanya tewas atau hilang (ONI, pp. 48–53; Phillips, Hoyt, p. 130 & 192–193; Morison, pp. 35–37).
  52. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 197–198 (mengatakan jarak kapal penjelajah hanya 1.500 yard (1.372 m) dari Shōhō); Hoyt, pp. 54–55; Cressman, pp. 96–97; Millot, p. 69; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), pp. 168–169; Henry, pp. 54–56. Shōhō sedang menyiapkan serangan yang terdiri dari lima pesawat pengebom torpedo dan tiga pesawat Zero di dek bawah ketika diserang pesawat Amerika. Tiga pesawat Zero diterbangkan di awal serangan, dan tiga pesawat lainnya diberangkatkan setelah serangan dimulai. Senshi Sōshō, sejarah resmi Kementerian Perang Jepang sepertinya memberi rincian kapal penjelajah Gotō berada 3.000 yard (2.743 m) hingga 5.000 yard (4.572 m) jauhnya dari Shōhō untuk memberi peringatan ke kapal induk bila ada pesawat-pesawat yang datang menyerang, dan bukan untuk memberi dukungan antipesawat (Lundstrom 2006, p. 169 dan formasi kapal-kapal perang Jepang, sketsa pribadi yang dibuat berdasarkan Senshi Sōsho). Doktrin pertahanan kapal induk Jepang pada saat itu mengandalkan pada manuver dan pertahanan dari pesawat-pesawat tempur untuk menghindari serangan udara dan bukan berkonsentrasi kepada tembakan senjata antipesawat dari kapal-kapal pengawal (Lundstrom).
  53. ^
     
    Denah kapal induk Shōhō dan tempat-tempat terkena bom dan torpedo
    Brown, p. 62, Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 198–206; Hoyt, pp. 55–61; Tully, "IJN Shoho"; Cressman, pp. 96–98; Millot, pp. 69–71; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), pp. 168–169; Hata, p. 59; Morison, pp. 41–42; Willmott (2002), p. 43; United States Strategic Bombing Survey, p. 57. Seorang dari awak SBD dari Yorktown yang ditembak jatuh berhasil diselamatkan. Kalimat yang diucapkan Dixon seperti dikutip oleh harian koresponden perang Chicago Tribune Stanley Johnston dalam artikel yang terbit bulan Juni 1942, dan selanjutnya dikutip ulang dalam semua catatan tentang Perang Pasifik. Perwira komando Lexington, Kapten Frederick C. Sherman mengatakan bahwa kata flattop yang menjadi bahasa slang untuk kapal induk pertama kali diciptakan oleh Dixon, perwira komando skuadron VS-2. Dari 203 awak Shōhō yang diselamatkan, 72 di antaranya luka. Izawa Ishinosuke, nakhoda Shōhō selamat. Sazanami adalah kapal perusak pelindung pesawat untuk kapal induk Shōhō. Empat pesawat tempur Zero dan satu pesawat tempur Tioe 96 ditembak jatuh dalam serangan. Dua Zero sisanya dan satu Tipe 96 mendarat darurat di laut dekat Deboyne. Shiro Ishikawa adalah pilot Tipe 96 yang selamat. Salah seorang pilot Zero yang selamat adalah Kenjiro Nōtomi, konadan skuadron tempur Shōhō (Lundstrom).
  54. ^ ONI, p. 17; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 206–207; Hoyt, p. 61; Cressman, pp. 96–97; Millot, pp. 71–72; Lundstrom (2006), p. 170. Personel intelijen Amerika Serikat di Pearl Harbor dan di atas TF17 yakin kapal induk Jepang Kaga dan Kasuga Maru (Taiyō) kemungkinan juga terlibat dalam Operasi MO (Lundstrom 2006, pp. 196–197). Menurut Prados (p. 309), sinyal paran dari pesawat kapal induk Jepang dideteksi oleh unit intelijen radio Yorktown dengan Kapten Forrest R. Baird sebagai pimpinan. Baird kemudian menyatakan dirinya menunjukkan dengan tepat lokasi kapal induk Takagi. Namun Fletcher tidak percaya dengan intelijen setelah diberi tahu unit Lexington di bawah Mayor Ransom Fullinwider tidak mendeteksi adanya sinyal paran Jepang. (Prados).
  55. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 207–208; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), p. 169; Gillison, p. 519.
  56. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 207–208; Hoyt, p. 65; Lundstrom (2006), p. 175. Kapten Hideo Minematsu, komandan pangkalan pesawat amfibi di Deboyne mempelajari semua laporan penglihatan pada hari itu, dan menelaah posisi sebenarnya dari kapal-kapal Crace dan Fletcher. Laporan dikirimnya ke markas pada pukul 14.49. Staf Inoue sepertinya mengabaikan laporan Minematsu (Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 208).
  57. ^ Gill, pp. 49–50; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 208–209; Hoyt, pp. 66–69; Tagaya, pp. 40–41; Millot, pp. 63–66; Pelvin; Lundstrom (2006), pp. 159 & 171–174; Morison, pp. 38–39. Pesawat Tipe 1 dipersenjatai dengan torpedo Tipe 91, dan berasal dari Skuadron Udara IV (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang). Mereka diberangkatkan dari Lapangan Udara Vunakanau pada pukul 09.15 dengan pengawalan 11 pesawat Zero dari Skuadron Udara Tainan yang berpangkalan di Lae, New Guinea (Lundstrom 2006, p. 171). Kemungkinan setelah bahan bakar menipis, pesawat-pesawat Zero berbalik arah dan kembali ke Lae tidak beberapa lama setelah pesawat-pesawat pengebom menyerang kapal-kapal Crace. Pesawat Tipe 96 masing-masing dipersenjatai oleh sepasang bom seberat 250-kilogram (551 pon). Mereka berasal dari Skuadron Udara Genzan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan mulanya ditugaskan untuk mengebom Port Moresby. Keseluruhan pesawat-pesawat tersebut dioperasikan sebagai bagian dari Skuadron Tempur 25 di bawah komando Sadayoshi Yamada di Rabaul (Millot). Salah satu pesawat Tipe 1 yang dihancurkan dipiloti oleh pimpinan formasi, Kapten Kuniharu Kobayashi yang juga tewas. Selain empat pesawat ditembak jatuh di laut, satu pesawat Tipe 1 mendarat darurat di Lae dengan kerusakan serius, dan satu lagi mendarat darurat di air di Deboyne hingga satu awal pesawat tewas (Tagaya). Dua awak kapal Chicago tewas dan lima terluka dalam serangan udara Jepang (Hoyt, p. 68). Menurut Hoyt (p. 69) dan Morison (pp. 20 & 39), komandan udara MacArthur, Letnan Jenderal George Brett, di kemudian hari membantah ada pesawat B-17 dari kesatuannya yang menyerang armada Crace dan melarang ada pembicaraan lebih lanjut mengenai insiden tersebut. Millot dan Gill membuat kesalahan dengan menyatakan pesawat-pesawat tersebut adalah B-26 dari Skuadron Bom 19 yang berbasis di Townsville, Australia. Ketiga B-17 berada di bawah komando Kapten John A. Roberts (Lundstrom 2006, p. 172). Gillison (p. 520) menyatakan pilot-pilot MacArthur tidak diberi tahu tentang keberadaan kapal-kapal Sekutu yang beroperasi di kawasan Laut Koral hingga berakhirnya pertempuran.
  58. ^ Gill, pp. 50–51; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 208–209; Hoyt, pp. 66–69; Tagaya, pp. 40–41; Millot, pp. 63–66; Pelvin; Lundstrom (2006), pp. 159 & 171–174; Morison, pp. 38–39. Crace kemudian berkata mengenai situasinya pada saat matahari tenggelam 7 Mei, "Saya tidak menerima informasi apa pun dari [Fletcher] tentang posisi, rencana, maupun apa yang telah dicapainya selama hari itu." (Lundstrom 2006, p. 174; Gill, p. 50)
  59. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 209; Hoyt, pp. 61–62; Millot, p. 74; Lundstrom (2006), p. 175. Pesawat pengintai yang melapor kemungkinan adalah pesawat amfibi dari Aoba yang bergabung setelah melalui Deboyne. Laporan tersebut tidak benar, armada Crace atau Fletcher tidak sedang melaju ke arah tenggara ketika itu (Lundstrom 2006, p. 175).
  60. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 209; Hoyt, pp. 61–62; Millot, pp. 74–75; Lundstrom (2006), pp. 175–176. Dua pengebom tukik yang kembali setelah menyerang Neosho mengalami kecelakaan ketika mendarat, namun para awak kemungkinan selamat. Letnan Tamotsu Ema, komandan skadron pengebom tukik Zuikaku termasuk salah seorang pilot yang terpilih untuk misi serangan malam.
  61. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 209–212; Hoyt, pp. 62–63; Cressman, pp. 99–100; Woolridge, pp. 38–39; Millot, p. 75; Lundstrom (2006), pp. 176–177. Lima pengebom torpedo yang ditembak jatuh berasal dari Zuikaku, dan dua lainnya berasal dari Shōkaku (begitu pula pengebom torpedo yang rusak). Pengebom tukik yang jatuh berasal dari Zuikaku. Awak pesawat Jepang yang tewas termasuk perwira komando skadron pengebom torpedo Zuikaku, Letnan Tsubota Yoshiaki dan deputinya yang bernama Letnan Murakami Yoshito. Pilot dari pengebom torpedo yang rusak juga tewas. Awak pengamat yang duduk di kursi tengah mengambil alih kemudi dan mendarat darurat di laut dekat Shōkaku. Bersama penembak belakang, ia juga tewas setelah mendarat. Dua pilot Wildcat, Letnan Dua John Drayton Baker dari skuadron VF2 di Lexington dan Leslie L. Knox dari skuadron VF42 di Yorktown tewas. Satu Wildcat yang diterbangkan John Baker dari skuadron VF42 Yorktown kemungkinan tidak berhasil menemukan lokasi armada TF17 karena hari sudah gelap dan hilang tanpa jejak (Lundstrom and Cressman). William Wolfe Wileman adalah salah seorang pilot Wildcat yang selamat.
  62. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 214–218; Hoyt, pp. 63–64; Cressman, pp. 100–101; Woolridge, p. 39; Hoehling, pp. 45–47; Millot, pp. 75–76; Lundstrom (2006), pp. 176–180. Cressman mengatakan beberapa pesawat kapal induk Jepang tidak mendarat hingga selepas pukul 23.00. Hoehling dan Woolridge melaporkan bahwa ada delapan pesawat Jepang yang berjajar siap mendarat di kapal induk Amerika Serikat setelah matahari terbenam. Namun Lundstrom and Cressman menjelaskan jumlah sebenarnya mungkin lebih sedikit dari delapan. Millot menyatakan 11 atau lebih pesawat Jepang hancur ketika mendarat di kapal-kapal induk mereka, namun pernyataan ini tidak disetujui Lundstrom. Selain menyalakan lampu-lampu sorot kapal induk, kapal penjelajah dan kapal perusak Takagi menerangi dua kapal induk dengan lampu-lampu sorot mereka (Lundstrom 2006, p. 178).
  63. ^ Lundstrom (2006), pp. 173–174. Tippecanoe sudah dikirim ke Efate untuk memberikan bahan bakar yang tersisa ke kapal-kapal konvoi logistik. Satu kapal tanker lainnya, E. J. Henry sedang berada di Suva yang beberapa hari jauhnya dari kawasan Nouméa (Lundstrom 2006, p. 173).
  64. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 219–220; Hoyt, pp. 64 & 77; Cressman, p. 101; Hoehling, p. 47; Millot, pp. 78–79; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), pp. 171 & 180–182.
  65. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 219–220; Cressman, p. 101; Lundstrom (2006), pp. 180–182. Fletcher menimbang-nimbang untuk melancarkan serangan kapal induk pada malam hari. Pilihan lain yang dipertimbangkan adalah mengirimkan kapal-kapal penjelajah dan kapal perusaknya untuk mengejar kapal-kapal Takagi di waktu malam. Namun akhirnya Fletcher memutuskan untuk lebih baik menyimpan kekuatan untuk pertempuran hari berikutnya (ONI, p. 19; Cressman, p. 101 and Lundstrom 2006, pp. 179–180). Pada malam itu, tiga pesawat Jepang Tipe 97 yang dipersenjatai dengan torpedo sempat memburu armada Crace, tetapi gagal menemukan mereka (Lundstrom 2006, p. 182).
  66. ^ Chihaya, p. 128.
  67. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 219–221; Millot, pp. 72 & 80; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), pp. 181 & 186; Morison, p. 46. Pesawat Jepang pencari kapal induk terdiri dari empat pesawat dari Shōkaku dan tiga dari Zuikaku. Kapal amfibi di Deboyne melakukan patroli kawasan di selatan Louisiade. Furutaka dan Kinugasa bergabung dengan armada penyerang pada pukul 07.50. Setelah banyak pesawat jatuh pada hari sebelumnya, ada 96 pesawat Jepang yang operasional: 38 pesawat tempur, 33 pengebom tukik, dan 25 pengebom torpedo (Lundstrom 2006, p. 186).
  68. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 221–222; Hoyt, p. 75; Cressman, p. 103; Woolridge, p. 48; Millot, pp. 82–83 & 87; Dull, p. 132; Lundstrom (2006), pp. 181–184. Dua belas SBD dikerahkan ke kawasan pencarian di sebelah utara yang diperkirakan ada kapal-kapal Jepang. Enam SBD yang diberangkatkan ke sektor selatan hanya ditugaskan terbang sejauh 125 mil laut (232 km), dan berfungsi sebagai patroli antikapal selam dalam perjalanan pulang ke TF17. Pada saat itu, total pesawat TF17 yang masih operasional ada 117, termasuk 31 pesawat tempur, 65 pengebom tukik, dan 21 pesawat torpedo (Lundstrom 2006, p. 183). Delapan SBD ditugaskan sebagai patroli antikapal selam, sementara 16 pesawat tempur, delapan dari masing-masing kapal induk sebagai patroli udara bersenjata CAP (Lundstrom 2006, p. 183). Sekitar pukul 01:10, Fletcher melepas keberangkatan kapal perusak Monaghan untuk mencari tahu nasib sebenarnya Neosho. Monaghan mencari sepanjang hari, tetapi pencarian didasarkan pada koordinat yang salah dari pesan terakhir Neosho. Setelah tidak menemukan Neosho, Monaghan kembali ke TF17 saat senja. Ketika sedang berada jauh dari TF17, Monaghan mengirimkan beberapa pesan ke Nimitz dan MacArthur, sementara TF17 tetap mempertahankan pengheningan radio (Cressman, p. 103; Hoyt, p. 127; Lundstrom 2006, p. 181). Hingga pukul 09.08, Fitch sebenarnya tidak diberi tahu oleh Fletcher bahwa dirinya sedang memegang kendali taktis kapal-kapal induk (Lundstrom 2006, p. 186). Menurut Parker (p. 29), Fletcher diberi tahu lebih dulu pada 8 Mei dari Unit Radio Armada (tim intelijen di atas kapal) yang telah menemukan kapal-kapal induk Jepang di arah timur laut posisinya.
  69. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 222–225; Hoyt, pp. 76–77; Cressman, p. 103; Woolridge, pp. 40–41; Hoehling, pp. 52–53; Millot, pp. 81–85; Dull, pp. 132–133; Lundstrom (2006), pp. 185–187; Morison, pp. 48–49. Kanno, berpangkat pembantu letnan, duduk di kursi tengah sebagai pengamat dalam pesawat yang diterbangkan Sersan Satu Tsuguo Gotō. Teknisi radio adalah Sersan Dua Seijirō Kishida (Werneth, p. 67). Analis intersepsi radio di TF17 menyalin pesan Kanno, dan memperingatkan Fletcher bahwa lokasi kapal induknya sudah diketahui Jepang. Laporan Smith pilot SBD salah menentukan posisi kapal induk Jepang menjadi 45 mil (72 km) di sebelah selatan dari posisi sebenarnya. Satu pesawat SBD yang dipiloti Robert E. Dixon mengambil alih peran Smith dan terbang bertahan hingga pukul 10.45 di kawasan yang berdekatan kapal-kapal induk Jepang untuk membantu serangan Amerika Serikat.(Morison).
  70. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 224–227 & 243–246; Hoyt, pp. 79 & 89; Cressman, p. 104; Millot, p. 85; Dull, pp. 132–133; Lundstrom (2006), pp. 186–187; Morison, p. 49. Pesawat tempur dari Lexington yang ambil bagian berjumlah ganjil karena satu Wildcat dari VF-2 yang dipiloti Doc Sellstrom rusak ketika sedang disiapkan untuk lepas landas dan terpasksa tidak terbang. TF17 menemukan kembali kapal pencarinya yang pulang antara 09.20 dan 10.50, serta memberangkatkan 10 SBD untuk patroli antikapal selam pada pukul 10.12. Kesatuan serang Jepang terdiri dari sembilan pesawat tempur, 19 pengebom tukik, dan 10 pesawat torpedo dari Shōkaku, serta sembilan pesawat tempur, 14 pengebom tukik, dan 8 pesawat torpedo dari Zuikaku. Pesawat-pesawat tempur Jepang adalah Tipe 0, sementara pengebom tukik adalah Tipe 99 kanbaku, dan pesawat torpedo adalah Tipe 97 kankō. Takahashi menerbangkan salah satu kanbaku dari Shōkaku. Dengan berlayar ke selatan, Takagi tidak sadar telah membawa kapal-kapal induknya ke dalam jarak jangkauan pesawat torpedo TBD Amerika Serikat yang sebenarnya sudah dipulangkan tanpa ikut serta dalam serangan (Lunstrom 2006, p. 187). Beberapa menit setelah pukul 10.00, dua patroli udara bersenjata Wildcat dari Yorktown menembak jatuh pesawat pengintai Jepang Tipe 97 (Lundstrom 2006, p. 187).
  71. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 228–231; Hoyt, pp. 79–84; Cressman, pp. 104–106; Hoehling, p. 62; Millot, pp. 87–88 & 91; Dull, p. 133; Lundstrom (2006), pp. 192–195; D'Albas, p. 105; Hata, pp. 42–43. Bom kedua dijatuhkan pilot SBD bernama John James Powers yang kemudian ditembak jatuh oleh pesawat Zero dan tewas sewaktu menukik. Tetsuzō Iwamoto aalah salah seorang pilot Zero yang mengudara waktu itu. Cressman menyatakan Iwamoto terbang dari Shōkaku, namun Hata (p. 241) menyatakan ia berasal dari Zuikaku. Satu pesawat SBD dari skuadron VS-5 yang diawaki Davis Chafee dan John A. Kasselman ditembak jatuh pesawat Zero dalam serangan itu. Ketika datang serangan dari Yorktown, pesawat Zero dengan penerbang Takeo Miyazawa ditembak jatuh oleh Wildcat yang dipiloti William S. Woolen. Sebuah pesawat Zero yang diterbangkan Hisashi Ichinose ditembak jatuh oleh Wildcat yang dipiloti Elbert Scott McCuskey. Lundstrom mengatakan kedua pesawat Zero tersebut berasal dari Zuikaku. Sebaliknya, Hata mengatakan Miyazawa adalah anggota kelompok tempur Shōkaku dan tewas setelah menembak jatuh sebuah pesawat torpedo Amerika Serikat, dan secara sengaja menabrakkan pesawatnya ke pesawat torpedo Amerika Serikat yang lain (Hata, p. 42). Penerbang-penerbang Zero lainnya adalah Yoshinao Kodaira dan Kenji Okabe yang nantinya menjadi penerbang jagoan (Hata, pp. 286 & 329). Penerbang jagoan Yoshimi Minami dan Sadamu Komachi adalah anggota kelompok tempur Shōkaku waktu itu (Hata, p. 265 & 281), namun Hata tidak mengatakan apakah mereka menerbangkan patroli udara bersenjata atau pesawat pengawal serangan.
  72. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 236–243; Hoyt, pp. 84–85; Cressman, p. 106; Hoehling, pp. 63–65; Millot, pp. 88–92; Dull, p. 133; Lundstrom (2006), pp. 195 & 559; D'Albas, p. 106. Salah seorang pilot pengebom dari Lexington adalah Harry Brinkley Bass. Tiga pilot Wildcat tewas, dari skadron VF-2: John B. "Bull" Bain, Dale W. Peterson, dan Richard M. Rowell (Lundstrom). Pesawat Zero mengklaim telah menembak jatuh 24 pesawat Amerika Serikat (Hata, p. 48).
  73. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 242–243; Hoyt, p. 86; Cressman, p. 106; Millot, pp. 91–92; Parshall, p. 63; Dull, p. 133; Lundstrom (2006), p. 195; Tully, "IJN Shokaku" (Tully mencatat hanya 40 luka). Kerugian total Shōkaku: 108 tewas dan 114 luka. Pilot pesawat patroli bersenjata Jepang mengklaim telah menembak jatuh 39 pesawat Amerika Serikat yang dibayar dengan dua Zero hancur dan dua rusak. Kerugian sebenarnya di pihak Amerika Serikat adalah dua SBD (dari Yorktown) dan tiga Wildcat (dari Lexington). Masih ada lagi pesawat Amerika Serikat yang hilang ketika berusaha kembali ke kapal induk. Kapal penjelajah yang mengawal mundurnya Shōkaku adalah Ushio dan Yugure (Tully).
  74. ^ Macintyre, Donald, Captain, RN. "Shipborne Radar", dalam United States Naval Institute Proceedings, September 1967, p.73; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 245–246; Hoyt, p. 92; Cressman, pp. 107–108; Millot, pp. 93–94; Lundstrom (2006), pp. 188–189. Lima Wildcat berasal dari Lexington dan empat dari Yorktown. Wildcat berada di ketinggian antara 2.500 kaki (762 m) dan 8.000 kaki (2.438 m), sementara pesawat Jepang berada dalam ketinggian 10.000 kaki (3.048 m) dan 13.000 kaki (3.962 m). Dalam perjalanan pulang ke Shōkaku, Kanno menanti rekan-rekannya agar ia bisa memimpin formasi serangan Jepang hingga ke sekitar 35 mil laut (65 km) dari kapal-kapal induk Amerika walaupun persedian bahan bakar sudah menipis.
  75. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 246–251; Hoyt, p. 93; Cressman, p. 108; Lundstrom (2006), p. 189. Delapan awak pesawat dari empat SBD semuanya tewas (Nama-nama awak pesawat diberikan oleh Cressman, p. 108. Salah satu awak yang tewas bernama Samuel Underhill. Empat pesawat torpedo yang dikirim untuk mengincar Yorktown berasal dari Zuikaku. Dua pesawat Zero dari Shōkaku diterbangkan oleh penerbang jagoan Ichirō Yamamoto dan Masao Sasakibara (Hata, pp. 314, 317).
  76. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 251–254; Hoyt, pp. 93–98 & 113–117; Cressman, p. 109; Woolridge, p. 42; Hoehling, pp. 67–81 & 97–98; Millot, pp. 94–96; Dull, pp. 133–134; Lundstrom (2006), pp. 188–190. Pelindung Yorktown adalah kapal penjelajah Astoria, Portland, dan Chester, serta kapal perusak Russell, Hammann, dan Aylwin. Pelindung Lexington adalah kapal penjelajah Minneapolis dan New Orleans, serta kapal perusak Dewey, Morris, Anderson, dan Phelps. Lexington diperkirakan dihantam paling sedikit lima torpedo (Woolridge, p. 42 and Lundstrom 2006, p. 191). Dua pesawat torpedo mengubah sasaran mereka dari Lexington ke Minneapolis, namun akhirnya luput (Lundstrom 2006, p. 191).
  77. ^
     
    Kerusakan pada meriam 5 inci di Lexington
    ONI, pp. 55–56; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 254–259; Hoyt, pp. 98–103 & 117–122; Cressman, pp. 110–114: Hoehling, pp. 81–95 & 110–116; Millot, pp. 97–98; Dull, p. 134; Lundstrom, pp. 189–191; D'Albas, p. 107. Empat pesawat Wildcat dari Lexington berasal dari Skuadron VF-2 Divisi II di bawah pimpinan Letnan Fred Borries, Jr. Dua pesawat Wildcat dari Yorktown diterbangkan oleh Vincent F. McCormack dan Walter A. Haas dari VF-42 Divisi III. Dua pengebom tukik dari Shōkaku beralih menyerang Yorktown pada menit-menit terakhir. Keduanya tertembak jatuh (Lundstrom 2006, p. 191). Hoyt mengatakan bom yang mengenai Yorktown melukai 26 awak, dan beberapa di antaranya (Hoyt tidak menyebutkan angka yang pasti) meninggal dunia akibat luka-luka yang diderita. Salah seorang awak yang tewas akibat bom di Yorktown adalah Milton Ernest Ricketts. Tiga boiler di Yorktown dimatikan karena ledakan gas (flareback), tetapi dihidupkan kembali 30 menit berikutnya (Cressman, p. 113). Satu bom yang menghantam Lexington menghancurkan semua senapan mesin antipesawat dari Korps Marinir Amerika Serikat, enam awak tewas (Hoehling, p. 82). Sebuah bom lagi menyebabkan kerusakan parah pada meriam 5 inci dan menewaskan semua awaknya (Hoehling, pp. 90–92, lihat gambar di sebelah kanan, Lundstrom 2006, p. 191).
  78. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 259–271; Cressman, pp. 106 & 114–115; Hoehling, pp. 100–101, Dull, p. 134; Lundstrom (2006), p. 192. William E. Hall adalah salah seorang pilot SBD yang secara agresif mengejar pesawat-pesawat Jepang yang sedang pulang. Sebuah SBD yang rusak berusaha didaratkan oleh pilot Roy O. Hale di atas Lexington, namun jatuh tertembak dari kapal induk sendiri dan kapal-kapal pengawalnya. Hale tewas bersama seorang penembak belakang. (Lundstrom and Hoehling). Satu SBD yang rusak meluncur jatuh ke laut dari dek landasan Lexington, tetapi pilot Frank R. McDonald dan seorang penembak belakang selamat (Lundstrom and Hoehling). Satu SBD dari VS-2 dan dua dari VB-2 (Lexington) ditembak jatuh oleh tiga pesawat torpedo Jepang, dua dari Shōkaku. Pengebom tukik Jepang ditembak jatuh oleh Walt Haas dari Yorktown VF-42. Dua Wildcat dari VF-2 (Lexington) yang dipiloti Clark Franklin Rinehart dan Newton H. Mason hilang dan nasib mereka tidak diketahui. Sebuah pesawat Wildcat dari VF-42 (Yorktown) yang dipiloti Richard G. Crommelin ditembak jatuh oleh sebuah pesawat Zero, namun Crommelin selamat dan diangkat dari laut oleh kapal perusak Phelps. Pilot Shigeru Okura dari Zuikaku mendaratkan pesawat Zero yang rusak di Deboyne dan Okura selamat. Total tiga pesawat Wildcat (dua dari VF-2 dan satu dari VF-42), serta enam SBD hancur ketika mempertahankan TF17 dari serangan Jepang. Kanno tewas oleh pilot Bill Woolen dan John P. Adams dari VF-42. Takahashi tewas oleh pilot Bill Leonard dari VF-42 (Lundstrom). Pilot SBD dari Lexington, Joshua G. Cantor-Stone juga tewas dalam pertempuran hari itu.
  79. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 270–278; Cressman, pp. 115–117; Hoyt, pp. 144–147; Lundstrom (2006), pp. 193–195. Satu pesawat Wildcat dari VF-2 yang dipiloti Howard F. Clark tidak berhasil menemukan kapal-kapal armada TF17 dan hilang tanpa jejak. Satu pesawat TBD yang dipiloti Leonard W. Thornhill mendarat di laut sekitar 20 mil laut (37 km) dari TF17. Pilot dan penembak belakang terlihat sudah naik ke rakit penolong. Keduanya lenyap tanpa pernah ditemukan kembali, walaupun Fletcher mengirimkan kapal perusak Dewey untuk mencarinya. William B. Ault, pilot SBD dan komandan skuadron udara Lexington, serta sebuah SBD lainnya dari Lexington yang dipiloti John D. Wingfield dari VS-2 juga tidak menemukan jalan pulang menuju TF17 dan hilang. Transmisi terakhir yang diterima dari Ault, "Dari CLAG. OK, selamat jalan Anda sekalian. Kita berhasil menghantamkan 1000 pon di atas kapal induk." (Lundstrom, p. 277). Satu SBD lain yang dipiloti Harry Wood mendarat darurat di Kepulauan Rossel Island. Pilot Harry Wood dan penembak belakang kemudian berhasil diselamatkan. Satu pesawat Zero dari Shōkaku yang diterbangkan Yukuo Hanzawa berhasil mendarat darurat di Shōkaku (Hata, pp. 42–43). Sembilan belas pesawat dari Lexington mendarat di Yorktown (Millot, p. 100). Parshall (p. 417) menyatakan pesawat-pesawat Jepang yang dibuang ke laut bukan karena tidak dapat diperbaiki lagi, melainkan harus dibuang untuk memberi tempat bagi pesawat yang tidak begitu rusak. Penyebabnya adalah kelambatan pengaturan dek dan keterampilan yang kurang dari awak Zuikaku.
  80. ^ ONI, p. 39; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 274–277; Cressman, p. 116; Hoyt, p. 133; Lundstrom (2006), pp. 193–196; Spector, p. 162. Fletcher awalnya bermaksud mengirimkan Lexington yang rusak ke pelabuhan untuk diperbaiki, dan pesawat-pesawat Lexington dialihkan ke Yorktown untuk meneruskan pertempuran. Namun setelah mendapat kabar dari Fitch pada pukul 14.22, Fletcher berubah pendapat. Kapal induk Zuikaku dilihat secara terpisah sebanyak dua kali oleh pesawat-pesawat Amerika Serikat yang diberangkatkan dari kapal induk atau dari darat. Mereka menyangka melihat dua kapal induk, dan tidak sadar sedang melihat kapal induk yang sama (Hoyt, p. 133).
  81. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, p. 278; Hoyt, pp. 132–133; Millot, p. 106; Dull, p. 134; Lundstrom (2006), pp. 195–196; D'Albas, p. 108.
  82. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 273–282; Cressman, p. 117; Hoehling, pp. 121–197; Hoyt, pp. 134–150 & 153–168; Millot, pp. 99–103; Dull, p. 134; Lundstrom (2006), pp. 193 & 196–199; Morison pp. 57–60; Crave, pp. 449–450; Gillison, p. 519. Ketika kebakaran melanda Lexington, beberapa awak pesawat meminta izin untuk menerbangkan pesawat-pesawat mereka dari Yorktown, tetapi permintaan ini ditolak Sherman (Lundstrom 2006, p. 560). Nama-nama awak Lexington yang tewas, termasuk awak skuadron udara dicatat dalam buku Hoehling, pp. 201–205. Salah seorang awak yang tewas adalah Howard R. Healy. Hoyt, Millot, dan Morison mencantumkan koordinat tenggelamnya Lexington di 15°12′S 155°27′E / 15.200°S 155.450°E / -15.200; 155.450. Kapal-kapal yang membantu Lexington sewaktu mendapat musibah adalah Minneapolis, New Orleans, Phelps, Morris, Hammann, dan Anderson. Di antaranya, Portland, Morris, dan Phelps adalah kapal-kapal terakhir yang berangkat dari lokasi terakhir Lexington (Lundstrom 2006, pp. 197, 204). Gillison (p. 519) mengatakan delapan pengebom B-26 dari Townsville diberangkatkan untuk menyerang kapal-kapal Inoue, tetapi tidak dapat menemukan kapal-kapal Jepang.
  83. ^ Gill, pp. 52–53; Pelvin; Lundstrom (2006), p. 198.
  84. ^ Gill, p. 53; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 283–284; Millot, p. 105; Cressman, pp. 117–118; Hoyt, pp. 170–173; Pelvin. Pada 9 Mei, Yorktown menghitung ada 35 pesawatnya yang operasional: 15 pesawat tempur, 16 pengebom tukik, dan 7 pesawat torpedo (Lundstrom 2006, pp. 200 & 204). Fletcher menempatkan Russell dan Aylwin 20 mil di belakang armadanya sebagai piket radar untuk memperingatkan adanya pengejaran dari kapal-kapal Jepang (Lundstrom 2006, p. 204). Pada 9 Mei, pesawat patroli SBD dari Yorktown melihat kapal yang diperkirakannya sebagai kapal induk Jepang pada posisi 175 mil dari TF17. Yorktown memberangkatkan empat SBD untuk menyerang, namun lokasi sasaran tidak ditemukan. Nantinya diketahui pesawat tersebut mungkin melihat Karang Lihou (Lundstrom 2006, pp. 205–206). Empat belas pesawat B-17 Angkatan Darat Amerika Serikat diberangkatkan berdasarkan laporan yang salah tersebut. Satu SBD mendarat darurat di laut, awaknya diselamatkan. Pada 11 Mei, Fletcher memberangkatkan kapal penjelajah Minneapolis, New Orleans, dan Astoria, bersama tiga kapal perusak di bawah komando Kinkaid untuk bertemu dengan TF16 di bawah komando Halsey di dekat Efate setelah singgah sebentar di Nouméa (Lundstrom 2006, p. 205). Gillison (p. 527) melaporkan bahwa pesawat tempur amfibi Jepang dari Deboyne menyerang dan menimbulkan kerusakan serius terhadap pesawat pengintai PBY dari RAAF asal Skuadron No. 11 RAAF di bawah komando Letnan Miller pada 9 Mei.
  85. ^ Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 284–290; Millot, pp. 106–107; Cressman, p. 118; Hoyt, p. 171; Dull, p. 134; Lundstrom (2006), pp. 200 & 206–207; Chihaya, pp. 124–125. Konvoi invasi kembali ke Rabaul pada 10 Mei. Takagi sebelumnya bermaksud menyelesaikan misi pengiriman pesawat Zero milik Skuadron Tainan ke Rabaul, dan lalu memberi perlindungan udara bagi Operasi RY sebelum Yamamoto memerintahkan kapal-kapalnya kembali ke Jepang. Setelah pesawat-pesawat yang rusak dalam pertempuran diperbaiki, Zuikaku pada 9 Mei memiliki 24 pesawat tempur, 13 pengebom tukik, dan 8 pesawat torpedo yang operasional. Pesawat pengintai Takagi melihat Neosho sedang terbawa arus pada 10 Mei, namun Takagi memutuskan kapal tanker tersebut tidak cukup berharga untuk diserang (Lundstrom 2006, p. 207). Takagi menyelesaikan misi pengantaran pesawat Zero ke Rabaul pada 10 Mei. Kepala staf Laksamana Yamamoto yang bernama Matome Ugaki menyatakan dirinya memberi perintah ke Takagi atas nama Yamamoto untuk mengejar kapal-kapal Sekutu (Chihaya, p. 124). Empat pengebom B-25 Angkatan Darat Amerika Serikat menyerang pesawat amfibi Jepang yang berpangkalan di Deboyne pada 10 Mei, namun kelihatannya tidak menimbulkan kerusakan. Pesawat-pesawat pengebom tidak melihat adanya Kamikawa Maru (Gillison, p. 527).
  86. ^ ONI, p. 52; Millot, p. 108; Morison, pp. 35–37. Pesawat PBY yang menemukan Neosho berasal dari skuadron udara Tangier. Kapal perusak Amerika Serikat Helm pada 14 Mei menyelamatkan empat awak kapal Neosho dari sebuah rakit terapung pada koordinat (Morison: 15°25′S 154°56′E / 15.417°S 154.933°E / -15.417; 154.933; ONI: 15°16′S 155°07′E / 15.267°S 155.117°E / -15.267; 155.117). Di antara awak kapal yang panik dan meninggalkan kapal ketika sedang diserang pada 7 Mei, hanya mereka berempat yang selamat (ONI, p. 53; Millot, p. 108 and Morison, p. 36). Hoyt membuat kesalahan dengan mengatakan kapal perusak Phelps sebagai kapal yang menolong empat awak Neosho yang selamat (Hoyt, pp. 192–193). Dua awak kapal Neosho lainnya meninggal dunia pada 13 Mei di atas kapal Henley akibat luka-luka yang diderita (Hoyt). Sementara itu, salah seorang dari empat awak yang ditemukan oleh kapal perusak Helm meninggal dunia setelah mendapat pertolongan (Morison, p. 36).
  87. ^ Brown, p. 63, Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 285–296 & 313–315; Millot, p. 107; Cressman, p. 120; Lundstrom (2006), pp. 208–211 & 216; Chihaya, pp. 126–127; Morison, pp. 61–62. Armada invasi RY didukung oleh satu kapal penjelajah ringan, satu kapal penyebar ranjau, dua kapal perusak, dan dua kapal angkut (Lundstrom). Kapal penjelajah dan kapal perusak Takagi memberikan perlindungan dari jarak jauh di utara. Tanpa adanya perlawanan, Kepulauan Ocean dan Nauru diduduki Jepang pada 15 dan 26 Agustus, dan menjadi wilayah kekuasaan Jepang hingga berakhirnya perang (Millot and Morison). Yorktown mengisi bahan bakar dari kapal dagang Australia yang dipersenjatai, HMAS Kanimbla di Tongatabu pada 16 Mei. Dilindungi kapal-kapal pengawal, Yorktown mengisi bahan bakar dari tanker USS Kanawha pada 18 Mei (Lundstrom 2006, pp. 207 & 216). Laporan intelijen Amerika Serikat mengenai operasi Yamamoto yang berikutnya mengisyaratkan serangan ke Oahu, tetapi sekitar 17 Mei, Midway muncul sebagai kemungkinan target Jepang (Lundstrom 2006, pp. 208 & 212).
  88. ^ Tully, "IJN Shokaku"; Hackett, "HIJMS Submarine I-28"; Parshall, p. 10; Lundstrom, Pearl Harbor to Midway, pp. 298–299; Blair, pp. 230–233; Tully, "Shōkaku" and "Zuikaku"; Pelvin; Gillison, p. 531. Shōkaku hampir terbalik karena kapal induk ini harus berlayar dalam kecepatan penuh dalam perjalanan kembali ke Jepang untuk menghindari serangan dari kapal seram Amerika Serikat. Kecepatan tinggi sewaktu berlayar mengakibatkannya kemasukan air melalui haluan yang rusak. Empat kapal selam Amerika Serikat: Gar, Greenling, Tautog, dan Grampus diposkan di lepas pantai Truk, dan empat kapal selam lainnya Drum, Grenadier, Triton, dan Pollack diposkan antara Truk dan Jepang. Triton sempat melihat sebuah kapal induk yang diperkirakan sebagai Shōkaku dalam jarak 6.700 yard (6.126 m), namun tidak dapat mendekat dan menyerang (Holmes, p. 74; Blair, pp. 230–233). Tully menyatakan Shōkaku dikawal oleh kapal perusak Kuroshio, Oyashio, dan Hayashio pada 12 Mei di Laut Filipina, sementara Ushio dan Yugure ditugaskan untuk mengawal Zuikaku dari Truk.

Referensi

Sumber tertulis

  • Blair, Clay, Jr., (1976). Silent Victory: The U. S. Submarine War Against Japan. New York: Bantam Books. ASIN B001KRLOAC. 
  • Brown, David (1990). Warship Losses of World War Two. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 1-55750-914-X. 
  • Chihaya, Masataka (penerjemah) (1991). Fading Victory: The Diary of Admiral Matome Ugaki, 1941–1945. Pittsburgh, Pennsylvania: University of Pittsburgh Press. ISBN 0-8229-3665-8. 
  • Cressman, Robert (2000 (cetakan ke-4)). That Gallant Ship U.S.S. Yorktown (CV-5). Missoula, Montana: Pictorial Histories Publishing Company. ISBN 0-933126-57-3. 
  • D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X. 
  • Dull, Paul S. (1978). A Battle History of the Imperial Japanese Navy, 1941–1945. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-097-1. 
  • Frame, Tom (1992). Pacific Partners. A History of Australian-American Naval Relations. Sydney: Hodder & Stoughton. ISBN 034045585X Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). 
  • Frank, Richard (1990). Guadalcanal: The Definitive Account of the Landmark Battle. New York: Random House. ISBN 0-394-58875-4. 
  • Hashimoto, Mochitsura (1954). Sunk: The Story of the Japanese Submarine Fleet 1942 – 1945. Colegrave, E.H.M. (penerjemah). London: Cassell and Company. ASIN B000QSM3L0. 
  • Hata, Ikuhiko (1975 (orisinal) 1989 (terjemahan)). Japanese Naval Aces and Fighter Units in World War II. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-315-6. 
  • Hayashi, Saburo (1959). Kogun: The Japanese Army in the Pacific War. Marine Corps Association. ASIN B000ID3YRK. 
  • Henry, Chris (2003). The Battle of the Coral Sea. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. isbn 1-59114-033-1. 
  • Hoehling, A. A. (1971). The Lexington Goes Down. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. ISBN 0-13-535252-5. 
  • Holmes, W. J. (1979). Double-edged Secrets: U.S. Naval Intelligence Operations in the Pacific During World War II. Annapolis, Maryland: Blue Jacket Books/Naval Institute Press. ISBN 1-55750-324-9. 
  • Hoyt, Edwin Palmer (2003). Blue Skies and Blood: The Battle of the Coral Sea. I Books. ISBN 0-7434-5835-4. 
  • Ito, Masanori (1956 (orisinal) 1962 (terjemahan)). The End of the Imperial Japanese Navy. Jove Books. ISBN 0-515-08682-7. 
  • Jersey, Stanley Coleman (2008). Hell's Islands: The Untold Story of Guadalcanal. College Station, Texas: Texas A&M University Press. ISBN 1-58544-616-5. 
  • Lundstrom, John B. (2006). Black Shoe Carrier Admiral: Frank Jack Fletcher at Coral Sea, Midway, and Guadalcanal. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 1-59114-475-2. 
  • Lundstrom, John B. (2005 (edisi baru)). First Team and the Guadalcanal Campaign: Naval Fighter Combat from August to November 1942. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 1-59114-472-8. 
  • Lundstrom, John B. (2005 (edisi baru)). The First Team: Pacific Naval Air Combat from Pearl Harbor to Midway. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 1-59114-471-X. 
  • McDonald, Neil (2005). 200 Shots: Damien Parer and George Silk with the Australians at War in New Guinea. Allen & Unwin Academic. ISBN 1741146313. 
  • Millot, Bernard (1974)). The Battle of the Coral Sea. Great Britain: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-909-x Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  • Morison, Samuel Eliot (1949 (cetak ulang 2001)). Coral Sea, Midway and Submarine Actions, May 1942–August 1942, vol. 4 of History of United States Naval Operations in World War II. Champaign, Illinois: University of Illinois Press. ISBN 0-252-06995-1. 
  • Parshall, Jonathan (2005). Shattered Sword: The Untold Story of the Battle of Midway. Dulles, Virginia: Potomac Books. ISBN 1-57488-923-0. 
  • Peattie, Mark R. (1999). Sunburst: The Rise of Japanese Naval Air Power 1909–1941. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 1-59114-664-X. 
  • Prados, John (1995). Combined Fleet Decoded: The Secret History of American Intelligence and the Japanese Navy in World War II. New York: Random House. ISBN 0-679-43701-0. 
  • Spector, Ronald H. (1985). Eagle Against the Sun: The American War with Japan. New York: The Free Press. ISBN 0-02-930360-5. 
  • Stille, Mark (2007). USN Carriers vs IJN Carriers: The Pacific 1942. New York: Osprey. ISBN 978-1-84603-248-6. 
  • Tagaya, Osamu (2001). Mitsubishi Type 1 Rikko 'Betty' Units of World War 2. New York: Osprey. ISBN 978-1-84176-082-7. 
  • Werneth, Ron (2008). Beyond Pearl Harbor: The Untold Stories of Japan's Naval Airmen. Atglen, Pennsylvania: Schiffer Military History. ISBN 978-0-7643-2932-6. 
  • Willmott, H. P. (1982). Empires in the Balance: Japanese and Allied Pacific Strategies to April 1942. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-535-3. 
  • Willmott, H. P. (1983). The Barrier and the Javelin: Japanese and Allied Pacific Strategies February to June 1942. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-535-3. 
  • Willmott, H. P. (2002). The War with Japan: The Period of Balance, May 1942 – October 1943. Wilmington, Delaware: Scholarly Resources Inc. ISBN 0-8420-5032-9. 
  • Woolridge, E. T. (Editor) (1993). Carrier Warfare in the Pacific: An Oral History Collection. Washington D.C. and London: Smithsonian Institution Press. ISBN 1-56098-264-0. 

Web

Bacaan selanjutnya