Mardani Ali Sera

politisi Indonesia
Revisi sejak 27 Agustus 2018 14.03 oleh 140.213.15.95 (bicara) (penambahan konten)

Dr. Mardani Ali Sera, MEng atau biasa dikenal Dani (lahir 9 April 1968) adalah seorang akademisi dan politisi Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Presiden-RI dan dosen untuk Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta.

Mardani Ali Sera
Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera
Mulai menjabat
23 Februari 2017
PresidenJoko Widodo
Sebelum
Pendahulu
Sa'duddin
Pengganti
Petahana
Sebelum
Masa jabatan
19 Oktober 2011 – 1 Oktober 2014
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Sebelum
Pendahulu
Arifinto
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir9 April 1968 (umur 56)
Indonesia Jakarta
Partai politik Partai Keadilan Sejahtera
AlmamaterUniversitas Indonesia
Universiti Teknologi Malaysia
X: mardanialisera Instagram: mardanialisera Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Datang dari keluarga Betawi, Mardani melewati masa kecil dan menyelesaikan pendidikan menengahnya di Jakarta. Karakter kemipimpinannya mulai tampak sewaktu memimpin ekstrakurikuler kerohanian Islam (Rohis) di SMA Negeri 1 Jakarta. Terjun dalam pergerakan tarbiah sewaktu kuliah di Universitas Indonesia, ia menunjukan perhatiannya dalam politik.

Mardani menjabat sebagai anggota DPR-RI dua periode, meskipun hasil pemilihan umum legislatif Indonesia 2009 dan 2014 tidak mengantarnya ke DPR. Pada 2011, Mardani dilantik sebagai anggota DPR menggantikan Arifinto yang mengundurkan diri.[1] Pada 2017, Mardani mengisi kekosongan kursi yang ditinggalkan Saduddin.

Kehidupan awal

Mardani lahir di Jakarta pada 9 April 1968 dari pasangan M. Ali Sera dan Rohati. Ia menghabiskan masa kecilnya di Galur, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pendidikan dasar hingga menengahnya diselesaikan di Jakarta. Saat bersekolah di SMA Negeri 1 Jakarta, Ia aktif berorganisasi melalui ekstrakurikuler kerohanian Islam (Rohis) dan pernah diamanahkan sebagai Ketua Seksi Rohis untuk OSIS.

Memasuki jenjang perguruan tinggi, Mardani diterima di program sarjana Jurusan Teknik Mesin, Universitas Indonesia pada 1994. Selama di kampus, ia aktif dalam bidang komunikasi media sebagai jurnalis FTUI. Sewaktu masih kuliah, ia menikahi istrinya, Siti Oniah pada 8 September 1991. Setelah lulus dari UI, Mardani mulai mengajar untuk Universitas Mercu Buana. Tamat S-1, ia melanjutkan pendidikan pasca-sarjana dan doktoral di Universitas Teknologi Malaysia, masing-masing diselesaikan pada 2000 dan 2004 dengan jurusan yang sama yakni teknik mesin.

PKS

Pada masa awal pendirian Partai Keadilan (PK), Mardani duduk sebagai anggota Pusat Informasi Partai (PIP) di Johor Baru, Malaysia. Pada 2000, ia masuk dalam kepengurusan PIP ketika PK telah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sejak kembali ke Tanah Air pada 2003, Mardani terlibat dalam kepengurusan partai mulai dari tingkat kecamatan hingga pusat. Pada 2005, ia diangkat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal DPP PK sampai 2010.

Sejak 2011, ia diamanahkan sebagai Ketua DPP PKS Bidang Koordinasi Kehumasan. Di internal PKS, sosoknya terkenal dengan disiplin dalam administrasi, dianggap sebagai sosok yang sangat taat hukum dan aturan.

Menjelang pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017, PKS sempat mendeklarasikan Mardani sebagai bakal calon untuk dipasangkan dengan Sandiaga Uno. Namun, memasuki hari pendaftaran calon, PKS yang berkoalisi dengan Gerindra mengumumkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai kandidat yang diusung dalam pemilihan.[2] Walaupun urung maju dalam pemilihan, Mardani dianggap memiliki kebesaran hati karena bersedia megetuai tim pemenangan dan pada saat yang sama PKS tak memaksakan mencalonkan kader sendiri.[3] Saat Anies dan Sandiaga dinyatakan menang dalam hitung cepat, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyebut Mardani sebagai "panglima pemenangan".[4] Mardani dianggap secara cerdas mampu membuat akar rumput PKS di Jakarta rapat dan solid memenangkan Anies–Sandi.[5]

Kehidupan pribadi

Mardani menikah dengan Siti Oniah pada 8 September 1991. Keluarga itu memiliki sembilan orang anak, empat putra dan lima putri.

Pranala luar

Referensi