Amaluddin II
Amaluddin II (bahasa Arab: السلطان أمل الدين محمود Sultan Amaluddin Mahmud; 1829 – 25 Oktober 1873) adalah Sultan dari Kesultanan Deli ke 8 dari 1857 hingga 1873.
Amaluddin II dari Deli | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sultan dari Kesultanan Deli | |||||
Sultan Deli VII | |||||
Berkuasa | 22 Oktober 1857 – 25 Oktober 1873 | ||||
Penobatan | 22 Oktober 1858 | ||||
Pendahulu | Otteman I | ||||
Penerus | Ma’mun Al Rasyid | ||||
Kelahiran | 1829 Labuhan Deli | ||||
Kematian | 25 Oktober 1873 Labuhan Deli | ||||
Pemakaman | 25 Oktober 1873 | ||||
Pasangan | Encik Mariam | ||||
Keturunan Detail | |||||
| |||||
Ayah | Otteman I | ||||
Ibu | Raja Siti Asmah |
Masa Pemerintahan
Pada Mei 1862 Belanda mengirim seorang pegawai tingginya yang bernama Raja Burhanuddin ke Sumatera Timur. Menurut laporannya, beberapa negeri di Sumatera Timur bersedia dilindungi Belanda dan mengakui Kedaulatan Kesultanan Siak, kecuali Asahan dan negeri lainnya termasuk Deli. Bahkan di Asahan berkibar bendera Inggris. Maka Belanda mengutus seorang Asisten Residen Riau Elisa Netscher beserta beberapa penguasa Kesultanan Siak untuk berlayar ke Sumatera Timur dengan Kapal Reinier Claassen.
Rombongan Netscher memasuki Kuala Deli dan disambut oleh Sultan. Amaluddin II menolak mengakui Kedaulatan Siak atas Deli. Hal ini karena Siak tidak membantu Deli sejak pemerintahan ayahnya Sultan Otteman I ketika diserang Aceh pada tahun 1854 dan juga dianggap terlalu lemah. Netscher berhasil menemukan jalan keluar sehingga Sultan Deli bersedia menandatangani pernyataan untuk tunduk kepada Belanda dengan kalimat yang berbunyi "Mengikut pada Negeri Siak bersama-sama bernaung pada Gubernemen Belanda". Perundingan itu berjalan lancar berkat usaha Said Abdullah Bilgasih, ipar Sultan.