Jalur kereta api Merakurak–Babat
Jalur kereta api Merakurak–Babat adalah salah satu jalur kereta api nonaktif yang berada di Jawa Timur; termasuk dalam Wilayah Aset VIII Surabaya. Jalur ini dibangun oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, difungsikan untuk menghubungkan Babat di Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Tuban.
Jalur kereta api Babat–Tuban–Merakurak | |
---|---|
Berkas:Jembatan KA Kepet.jpeg | |
Ikhtisar | |
Jenis | Jalur lintas cabang |
Sistem | Jalur kereta api rel ringan |
Status | Tidak beroperasi |
Terminus | |
Stasiun | 14 |
Operasi | |
Dibangun oleh | Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij |
Dibuka | 1 Agustus 1920 |
Ditutup |
|
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun) |
Operator | Wilayah Aset VIII Surabaya |
Depo |
|
Data teknis | |
Panjang rel | 46,3 km |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
Sejarah
Sejarah jalur ini bermula pada tahun 1915, SJS merencanakan untuk membuka jalur rel dengan rute Lasem-Pamotan-Jatirogo-Bojonegoro, Jenu–Tuban–Babat, dan Ngidon–Rengel–Ponco. Sementara itu, di wilayah selatan belum dibuka jalur kereta api karena masih mengandalkan transportasi air yang relatif murah melalui Sungai Bengawan Solo. Usulan membangun jalur kereta api Lasem–Pamotan–Jatirogo–Bojonegoro dan pengembangan pelabuhan Leran (Lasem) oleh Gongrijp (seorang pakar ekonomi sekaligus residen Rembang) telah menimbulkan perdebatan panjang di Parlemen Belanda. Di satu sisi, Gongrijp ingin memajukan perekonomian Rembang dengan membangun sarana transportasi yang memadai untuk mendukung kegiatan ekonomi rakyat di pedalaman dan industri perkebunan; di sisi lain, usulan itu ditolak karena Rembang dipandang sebagai daerah terbelakang yang tidak banyak menghasilkan barang-barang perdagangan. Pembangunan jalur kereta api dengan biaya yang mahal dianggap tidak akan menguntungkan secara ekonomis.
Aspek ekonomi selalu menjadi pertimbangan utama dalam membuka jaringan rel kereta api yang dilakukan oleh perusahaan kereta api. Pada 1917 NIS mewacanakan untuk membangun rel kereta api yang menghubungkan Bojonegoro–Jatirogo karena dianggap nantinya menguntungkan. Sebaliknya, SJS yang membangun jalur Pamotan-Jatirogo justru malah menghentikan pekerjaannya karena secara ekonomi dianggap tidak menguntungkan dan membatalkan rencana untuk membangun jaringan rel di utara Bengawan Solo yang selanjutnya dikerjakan oleh maskapai NIS.
Di kawasan hutan jati Karesidenan Rembang, sampai dasawarsa kedua abad ke-20 luas jaringan kereta api yang diusahakan oleh perusahaan partikulir NIS dan SJS tetap tidak berubah. Penyambungan jalur cabang yang menghubungkan Bojonegoro-Jatirogo dan Babat-Tuban-Merakurak, yang semula akan dikerjakan oleh NIS belum dapat dikerjakan. Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah medan kawasan hutan jati yang berbukit dan berkapur. Di samping itu juga meskipun bantalan rel kereta api (kayu jati) mudah diperoleh, bahan material lainnya untuk memadatkan jalan kereta api sulit didapat dan juga karena kondisi tanah yang cukup labil karena sering terjadi pergerakan tanah. Hal inilah yang menyebabkan jalur utara Bengawan Solo sulit dikembangkan. Pembangunan sarana transportasi semakin sulit dilakukan ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1929 dan pemerintah melakukan politik penghematan (bezuinigings-politiek) di berbagai bidang termasuk dalam pembangunan prasarana jalan di Karesidenan Rembang. Sehingga rencana penyambungan jalur cabang Bojonegoro–Jatirogo dengan Babat–Tuban–Merakurak via utara (Merakurak-Jenu terus ke barat sampai Jatirogo) dan via selatan (Ngino-Rengel-Ponco) gagal dikerjakan.
S.A. Reitsma menyebutkan bahwa jalur kereta api ini merupakan bagian dari program kerja NIS agar masyarakat Tuban dapat menikmati moda kereta api. Oleh karenanya, setelah sukses dengan jalur kereta api Gambringan–Surabaya Pasarturi, dibangunlah jalur-jalur cabangnya, yaitu dari Bojonegoro menuju Jatirogo dan Babat menuju Merak-Oerak (Merakurak). Jalur Merakurak–Babat panjangnya 46 km dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1920.[1][2][3]
Untuk segmen Tuban–Merakurak ditutup pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, sementara segmen Babat–Tuban ditutup pada tahun 1990 dan menyisakan beberapa stasiun dengan kondisi yang bermacam-macam. Ada yang terawat, dan ada yang sudah rusak. Asetnya juga masih dikuasai oleh PT Kereta Api Indonesia.
Jalur terhubung
Lintas aktif
Lintas nonaktif
Layanan kereta api
Tidak ada layanan yang dijalankan di jalur ini.
Daftar stasiun
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintas 19 Merakurak–Babat |
Diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1920 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij Termasuk dalam Daerah Operasi VIII Surabaya | ||||||
4301 | Merakurak | MKR | Jalan Pemuda, Sambonggede, Merakurak, Tuban | Tidak beroperasi | Berkas:Stasiun Merakurak.jpeg | ||
4302 | Mondokan | MDK | Jalan Letda Sucipto, Mondokan, Tuban, Tuban | Tidak beroperasi | |||
Latsari | Latsari, Tuban, Tuban | km ?? | Tidak beroperasi | ||||
4303 | Tuban | TN | Jalan Stasiun Tuban, Doromukti, Tuban, Tuban | km 37+498 lintas Babat–Tuban km 0+000 cabang Tuban-Pabrik Kapur Tuban |
+7 m | Tidak beroperasi | |
Trosobo | Kebonsari, Tuban, Tuban | km ?? | Tidak beroperasi | ||||
4304 | Panyuran | PYR | km 33+798 | Tidak beroperasi | |||
4305 | Pesantren (Tuban) | PSN | km 31+637 | +1 m | Tidak beroperasi | Berkas:Stasiun Pesantren (Tuban).jpeg | |
4306 | Dawung | DWG | km ? | Tidak beroperasi | |||
4307 | Kepet | KEP | Tunah, Semanding, Tuban | km 24+364 | Tidak beroperasi | Berkas:Halte Kepet.png | |
4308 | Murosemo | MSO | km 19+056 | Tidak beroperasi | |||
4309 | Plumpang | PMG | Plumpang, Plumpang, Tuban | km 15+450 | Tidak beroperasi | ||
4311 | Klotok | KOK | Klotok, Plumpang, Tuban | km 8+539 | Tidak beroperasi | Berkas:Halte Klotok.png | |
4309 | Tangkir | TNR | km 5+018 | Tidak beroperasi | |||
4407 | Babat | BBT | Jalan Stasiun Babat, Babat, Babat, Lamongan | km 160+373 lintas Gundih-Gambringan-Bojonegoro-Surabaya Pasarturi km 0+000 lintas Babat-Tuban km 71+431 lintas Jombang-Ploso-Babat |
+7 m | Beroperasi |
Percabangan menuju Pabrik Kapur Tuban
Nomor | Nama stasiun | Singkatan | Alamat | Letak | Ketinggian | Status | Foto |
---|---|---|---|---|---|---|---|
4303 | Tuban | TN | Jalan Stasiun Tuban, Doromukti, Tuban, Tuban | km 37+498 lintas Babat–Tuban km 0+000 cabang Tuban-Pabrik Kapur Tuban |
+7 m | Tidak beroperasi | |
- | Pabrik Kapur Tuban | Jalan Gajah Mada, Gedongombo, Semanding, Tuban | Beralih fungsi menjadi hutan kota | Berkas:Pabrik Kapur Tuban.jpeg | |||
Keterangan:
|
Galeri
-
Seorang serdadu Belanda di jembatan kereta api Cincim pada tahun 1949.
-
Jembatan kereta api Cincim didekat Babat pada tahun 1949.
-
Patroli menggunakan kereta api dari Babat menuju Tuban pada 19 Desember 1948.
-
Bangunan Halte Perambatan sekitar tahun 1920-1925.
-
Foto udara wilayah Tuban oleh Koninlijk Nederlands Indische Lutchvaart Maatschappij (KNILM) yang memperlihatkan daerah Tuban pada 17 Juni 1948. Tampak emplasemen timur, serta dipo lokomotif di pojok kiri bawah foto, dan percabangan menuju eks pabrik pengolahan batu kapur Tuban. Foto ini diambil dari arah selatan.
-
Foto udara Tuban 17 Juni 1948 oleh Koninlijk Nederlands Indische Lutchvaart Maatschappij (KNILM). Foto ini memperlihatkan percabangan rel kereta api dari Stasiun Tuban menuju eks-pabrik pengolahan batu kapur yang biasa disebut Pabrik Kapur Tuban. Foto ini diambil dari arah Utara.
-
Denah dan lokasi pertempuran antara Brigade V/Ronggolawe dan Belanda di Mondokan (ditandai kotak berwarna hitam) sewaktu agresi militer Belanda II yang berada sekitar jalur kereta api nonaktif segmen Merakurak–Tuban yang telah nonaktif di zaman pendudukan jepang.
-
Bekas Jembatan kereta api di segmen Plumpang–Klotok dengan konstruksi baja lengkungnya.
-
Bekas jembatan kereta api di Ngrayung, ruas Plumpang–Klotok yang dimanfaatkan untuk saluran pipa air bersih.
-
Stasiun Plumpang dengan spanduk kampanye pilgub Jawa Timur.
-
Sisa-sisa potongan rel di Jalur kereta api Merakurak-Babat dengan latar belakang gapura masuk Kabupaten Bojonegoro di perbatasan antara Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro.
-
Rumah sinyal dan emplasemen barat Stasiun Babat serta jalur badug di sebelah kanan yang dulunya adalah bekas percabangan jalur kereta api dari Stasiun Babat menuju Tuban hingga berakhir di Merakurak.
-
Tiga patok perusahaan kereta api dari kiri ke kanan; Perumka, NIS, dan PT. KAI yang dipasang saling berdampingan di areal persawahan Desa Klotok, Plumpang, Tuban.
-
Bekas jembatan kereta api untuk segmen Kepet–Morosemo di Desa Gesing, Semanding, Tuban.
-
Wujud Stasiun Palang yang digunakan sebagai gudang peralatan tambak dan pakan udang.
Referensi
- ^ Teeuwen, Dirk. "Trains in Dutch East-Indies[1], a fascination.pdf" (PDF). www.indonesia-dutchcolonialheritage.nl. Diakses tanggal 2018-09-03.
- ^ Arsip Nasional RI (1977). Memori Serah Jabatan, 1921-1930: Jawa Tengah. Jakarta: Arsip Nasional RI. hlm. 85.
- ^ Reitsma, S. A. (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij.
- ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
- ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.
- ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
- ^ Perusahaan Jawatan Kereta Api. Stasiun KA, Singkatan dan Jarak.
- ^ Wieringa, A. (1916). Beknopt Aadrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch-Indie. 's Gravenhage.