Yenny Wahid
Yenny Wahid yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (lahir 29 Oktober 1974) adalah seorang aktivis Islam dan politisi Indonesia.
Yenny Salim | |
---|---|
Lahir | Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid 29 Oktober 1974 Jombang, Jawa Timur, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Dikenal atas | Putri Presiden Abdurrahman Wahid |
Suami/istri | Dhorir Farisi |
Anak | 3 |
Keluarga
Yenny Wahid adalah anak kedua dari pasangan Abdurrahman Wahid dan Sinta Nuriyah. Ia mempunyai seorang kakak, Alisa Wahid dan dua orang adik, Anita Wahid dan Inayah Wahid.
Pada tanggal 15 Oktober 2009 Yenny menikah dengan Dhorir Farisi.[1] Tanggal 13 Agustus 2010 Yenny melahirkan putrinya, Malica Aurora Madhura.[2] Yenny melahirkan anak keduanya, Amira, pada 14 Agustus 2012.[3]
Pendidikan
Seperti halnya ayahnya, Gus Dur, ia terlahir dalam lingkungan keluarga NU. Pola pikirnya pun tidak jauh dengan ayahnya yang lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme dan pembawa damai.
Setamat dari SMA Negeri 28 Jakarta tahun 1992, Yenny sempat menempuh studi Psikologi di Universitas Indonesia. Atas saran ayahnya, Yenny sebelum memutuskan keluar dari Universitas Indonesia dan menekuni studi Jurusan Visual di Universitas Trisakti. Ia melanjutkan studi administrasi publik di Universitas Harvard, Boston.
Karier
Selepas mendapat gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, Yenny memutuskan untuk menjadi wartawan.Sebelum terjun secara khusus mendampingi ayahnya, Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara tahun 1997 dan 1999. Saat itu, meski banyak reporter keluar dari Timor Timur[4], Yenny tetap bertahan dan melakukan tugasnya. Ia sempat kembali ke Jakarta setelah mendapat perlakuan kasar dari milisi, namun seminggu kemudian ia kembali ke sana. Liputannya mengenai Timor Timur pasca referendum mendapatkan anugrah Walkley Award.[5]
Yenny juga terlibat dalam peliputan atmosfer Jakarta yang mencekam menjelang Reformasi 1998. Pada saat itu, Ia juga pernah ditodong senjata oleh oknum anggota ABRI yang sedang berusaha mensterilkan jalan lingkar Trisakti.[6] Belum terlalu lama menekuni pekerjaannya, ia berhenti bekerja karena ayahnya, Gus Dur, terpilih menjadi presiden RI ke-4. Sejak itu, kemanapun Gus Dur pergi, Yenny selalu berusaha mendampingi ayahnya, dengan posisi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny memperoleh gelar Master's in Public Administration dari Universitas Harvard di bawah beasiswa Mason[7]. Sekembalinya dari Amerika tahun 2004, Yenny menjabat sebagai direktur Wahid Institute yang saat itu baru berdiri. Hingga kini ia menduduki jabatan tersebut.
Semasa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Yenny sempat mengabdi sebagai staf khusus bidang Komunikasi Politik dan aktif sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa.
Referensi
- ^ http://nasional.kompas.com/read/2009/10/15/10035679/Yenny.Wahid.Menikah.Maskawin.40.Sapi
- ^ http://showbiz.liputan6.com/berita/201008/291380/Yenny_Wahid_Melahirkan_Putri_Pertama
- ^ Yenny melahirkan anak keduanya pada pukul 06.00 WIB, Selasa (14\/8\/2012). Istri Dhohir Al Farisi, anggota DPR dari Partai Gerindra, itu melahirkan bayinya melalui operasi caesar. Bayi kedua Yenny ini berjenis kelamin perempuan dan berbobot 4 Kg. Informasi yang didapatkan detikcom, Dhohir dan Yenny sudah sepakat memberi nama anak keduanya: Amira.
- ^ Barton, Greg (2003). Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: LKiS. hlm. 347. ISBN 979-3381-25-6.
- ^ Yenny Wahid's Biography
- ^ Media, Kompas Cyber (2018-05-22). "Cerita Anak Gus Dur Ditodong Senjata Laras Panjang Jelang Reformasi - Kompas.com". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-05-22.
- ^ KSG Mason Fellow List 2003