Budiman Sudjatmiko

aktivis, politikus Indonesia

Budiman Sudjatmiko, M.Sc., M.Phil (lahir 10 Maret 1970) adalah aktivis dan politisi dari Partai Rakyat Demokratik.[4] Publik mengenal Budiman ketika dituduh mendalangi gerakan menentang Orde Baru.[4] Ia dituduh bertanggung jawab dalam Peristiwa 27 Juli 1996 dalam penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia dan kemudian divonis dengan hukuman 13 tahun penjara.[4][5]

Bud Sudjatmiko
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Mewakili Jawa Tengah VIII
Mulai menjabat
1 Oktober 2009
Informasi pribadi
Lahir
Budiman Sudjatmiko

10 Maret 1970 (umur 54)
Cilacap, Jawa Tengah
Partai politikPartai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Partai Rakyat Demokratik (1996–2001)
Suami/istriYovana Kesi
Anak1
AlmamaterUniversitas Gadjah Mada
SOAS, University of London[1][2]
Universitas Cambridge[1][2][3]
Situs webbudimansudjatmiko.net
X: budimandjatmiko Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Karier

Budiman aktif dalam berbagai kegiatan diskusi dan organisasi sejak duduk di bangku SMP.[4] Ia terlibat dalam gerakan mahasiswa saat berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).[4] Kemudian menerjunkan diri sebagai community organizer yang melakukan proses pemberdayaan politik, organisasi dan ekonomi di kalangan petani dan buruh perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.[4][6] Akibat kegiatannya ini pula, dia tidak sempat menyelesaikan kuliahnya.[7]

Pada tahun 1996, Budiman mendeklarasikan PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang kemudian menyebabkannya dirinya dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara karena dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996.[6] Peristiwa ini disebut juga Sabtu Kelabu, satu peristiwa penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jl. Diponegoro, Jakarta.[8] Pertikaian terjadi di antara para pendukung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang telah pecah untuk memperebutkan kantor DPP mereka yang terletak di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat.[8]

Setelah ada perlawanan dari pendukung PDI dan juga dari rakyat Jakarta yang mengakibatkan kota Jakarta terbakar pada 27 Juli.[7] Akibatnya Budiman dituduh sebagai dalang karena dianggap mendalangi Mimbar Bebas selama satu bulan sebelumnya.[7] Karena kemenangan gerakan demokrasi, Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.[7]

Selepas dari penjara, Budiman kembali mengenyam pendidikan Ilmu Politik di Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.[7] Setelah kembali ke Indonesia, pada akhir 2004 bergabung ke PDI Perjuangan, dan membentuk REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi), sebuah organisasi sayap partai.[7]

Saat ini, Budiman menjabat sebagai anggota DPR RI dari PDI Perjuangan (dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah VIII: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap) dan duduk di komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria; dan juga merupakan Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa.[9]

Pada tingkat internasional, Budiman terlibat aktif sebagai pengurus Steering Committee dari Social-Democracy Network in Asia (Jaringan Sosial-Demokrasi Asia).[7] Sekarang ini, dia juga memegang posisi sebagai Pembina Utama di Dewan Pimpinan Nasional organisasi Parade Nusantara, yaitu organisasi yang menghimpun para kepala desa dan seluruh perangkat desa di seluruh Indonesia yang memiliki agenda utama memperjuangkan pengesahan RUU pembangunan pedesaan.[7]

Pada bulan Juni 2014, Budiman kembali berseteru di media sosial dengan dengan Hutomo Mandala Putra. Perseteruan ini seperti sebuh aroma dendam lama di antara keduanya pada tahun 1998 yang mengakibatkan tumbangnya rezim orde baru.[10]

Publikasi

Budiman Sudjatmiko meluncurkan buku pertama Anak-Anak Revolusi di Jakarta pada April 2012.[11] Buku ini adalah kisah nyata perjalanan panjang dan berliku seorang Budiman Sudjatmiko untuk mencari jawaban dan memperjuangkan mimpinya yang tertanam sejak dini.[11] Buku ini sengaja Budiman tulis sendiri ini karena mengisahkan tentang Indonesia yang disaksikan oleh Budiman secara langsung.[11]

Buku jilid pertama dari dua edisi ini bercerita mulai dari Budiman Sudjatmiko kecil sampai dengan dia dipenjara oleh Orde Baru.[11] Mulai dari pertanyaan batinnya saat ia masih kecil tentang mengapa ada kemiskinan, kemudian menemukan jalan yang dituju yaitu politik, sampai dengan perjuangannya mewujudkan cita-cita Demokrasi Indonesia.[11]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b Budiman Sudjatmiko. diakses dari situs berita merdeka pada 23 Maret 2015
  2. ^ a b Profil Budiman Sudjatmiko di DCT KPU diakses dari situs KPU pada tanggal 23 Maret 2015
  3. ^ CUSU-50 hal 11. Diakses dari situs Cambridge University Student's Union pada 23 Maret 2015
  4. ^ a b c d e f "Profil Budiman Sudjatmiko". http://www.budimansudjatmiko.net. Diakses tanggal 27 Juni 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  5. ^ Budiman Sudjatmiko pembangkang dan target politiknya. Kompasiana. 2014-06-28. Diakses tanggal 2016-04-07
  6. ^ a b "Tumbal Order Baru". http://www.tokohindonesia.com. Diakses tanggal 27 Juni 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  7. ^ a b c d e f g h "Budiman Sudjatmiko". http://profil.merdeka.com. Diakses tanggal 27 Juni 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  8. ^ a b "Peristiwa 27 Juli 1996". http://www.jakarta.go.id. Diakses tanggal 27 Juni 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  9. ^ "Budiman Sudjatmiko: Prabowo Tidak Pernah Beri Usulan UU Desa". Diakses tanggal 27 Juni 2014. 
  10. ^ Budiman Sudjatmiko Perang Sindiran dengan Tommy di Twitter. Republika. 2014=12-26. Diakses tangga 2016-04-07
  11. ^ a b c d e "Anak-Anak Revolusi: Kisah Nyata Budiman Sudjatmiko". http://www.gatra.com. Diakses tanggal 27 Juni 2014.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)