Diaz Hendropriyono

politikus Indonesia
Revisi sejak 28 November 2018 11.12 oleh Zdn.ilman (bicara | kontrib)

Diaz Faisal Malik Hendropriyono atau yang akrab disapa Mas Bos adalah seorang negarawan dan politisi yang menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Republik Indonesia. Selain itu, Diaz yang merupakan anak ketiga dari Guru Besar (Intelijen)pertama di dunia[1]Jenderal Abdullah Mahmud (A.M.) Hendropriyono juga menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) periode 2018-2024. Di bawah arahannya, PKPI menjalani transformasi menjadi partai yang tidak hanya pro-kepentingan veteran dan keluarga prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Negara Republik Indonesia, tetapi juga ramah terhadap anak muda dan perubahan zaman.[2]

Kehidupan Pribadi

Diaz lahir di Jakarta, Indonesia pada tanggal 25 September 1978. Ia merupakan anak dari pasangan A.M. Hendropriyono dan Tati Hendropriyono serta memiliki dua (2) orang kakak kandung, yakni Diah Erwiany Hendropriyono yang merupakan istri dari Letnan Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KASAD) dan Rony Hendropriyono. Suami Linda Ratna Nirmala (menikah pada tahun 2002) dan Bapak tiga anak ini merupakan gitaris yang menggemari musik rock serta merupakan penggemar berat Dream Theater, Avenged Sevenfold, Jamrud, dan Edane.

Pendidikan

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Diaz melanjutkan studi ke Norwich Military University, Amerika Serikat (AS) yang merupakan salah satu institusi pendidikan tertinggi di negara tersebut.[3] Gelar Bachelor of Science (B.Sc.) in Management diraihnya dengan predikat cum laude hanya dalam waktu dua tahun, tepatnya pada tahun 1999. Selain itu, Diaz juga masih menyabet penghargaan Dean's List dan Delta Mu Delta. Dean's List diberikan kepada mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas 3,6 dan nilai minimal A- untuk semua mata pelajaran. Sementara itu, Delta Mu Delta dianugerahkan kepada mahasiswa manajemen yang menduduki peringkat 20% teratas.

Selepas pendidikan sarjana, Diaz menempuh studi pascasarjana hingga tiga kali di AS. Pertama-tama Diaz mengambil program Master of Public Administration di Virginia Tech Universityuniversitas publik terbaik ke-30 di AS[4]—dimana ia memperoleh predikat Graduated with Distinction di tahun 2010. Pendidikan pascasarjana berikutnya ia ambil di Hawaii, yakni program Master of Business Administration dan Master of Arts in Global Leadership dari Hawaii Pacific University. Meskipun keduanya ditempuh di waktu yang sama, ia berhasil lulus dengan predikat Graduated with Honors di kedua program pada tahun 2013.

Saat ini, Diaz masih terdaftar dalam program Doctor of Philosophy in Public Administration di Virginia Tech University dan telah menyelesaikan disertasinya. Selain pendidikan formal tersebut, ia juga telah menempuh program pendidikan nonformal, termasuk Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada tahun 2013.

Karir

Sektor Swasta

Sama halnya dengan perjalanan akademisnya, Diaz menorehkan pengalaman yang beragam selama berkarir di sektor swasta. Pengalaman profesional pertama Diaz didapatkan ketika bekerja sebagai sales dari PT. KIA Otomotif Indonesia. Ia menghabiskan waktu total satu tahun bekerja di perusahaan yang berbasis di Republik Korea (Korea Selatan) tersebut (1999-2000). Selanjutnya, selama tahun 2000-2001, Diaz dipercaya menjadi Direktur dari PT. Ulam Sari Samudra, sebuah perusahaan yang fokus pada kegiatan distribusi makanan laut yang dibekukan (frozen seafood).

Karir Diaz kemudian sempat mengalami masa vakum selama sepuluh tahun sebelum akhirnya kembali berlanjut di tahun 2011. Kala itu, ia ditunjuk sebagai Direktur Pengembangan Usaha dari PT. Andalusia Andrawina yang merupakan operator dari Hotel Amaris di Pancoran, Jakarta.Masa jabatan Diaz yang berlangsung hingga tahun 2014 tersebut bertepatan dengan masa konstruksi hotel. Nantinya, hotel tersebut diresmikan sebagai cabang ke-13 Hotel Amaris di Jakarta pada tanggal 14 Februari 2014.[5] Bersamaan dengan karirnya di bidang perhotelan, ia juga berkarir di bidang pertambangan, tepatnya di PT. Benua Etam Coal pada tahun 2012-2013.

Di samping pengalaman sebagai direksi, Diaz juga memiliki segudang pengalaman sebagai komisaris. Pengalaman pertamanya didapat di antara tahun 2010 dan 2016 dimana ia diangkat sebagai Komisaris PT. Fit by Beat yang merupakan franchisee dari Gold's Gym. Setahun setelah penunjukannya tersebut, ia merangkap menjadi Komisaris PT. Andalusia Antar Benua yang adalah franchisee dari Western Union. Jabatan ini juga telah berakhir di tahun 2016. Berikutnya, berkat kecintaannya pada dunia mixed martial arts (MMA), ia juga ditunjuk menjadi Komisaris PT. Arena MMA Indonesia sejak tahun 2013. Terakhir, Diaz juga sempat menjadi Komisaris dari PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) pada tahun 2015-2018. Namun, Diaz mengundurkan diri dari jabatan tersebut setelah terpilih menjadi Ketua Umum PKPI.

Sektor Publik

Diaz mendapatkan jabatan publik pertamanya pada tahun 2012 hingga 2015 ketika dipercaya menjadi Dewan Analis Strategis (DAS) Badan Intelijen Negara (BIN) di bawah arahan Letnan Jenderal (Purn.) Marciano Norman. Selepas menjabat di BIN, ia menjadi Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) pada periode 2014-2016. Dalam dua tahun, ia bekerja untuk dua (2) menteri berbeda, yakni Laksamana (Purn.) Tedjo Edhy Purdijatno dan Jenderal (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan. Selain jabatan di kementerian/badan tersebut, ia juga sempat menjadi anggota Tim Transisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang disusun oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora) pada tahun 2014-2016, bersama dengan tokoh-tokoh seperti Ridwan Kamil, Darmin Nasution, Lodewijk Freidrich Paulus, Fransiskus Xaverius (F.X.) Hadi Rudyatmo, dan Velix Wanggai.

Staf Khusus Presiden Republik Indonesia

Prestasi dan pengalaman Diaz tersebut kemudian mengantarkannya menjadi Staf Khusus Presiden Joko 'Jokowi' Widodo sejak tahun 2016. Sebagai Staf Khusus Presiden, Diaz bertanggung jawab membantu memastikan realisasi dari berbagai kebijakan yang dicanangkan oleh presiden berjalan optimal. Selain itu, selama menjabat sebagai Staf Khusus Presiden, ia juga dikenal sebagai tokoh muda yang berhasil memopulerkan keberhasilan yang diraih oleh pemerintahan Presiden Jokowi di kalangan generasi muda, khususnya millennials, melalui gerakan #DengarYangMuda yang digagasnya sejak tahun 2017.

#DengarYangMuda

Hingga kini, #DengarYangMuda telah mencapai edisi ke-10 dan diadakan di empat kota di seluruh Indonesia. Konsep acara yang diusung #DengarYangMuda bertujuan menghadirkan talkshow yang informatif sekaligus inspiratif. Di antara mereka yang telah bergabung dengan gerakan ini adalah Putri Marino, Nadine Chandrawinata, Andovi da Lopez, Jovial da Lopez, Rony Immanuel atau Mongol Stres, dan Morgan Oey. Dengan menghadirkan ruang dialog publik dan ruang mewadahi aspirasi, generasi muda diharapkan dapat mengapresasi pencapaian Indonesia dan terhindarkan dari pemberitaan palsu atau hoaks. Selain itu, generasi muda juga diharapkan terinspirasi dan turut terpanggil membangun Indonesia.

#DengarYangMuda seri I diadakan di Gandaria City, Jakarta dengan tema #ToleransiJadiAksi pada 16 September 2017. Talkshow tersebut kemudian diikuti di kota-kota lain, yaitu Bandung dengan talkshow yang bertemakan Pemimpin Zaman Now, Kreatif dan Produktif pada 4 November 2017; Palembang dengan mengangkat tema yang sama pada 2 Desember 2017; dan Gorontalo pada 16 Juli 2018. Selain itu, #DengarYangMuda juga telah diadakan pada enam (6) kesempatan lain di Jakarta—yang terakhir diselenggarakan di Hard Rock Cafe, Pacific Place, Jakarta dengan tema #DiBalikDemokrasiKita pada 22 November 2018.

Sektor Politik

Diaz telah berkecimpung di sektor politik bahkan sebelum menyelesaikan pendidikan di AS. Pengalaman perdananya didapat ketika menjadi relawan pencalonan Congressman Timothy 'Tim' Roemer—Duta Besar AS ke India periode tahun 2009-2011—sebagai Calon Ketua Partai Demokrat AS di tahun 2004. Sekembalinya ke Indonesia, ia menggunakan pengalamannya di AS untuk membantu Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menjadi calon gubernur dan wakil gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2012.

Dua tahun kemudian, Diaz memutuskan membentuk Koalisi Anak Muda dan Relawan Joko Widodo (Kawan Jokowi), sebuah gabungan organisasi relawan yang bertujuan untuk membantu Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) dalam kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Sepanjang tahun tersebut, Kawan Jokowi berhasil membentuk perwakilan di dua puluh dua (22) provinsi, menggalang tiga belas (13) organisasi relawan di bawahnya serta menggaet sejumlah besar generasi muda menjadi pemilh Jokowi-JK. Selepas kemenangan Jokowi-JK, Diaz terpilih untuk berpartisipasi dalam Tim Transisi Jokowi-JK yang di antaranya beranggotakan Andi Widjajanto (Sekretaris Kabinet periode 2014-2015), Rini Mariani Soemarno (Menteri Badan Usaha Milik Negara sejak tahun 2014), Akbar Faizal, dan Anies Baswedan (mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016).

Berselang empat tahun kemudian, Diaz kembali terlibat dalam kampanye Presiden Jokowi pada gelaran Pilpres 2019. Ia dipercaya menjadi anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Presiden Jokowi dan Kiai Haji (K.H.) Ma'ruf Amin[6] bersama dengan delapan (8) ketua umum partai pengusung maupun pendukung kandidat tersebut. Termasuk dalam anggota Dewan Penasihat adalah Megawati Soekarnoputri, Airlangga Hartarto, Grace Nathalie, dan tokoh-tokoh lainnya.

Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)

Karir Diaz di partai politik bermula ketika terpilih menjadi Ketua Umum PKPI pada tanggal 13 Mei 2018. Melalui Kongres Luar Biasa (KLB) PKPI yang digelar di Gedung Sekar Wijaya Kusuma, Jakarta tersebut, ia berhasil mengungguli enam (6) kandidat lainnya, yakni Halida Hatta, Haris Sudarno, Sunan Kalijaga, Sardjono Kartosuwirjo, Ganang Soedirman, dan Dominggus Mandacan. Oleh peserta KLB tersebut, ia mendapatkan mandat memimpin partai untuk periode 2018-2024. Terpilihnya Diaz tersebut sekaligus menandai akhir dari masa jabatan Jenderal A.M. Hendropriyono sebagai ketua umum sebelumnya.

#partaizamanWOW

Diaz mengambil alih kepemimpinan PKPI dengan agenda memperluas basis massa partai. Semenjak Pemilihan Legislatif (Pileg) 1999, PKPI memiliki massa yang relatif terbatas, yakni pensiunan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Polri) serta keluarga tentara dan anggota Polri yang masih aktif. Namun, Diaz menyadari perlunya meningkatkan basis tersebut jika PKPI ingin mencapai parliamentary threshold sebesar 4% suara nasional sehingga dapat mengirimkan wakilnya ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) di tahun 2019.

Sejalan dengan visi tersebut, Diaz memperkenalkan serangkaian reformasi yang diberikan label #partaizamanWOW. Di satu sisi, guna memperkuat hubungan PKPI dengan basis massa tradisionalnya, ia membentuk bidang baru di Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PKPI, yakni Bidang Kesejahteraan Prajurit dan Veteran. PKPI sendiri merupakan partai pertama di Indonesia yang membentuk bidang tersebut atau sejenisnya dan menjadi bukti keseriusan partai dalam menjaga basisnya.

Namun, di sisi lain disadari pula bahwa PKPI perlu memperluas basis kekuatannya sehingga Diaz menghadirkan wajah PKPI yang lebih ramah terhadap perubahan dan generasi muda. Penggunaan tagar (#) sebagai bagian dari judul gerakan reformasinya mengindikasikan bahwa ia mengincar generasi muda, khususnya millennials, untuk menjadi lumbung suara baru partai. Di samping hal yang bersifat simbolis, Diaz juga merombak PKPI secara nyata dengan memperkuat Bidang Kepemudaan dan mengakomodasi tren di antara generasi muda, termasuk dengan membuat Departemen e-sports yang menempatkan PKPI sebagai partai pertama di Indonesia dengan departemen sejenis. Singkat kata, satu kata yang dapat mendeskripsikan kepemimpinan Diaz di PKPI adalah inovasi.

Referensi