Sejarah tulisan

Revisi sejak 28 November 2018 12.27 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Sejarah tulisan mencatat perkembangan bahasa ekspresi dengan huruf atau tanda - tanda lainnya.[1] Sejarah mencatat bahwa bahasa telah berkembang secara berbeda pada tiap peradaban manusia. Awal mula tulisan diketahui pada masa proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemonik. Penemuan tulisan ditemukan pada dua tempat yang berbeda: Mesopotamia (khususnya Sumer kuno) sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno Mesoamerika diketahui berasal dari Zapotec, Meksiko. Sementara itu, tempat berkembangnya tulisan masih menjadi perdebatan antara di Mesir yaitu sekitar 3200 SM atau di China pada 1300 SM.

Penemuan Tulisan

SEJARAH DKV - AWAL MASA SEJARAH (PENEMUAN TULISAN)

  1. CUNEIFORM/ HURUF PAKU (±3000 SM) Wilayah subur Mesopotamia (±8000-200 SM), yang sekarang merupakan wilayah antara Irak dan Teluk Persia, dihuni dan dikuasai oleh beberapa bangsa secara berturut-turut. Di antaranya adalah bangsa Summeria, Akkadia, Asyria, Babilonia, dll. Bangsa Sumeria telah mengenal kehidupan bercocok tanam dan beternak, tinggal menetap, memiliki sistem religi yang menyembah banyak dewa (politheisme). Selain itu mulai ditemukan huruf paku (cuneiform) pada ±3000 SM. Huruf paku merupakan pictograf (tulisan berupa gambar), yang dibuat dengan menekan alat tulis pada semacam lempeng tanah liat. Huruf paku memiliki bentuk yang cenderung abstrak. Dengan ditemukannya tulisan maka bentuk masyarakat semakin stabil dan kokoh karena adanya aturan-aturan tertulis, misalnya Kode hukum Hammurabi (1930-1880 SM). Telah ditemukan pula arsip-arsip tentang pertanian.
  2. HIEROGLYPH (±3100 SM)Bangsa Mesir Kuno (±3000-500 SM) semula merupakan bangsa nomadis yang berasal dari daerah Iran dan Irak sekarang. Dari tanah asalnya, mereka menelusuri sungai Nil dan mulai membentuk kelompok masyarakat. Melalui beberapa tahapan bermasyarakat akhirnya mereka sampai pada bentuk kerajaan yang mampu bertahan hingga beberapa abad. Kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang disebut Pharaoh. Raja dianggap sebagai dewa dan memegang kekuasaan penuh. Di bawah raja terdapat para imam, bangsawan, rakyat dan para budak. Kepercayaan yang dianut adalah Politheisme (kepercayaan pada banyak dewa). Mereka juga percaya dan mengangungkan kehidupan setelah ematian. Oleh karena itu kematian memiliki makna yang sangat penting dan harus dipersiapkan dengan baik. Mereka membangun makam-makam yang sangat megah, yaitu Pyramid. Bangsa Mesir mengenal huruf Hieroglyph, yang juga merupakan pictograf. Hieroglyph biasa dituliskan pada dinding makam/ kuil, papyrus scroll (gulungan kertas yang terbuat dari serat papyrus), batu, peti mati, furniture, perhiasan, dll. Pada masa ini telah ditemukan manuskrip berilustrasi yang pertama. Manuskrip yang dibuat pada papyrus scroll ini disebut The Book of The Dead. Manuskrip ini berisi hal-hal tentang kematian, seperti: tata cara penguburan, doa, mantera, kehidupan dan kematian, cerita mitologis (tentang dewa-dewa).
  3. HURUF PHOENICIA (± 2000 SM) Bangsa Phoenicia mendiami daerah Lebanon, Syria dan Israel sekarang. Huruf ini terinspirasi oleh Hieroglyph dan Cuneiform, tapi yang terutama adalah oleh Cuneiform. Di kemudian hari huruf ini berkembang di daerah asalnya menjadi huruf Hebrew dan Arabic. Tetapi, melalui perkembangan hubungan perdagangan huruf Phoenicia memberi pengaruh pula pada alfabet Yunani Kuno.
  4. ALFABET YUNANI KUNO (± 1000 SM) Pada masa Yunani Kuno telah ditemukan alfabet (serangkaian simbol visual yang sederhana untuk bunyi-bunyi dasar). Alfabet dapat dirangkai dan dikombinasikan untuk menciptakan konfigurasi visual bagi setiap suara dan kata yang diucapkan oleh manusia. Kata 'alfabet' diambil dari dua huruf pertama Yunani Kuno, yaitu alfa dan beta. Dengan alfabet, ratusan simbol dan tanda yang diubutuhkan oleh pictogram dapat digantikan oleh 20-30 an tanda-tanda dasar yang lebih mudah dipelajari. Alfabet Yunani Kuno diperkirakan bersumber dari : Huruf Phoenicia, Huruf Kreta Awal, dll.
  5. ALFABET ROMAWI KUNO (± 200 SM) Alfabet Romawi Kuno bersumber dari alfabet Yunani Kuno, yang berkembang menjadi huruf latin pada masa kini, meskipun pada awalnya belum selengkap sekarang. Pada masa itu tulisan dibuat untuk menandai bangunan, menjelaskan peristiwa tertentu pada prasasti/ tugu, menandai peti jenasah, makam, untuk karya sastra, arsip, dll.
  6. ILLUMINATED MANUSCRIPT (Awal Ab 15 M) Pada masa Medieval (Abad pertengahan) (600-1500) di Eropa Barat, segala aspek kehidupan dipusatkan pada gereja dan perkembangan agama Nasrani. Yang menjadi pusat perkembangan budaya adalah biara dengan para biarawan sebagai senimannya. Ditemukan Illuminated Manuskrip (manuskrip berilustrasi) yang berisi hal-hal entang penyebaran agama Nasrani dan tentang hidup. Manuskrip ini selain berisi tulisan yang menggunakan typografi yang khusus, juga berisi gambar dan ornamen. Semuanya itu ditulis dengan tinta pada kulit hewan (vellum). Setelah masa Medieval timbul masa Renaissance (1300-1500), yang cenderung kembali pada pola pemikiran rasional (setelah sebelumnya pemikiran dikekang oleh aspek-aspek keagamaan), para seniman mulai dikenal secara individu. Para seniman biasanya tidak hanya mengenal satu bidang pekerjaan saja, bahkan kadang seniman juga menjadi ilmuwan, misalnya: Leonardo da Vinci. Hal ini yang penting pada masa ini adalah dikembangkannya teknik cetak di Eropa, terutama di Jerman (sebelumnya sudah dikembangkan di Cina) baik oleh seniman, seperti: Albrecht Durer, maupun oleh pengusaha seperti: Guttenberg. Pada akhirnya Guttenberg dianggap sebagai penemu mesin cetak (1440-an).[2]

Sistem Tulisan[3]

Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaanya. Setiap grafrem terdapat satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan hubungan fonem dan alofon dalam fonologi. Begitupula hubungan grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Umumnya setiap grafem mewakili sebagian struktur bahasa lisan.

Sistem menulis utama berupa metode menulis, yang secara luas terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

  • . Logografis Sebuah logogram adalah karakter tertulis yang mewakili kata atau morfem. Sejumlah besar logogram dibutuhkan untuk menulis sebuah bahasa, dan bertahun-tahun dibutuhkan untuk mempelajarinya. Ini menjadi kerugian utama sistem logografis dibandingkan sistem alfabetis. Walau begitu, efisiensi membaca tulisan logografis pernah bermanfaat besar. Tidak ada sistem menulis yang sepenuhnya logografis, semua memiliki komponen fonetik serta logogram (komponen logosilabik dalam kasus karakter China, Cuneiform dan bangsa Maya) di mana sebuah glif dapat dijadikan morfem, silabil atau keduanya. Logokonsonantal dalam kasus hieroglif, banyak memiliki komponen ideografis (radikal di China dan determiner pada hieroglif). Contoh, dalam bahasa Maya, glif untuk sirip, dibaca ka’, digunakan untuk menyajikan silabel ka kapanpun pengejaan logogram dibutuhkan atau ketika tidak ada logogram. Pada bahasa China, sekitar 90% karakter adalah senyawa dari unsur semantik (makna) yang disebut radikal dengan karakter yang ada untuk menunjukkan ucapan disebut sebuah fonetik. Walau begitu, elemen fonetik demikian menggantikan elemen logografis daripada sebaliknya. Sistem logografis utama yang digunakan saat ini adalah karakter China, digunakan dengan beberapa modifikasi untuk berbagai bahasa di China, Jepang, dan Korea di Korea Selatan. Yang lain adalah naskah klasik Yi.
  • Silabaris Sebuah silabaris adalah seperangkat simbol tertulis yang mewakili (atau mendekati) silabil. Sebuah glif adalah sebuah silabari yang menjadi konsonan diikuti sebuah vokal, atau hanya sebuah vokal, walaupun di beberapa naskah silabil yang lebih kompleks (seperti konsonan-vokal-konsonan, atau konsonan-konsonan-vokal) dapat memiliki glifnya. Silabil yang berhubungan secara fonetik tidak ditunjukkan dalam naskah. Contoh silabil ka dapat tidak berbeda degan silabil ki, tidak pula silabil dengan vokal yang sama. Silabaris sangat sesuai untuk bahasa dengan struktur silabil yang relatif sederhana, seperti bahasa Jepang. Bahasa lain yang memakai silabik mencakup naskah Linear B dari Yunani Mycenea, Cherokee, Ndjuka, bahasa kreol berbasis Inggris di Suriname dan naskah Vai dari Liberia. Sebagian besar sistem logografis memiliki komponen silabik kuat. Etiopik, walaupun secara teknis adalah abjad, memiliki gabungan konsonan dan vokal pada titik dimana ia dipelajari seolah ia sebuah silabari.
  • . Alfabet Alfabet adalah seperangkat kecil simbol, masing-masing secara kasar mewakili atau secara historis mewakili sebuah fonem dalam bahasa. Alfabet yang fonologis sempurna, fonem dan huruf berkoresponsi sempurna dalam dua arah: seorang penulis dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya dan seorang pendengar dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya. Bahasa sering berevolusi independen dari sistem menulisnya dan sistem menulis dapat dipinjam untuk bahasa-bahasa yang tidak memilikinya, derajat apakah suatu huruf dari alfabet berkorespondensi dengan fonem sebuah bahasa bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain dan bahkan dalam satu bahasa sekalipun. Sebagian besar sistem menulis di Timur Tengah biasanya hanya konsonan sebuah kata yang ditulis, walaupun vokal dapat diindikasikan dengan menambahkan berbagai tanda diakritis. Sistem penulisan berdasarkan penandaan fonem konsonan berasal dari hieroglif Mesir kuno. Sistem ini disebut abjad. Sebagian besar abjad di India dan Asia Tenggara, huruf vokal diindikasikan lewat diakritis atau modifikasi bentuk konsonan. Hal ini disebut abugida. Beberapa abugida seperti Etiopik dan Cree, dipelajari anak sebagai silabari dan sering disebut silabik. Walau begitu berbeda dengan silabari sejati, ini bukanlah glif yang independen untuk setiap silabi. Kadangkala istilah alfabet dibatasi pada sistem di mana huruf dipisahkan antara konsonan dan vocal. Seperti alfabet Latin, walaupun abjad dan abugida dapat diterima sebagai alfabet juga. Alfabet Yunani dipandang sebagai alfabet pertama di dunia.
  • Naskah fitural Sebuah naskah fitural menandai balok dasar fonem yang menyusun sebuah bahasa. Contoh, semua suara yang diucapkan oleh bibir (suara labial) dapat memiliki beberapa kesamaan. Alfabet Latin contuhnya adalah kasus pada huruf b dan p. Walau begitu, labial m sepenuhnya berbeda, begitu juga huruf q dan d yang bentuknya mirip namun bukan labial. Hangul Korea, semua keempat konsonan labial berdasarkan elemen yang sama. Walau begitu, dalam prakteknya bahasa Korea dipelajari anak sebagai alfabet biasa, dan unsur fitural cenderung dilewatkan. Naskah fitural lainnya adalah tulisan isyarat, sistem menulis populer untuk banyak bahasa isyarat, di mana bentuk dan gerakan tangan dan wajah mewakili secara ikonik. Naskah fitural juga umum dalam sistem fiksi atau yang dibuat seperti Tengwar dalam karya Tolkien.[4]

Tulisan Zaman Perunggu

Pada masa ini tulisan berkembang dengan variasi yang beraneka ragam. Bangsa Sumeria menciptakan tulisan cuneiform sementara bangsa Mesir menciptakan tulisan hieroglif. Jenis tulisan lain yang berkembang pada masa ini misalnya logograf Cina dan Naskah Olmec yang diciptakan oleh Mesoamerika.

Perkembangan Tulisan dan Sastra

Dalam perjalanan sejarah, perkembangan sastra tulis ini jauh lebih semarak seiring dengan masuknya agama Islam di kawasan Nusantara. Media yang digunakan adalah huruf Arab dengan bahasa Melayu, yang kemudian lebih dikenal dengan huruf Arab-Melayu (Jawi). Perkembangan sastra periode Islam ini bisa dilacak sejak abad ke-15 M, ketika kesultanan Malaka berdiri di Semenanjung Melayu. Selanjutnya, ketika Malaka runtuh, perkembangan sastra tulis berpindah ke Aceh dan kemudian ke Riau-Johor dan Riau-Lingga. Karya sastra tersebut ada yang berkaitan dengan pengajaran agama ataupun sekedar cerita dan dongeng. Di antara pengarang-pengarang Melayu yang terkenal adalah Hamzah al-Fansuri, Nuruddin al-Raniri dan Raja Ali Haji.[5] Jenis karya sastra yang paling disukai oleh orang-orang Melayu pada masa dulu (terutama abad ke-19 dan perempat abad ke-20) adalah bentuk syair dan hikayat. Hikayat dan syair ini merupakan pembaruan dari bentuk prosa yang berkembang dalam tradisi lisan. Contoh syair dan hikayat yang pernah populer adalah syair perahu yang dikarang oleh Hamzah Fansuri pada abad ke-17 M, dan hikayat Abdul muluk , yang ditulis oleh Raja Ali Haji bersama adiknya, Raja Zaleha pada tahun 1846 M. Bentuk lain dari sastra tulis adalah gurindam, sajak dan puisi. Dalam perkembangan selanjutnya, jenis syair dan hikayat kembali menjadi bentuk sastra lisan, disebabkan lenyapnya kreatifitas para sastrawan Melayu dalam dunia kepengarangan. Syair dan hikayat yang ada hanya dihafal dan diceritakan tanpa menghasilkan karya-karya baru.[6]

Tulisan modern

Perkembangan teknologi telah mengubah cara menulis. Penemuan pena, komputer, mesin cetak serta telepon genggam merupakan perkembangan teknologi yang mempengaruhi cara menulis pada masa modern. Penulisan dengan cara menekan tombol dan tidak lagi dengan menggerakan tangan.

Bacaan lanjutan

Referensi

  1. ^ Peter T. Daniels, "The Study of Writing Systems", in The World's Writing Systems, ed. Bright and Daniels, hal.3
  2. ^ Scuthle Nordholt, dkk, Perspektif baru Penulisan Sejarah Indonesia, 2008, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  3. ^ Darmawi, Ahmad. 2008. ARAB MELAYU, Pemunculan Tulisan, Sistem dan Istilah Jawi. rakyatriau.com
  4. ^ Scuthle Nordholt, dkk, Perspektif baru Penulisan Sejarah Indonesia, 2008, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  5. ^ Fathullah, M Luthfi. 2008 Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah. Jordan: university Jordan press.
  6. ^ Soeroto. 1954. Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad. Jakarta: Djambatan

Pranala luar