Dhaka Metro
Metro Dhaka (bahasa Bengali: ঢাকা মেট্রো) adalah sistem angkutan massal kota Dhaka yang direncanakan siap beroperasi pada akhir 2019 awalnya dengan rute sepanjang 20,9 km menghubungkan stasiun Uttara North hingga stasiun Argagaon. Proyek ini juga disebut sebagai Mass Rapid Transit (MRT) Line 6 dan dioperasikan oleh Dhaka Mass Transit Company Limited (DMTCL). [1]
Metro Dhaka | |
---|---|
Info | |
Wilayah | Dhaka, Bangladesh |
Jenis | Angkutan cepat |
Jumlah jalur | 1 (sedang dibangun) |
Jumlah stasiun | 16 (sedang dibangun) |
Kantor pusat | Dhaka, Bangladesh |
Situs web | http://www.dmtc.org.bd/ |
Operasi | |
Akan dimulai | 2019 |
Operator | Dhaka Mass Transit Company Ltd. |
Teknis | |
Panjang sistem | 20,1 km |
Saat beroperasi Metro Dhaka diharapkan mampu mengangkut 60 ribu penumpang setiap jamnya. Pada tahun 2021 Metro Dhaka diestimasikan akan mengangkut 500 ribu penumpang setiap harinya.[2]
Konsepsi dan Pelaksanaan Proyek
Proyek Metro Dhaka ditujukan untuk mengatasi permasalahan kemacetan di ibukota Bangladesh, Dhaka. Pada Desember 2012, Komite Eksekutif Badan Ekonomi Nasional Bangladesh menyetujui skema ini. Tiga bulan kemudian pada Februari 2013, Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) menandatangani kesepakatan pemberian dana pinjaman konstruksi Metro Dhaka. Di penghujung tahun pada 19 November 2013, direktur eksekutif Otoritas Koordinasi Pengangkutan Dhaka (DTCA) Aftabuddin Talukder menandatangani perjanjian konsultasi proyek metro dengan perusahaan Jepang Nippon Koei.[1]
Untuk mendukung percepatan proyek ini Menteri Perhubungan Bangladesh Obaidul Quader mengusulkan RUU Angkutan Metro pada 30 November 2014. Pada Januari 2015, tender pertama untuk menyediakan 24 lokomotif, 144 gerbong penumpang, dan peralatan untuk gardu kereta metro dimulai. Dua bulan kemudian pada 27 Maret 2015, pemerintah Bangladesh menandatangani kontrak pembangunan gardu kereta dengan perusahaan Jepang Tokyu Construction Company.[1]
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hassina meresmikan dimulainya konstruksi Metro Dhaka pada 26 Juni 2016. Proyek Metro Dhaka sempat tertunda selama enam bulan akibat tewasnya tujuh pekerja Jepang akibat serangan teroris Gulshan pada Juli 2016.[1]
Sepanjang 2017 ada enam penandatanganan kontrak terkait kelanjutan pembangunan Metro Dhaka dengan perusahaan dari China dan Thailand. Pada 2 Agustus 2017 konstruksi jembatan layang untuk kereta dan sembilan stasiun metro diresmikan oleh Obaidul Quader.[1]
Rute
Pada akhir 2019 stasiun Uttara North hingga stasiun Agargaon diharapkan sudah siap beroperasi sementara stasiun-stasiun antara Bijoy Sarani hingga Motijheel diharapkan sudah siap beroperasi pada tahun 2020.[1]
Kritik
Menurut pengamat transportasi perkotaan Alon Levy, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Bangladesh untuk membangun metro layang menggunakan pendanaan Jepang adalah yang tertinggi di dunia dan bahkan lebih parah daripada biaya pembangunan angkutan massal serupa di Amerika Serikat yang terkenal dengan biaya tingginya.[3] Biaya per kilometer metro Dhaka di atas 400 juta dolar AS yang untuk sistem metro bawah tanah sepenuhnya terbilang tinggi, apalagi jika sistem metro tersebut menggunakan jembatan layang yang seharusnya biaya per kilometernya bisa lebih rendah lagi seperti Metro Dhaka.[4]
Referensi
- ^ a b c d e f "Fact box: All you need to know about Bangladesh metro rail project". The Daily Star. 30 April 2018.
- ^ Mamun, Shohel (19 Juli 2018). "Metro rail progresses ahead of schedule". Dhaka Tribune.
- ^ Levy, Alon (11 Juli 2017). "A Marshall Plan for Third-World Infrasructure?". Pedestrian Observations.
- ^ Levy, Alon (12 Desember 2014). "Quick Note: High Third-World Construction Cost Examples". Pedestrian Observations.