Ledia Hanifa Amaliah
Hj. Ledia Hanifa Amaliah, MPsi (lahir 30 April 1969) adalah politisi Indonesia dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia memulai periode keduanya sebagai anggota DPR setelah kembali terpilih dalam pemilihan umum 2014. Pada April 2016, ia ditunjuk oleh partainya untuk menggantikan Fahri Hamzah sebagai Wakil Ketua DPR. Namun, pelantikannya tertunda menunggu peneyesalain gugatan yang diajukan Fahri Hamzah.
Ledia Hanifa Amaliah | |
---|---|
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi X | |
Mulai menjabat 1 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo |
Ketua DPR | Setya Novanto |
Masa jabatan 1 Oktober 2009 – 1 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Ketua DPR | Marzuki Alie |
Informasi pribadi | |
Lahir | 30 April 1969 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Keadilan Sejahtera |
Suami/istri | Bachtiar Sunasto |
Hubungan | Hasan Natapermana (kakek) |
Orang tua | Moechsoen (ayah) Moeliana Sekar Asih (ibu) |
Almamater | Universitas Indonesia |
Pekerjaan | Politikus |
Situs web | lediahanifa.com |
Sunting kotak info • L • B |
Ledia dikenal karena kiprahnya dalam pemberdayaan perempuan. Melalui persinggungannya dengan pergerakan dakwah Islam, ia menunjukan perhatiannya dalam politik, bergabung dengan PKS ketika partai itu masih bernama Partai Keadilan pada 1998.
Pada 2009, ia terpilih sebagai anggota DPR mewakili daerah pemilihan Kota Bandung dan Kota Cimahi. Daerah pemilihan yang sama kembali mengantarnya ke DPR pada 2014. Selama duduk di parlemen, ia mencurahkan pandangannya dalam penyusunan sejumlah RUU, termasuk perundangan mengenai pengakuan hak-hak disabilitas.
PKS
Setelah menamatkan kuliah di Jurusan Kimia, Universitas Indonesia pada 1993, ia mengerahkan aktivitasnya di bidang pemberdayaan perempuan.[1][2] Ia bergabung dengan PKS pada 1998, duduk sebagai anggota Deputi Kewanitaan untuk Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) PKS Jakarta.[3]
Pada 2000, bersama kepindahannya ke Bandung, ia mengetuai Deputi Pemberdayaan Wanita untuk DPW PKS Jawa Barat. Pada 2002, ia menggagas program pemberdayaan perempuan bernama Pos Wanita Keadilan. Diluncurkan pertama kali di Bandung, program ini dijadikan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS sebagai percontohan.[4]
Memasuki 2005, ia diamanahkan sebagai Ketua Bidang Kewanitaan untuk DPP PKS periode hingga 2010. Pada periode kepimpinannya, 4.500 cabang Pos Wanita Keadilan didirikan dan tersebar di 33 provinsi Indonesia.[5]
Pada 2011, Ledia duduk sebagai staf Bidang Kebijakan Publik untuk DPP PKS. Setelah kepemimpinan PKS beralih ke Sohibul Iman pada 2015, Ledia mengetuai Bidang Ketenagakerjaan, Petani, dan Nelayan (BPN) DPP PKS.[5][6]
DPR
Melalui PKS, Ledia terpilih sebagai anggota DPR mewakili daerah pemilihan Kota Bandung dan Kota Cimahi hasil pemilihan umum 2009. Ia tercatat sebagai anggota legislatif perempuan dari PKS bersama Herlini Amran dan Yoyoh Yusroh.[7] Oleh partainya, ia ditempatkan di Komisi IX yang menangani persoalan kesehatan, ketenagakerjaan, kependudukan, dan transmigrasi.[5] Selama periode pertamanya di DPR, Ledia telah mengetuai dua panitia kerja, yakni rancangan undang-undang tentang jaminan produk halal dan revisi undang-undang tentang perlindungan anak.[4]
Pada periode keduanya, Ledia duduk di Komisi VIII. Ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Komisi VIII oleh partainya. Melalui kedudukannya, ia mencurahkan perhatiannya dalam masalah sosial dan pemberdayaan perempuan. Ia terlibat dalam pembahasan undang-undang mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam rapat panitia khusus yang diikutinya, BPJS Kesehatan menerima usulan DPR agar biaya persalinan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.[4]
Menyikapi diskriminasi yang dialami oleh penyandang disabiltas, Ledia mengangkat pentingnya menyiapkan sarana dan prasarana jangka panjang bagi penyandang disabilitas dalam rangka memberdayakan dan mengoptimalkan potensi mereka.[8] Ia melihat masyarakat dan pemerintah masih cenderung abai pada hak-hak penyandang disabilitas. "Salah satunya terkait hak hidup. Banyak yang masih memberi stigma kutukan ataupun malapetaka bagi mereka yang berkekurangan secara fisik maupun mental."[9] Melalui panitia kerja yang diketuai Ledia, Komisi VIII memulai pembahasan pembentukan aturan perundangan mengenai penyandang disabilitas. Pada 17 Maret 2016, RUU penyandang disabilitas disahkan sebagai UU oleh DPR.[10][9] Dalam pembahasan RUU tentang penyandang disabilitas, Kanis Dursin mencatat, Ledia telah mengubah paradigma belas kasihan (charity base) bagi penyandang disabilitas menjadi pemenuhan hak (right base). Oleh karena itu, semua tuntutan dalam undang-undang tersebut wajib dipenuhi. "Dalam hal pendidikan," tulis Kanis menyebutkan salah satu contoh, "Ledia memastikan para penyandang disabilitas mendapat pendidikan dan berhak mendapat beasiswa."[4]
Pada April 2016, Ledia ditunjuk oleh partainya untuk menjabat sebagai Wakil Ketua DPR-RI, menggantikan Fahri Hamzah.[11][12][13] Fahri dipecat dari seluruh keanggotan dan jabatan kepartaian PKS karena dianggap sering mengeluarkan pernyataan kontroversional.[14][15] Namun, gugatan hukum yang diajukan Fahri terhadap PKS membuat pelantikan Ledia tertunda hingga saat ini.
Pandangan
Ketika masih duduk di bangku SMP, Ledia remaja telah menunjukkan minatnya terhadap kegiatan sosial, membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat. Ia menemukan dorongan untuk terjun ke masyarakat, salah satunya dari kakeknya, Hasan Natapermana. Hasan adalah seorang tokoh koperasi di Jawa Barat yang buku otobiografinya Tapak Kuring Ngaliwat memengaruhi Ledia.[16]
Berkecimpung dalam pemberdayaan perempuan, terutama di bidang politik, Ledia mendorong agar perempuan Indonesia lebih berperan dalam berbagai bidang. Dalam bukunya berjudul Kalau Mau, Kita Bisa, Ledia menguraikan bagaiamana seharusnya perempuan berperan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa sebagai pangggilan nurani ketimbang untuk mengejar karier.[5]
Karya buku
- Kalau Mau, Kita Bisa (2011)
- Menata Jaminan Halal di Indonesia (2016)
- Dari Disabilitas Pembangunan Menuju Pembangunan Disabilitas (2016)
- Kartini Legislasi- Bunga Rampai Kiprah Perempuan Aleg PKS (2017)
Referensi
- ^ Ghoida Rahmah. "Inilah Ledia Pengganti Fahri Hamzah, Apa Hebatnya?". Tempo.co. Diakses tanggal 29 Mei 2017.
- ^ April 2016 "Ledia Hanifa Gantikan Fahri Hamzah" Periksa nilai
|url=
(bantuan). Media Indonesia. 7 April 2016. Diakses tanggal 29 Mei 2017. - ^ "Ledia Hanifa Amaliah". Merdeka.com. Diakses tanggal 29 Mei 2017.
- ^ a b c d Kanis Dursin. "Ledia Hanifa, pejuang warga terpinggirkan". Rappler. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ a b c d "Langkah besar Ledia Hanifa". ANTARA. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ Purnawan, Dwi (12 April 2016). "Kenalan dengan Ledia Hanifa, Srikandi Pertama Indonesia yang Jadi Pimpinan DPR". Gulalives. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ Dzikry Subhanie. "PKS Mengaku Tak Kesulitan Penuhi Kuota Perempuan". www.jurnalparlemen.com. Diakses tanggal 29 Mei 2017.
- ^ "Legislator: paradigma terhadap disabilitas perlu diubah". ANTARA. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ a b "RUU disahkan, hak penyandang disabilitas dijamin undang-undang". Rappler. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ "UU Disabilitas makin lindungi penyandang disabilitas". ANTARA. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ Mohammad, Yandi (7 April 2016). "Alasan PKS pilih perempuan gantikan Fahri Hamzah". beritagar.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 29 Mei 2017.
- ^ Toriq, Ahmad. "Pengganti Ledia Hanifa di Komisi VIII DPR akan Dilantik Fahri Hamzah?". Detik. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ "PKS Tunjuk Ledia Sebagai Pimpinan DPR, PKS Beri Tempat Bagi Perempuan Berprestasi". pks.id. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ "Sebagai Pengganti, Ledia Tak Canggung Bertemu Fahri Hamzah". CNN Indonesia. Diakses tanggal 29 Mei 2017.
- ^ Ihsanuddin. "Siapa Ledia Hanifa, Srikandi PKS Pengganti Fahri Hamzah?". Kompas. Diakses tanggal 28 Mei 2017.
- ^ "Koran Kota". korankota.co.id. Diakses tanggal 28 Mei 2017.