Penusupan, Sruweng, Kebumen
Penusupan adalah desa di kecamatan Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Penusupan mempunyai luas wilayah 179,74 Hektar (Ha) dengan junlah penduduk mencapai 1.567 Jiwa. Jarak Desa Penusupan dengan pusat kecamatan yakni 8 Km dengan waktu tempuh sekitar 21 menit menggunakan roda dua. Sedangkan dari pusat Kabupaten Kebumen berjarak 14 Km dengan waktu tempuh sekitar 32 menit melalui pusat Kecamatan Sruweng.
Penusupan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Sruweng | ||||
Kode pos | 54362 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.14.2018 | ||||
Luas | 179,74 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 1.567 Jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Batas-batas Wilayah
- Utara : Desa Condongcampur kecamatan sruweng dan Desa kajoran Kecamatan Karanggayam
- Barat : Desa Giripuno Kecamatan Karanganyar
- Selatan : Karangjambu dan Sidoagung
- Timur : Desa Donosari
Pembagian Wilayah
Desa Penusupan secara umum dibagi menjadi 2 Dusun dengan beberapa pedukuhan, yaitu:
2 DUSUN yaitu :
- Dusun Pathok
- Dusun Caplang
- Dusun patok terbagi menjadi 5 Dukuh yaitu :
- pingit
- nusa
- pathok
- karangkamal
- pagertipis
- Dusun Caplang terbagi menjadi 5 Dukuh yaitu :
- lemahgugur
- kelir
- jerotengah
- caplang.
Sejarah
Dahulu kala di zaman penjajahan Belanda ada sebuah hutan yang digunakan sebagai tempat persembunyian para penduduk. Di dalam hutan tersebut ada sebuah gua yang sangat panjang. Nah gua ini yang digunakan penduduk untuk persembunyian, sehingga para tentara Belanda tidak bisa menemukan mereka. Karena tempatnya yang strategis dan tersembunyi itu maka para penduduk membuat pemukiman di hutan tersebut. Karena pemukiman di hutan itu digunakan untuk sembunyi dengan menyusup atau bahasa lokalnya Nylusup-nylusup maka pemukiman itu diberi nama Desa Penusupan oleh para penduduk[1].
Geografi
Desa Penusupan merupakan desa diwilayah bagian utara Kecamatan Sruweng yang wilayahnya berupa lembah diapit perbukitan dan tebing curam terutama disebelah barat. Desa Penusupan berada di ketinggian antara 100-500 meter diatas permukaan air laut (Mdpl) dengan titik tertinggi di Bukit Condong. Desa Penusupan menjadi hulu sungai yang sangat jernih dan indah yaitu Sungai Penusupan.
Tanah Longsor 2001
Hari Kamis, 4 Oktober 2001 menjadi hari kelam dan tak terlupakan bagi warga Dusun Pingit. Bencana tanah longsor melanda dusun tersebut pada sekira pukul 23.00 WIB. Tebing curam dibarat perkampungan runtuh dan menerjang empat 4 rumah warga[2]. Akibat kejadian tersebut sebanyak 9 warga tewas dan 4 lainnya mengalami luka-luka. Ke sembilan warga yang tewas adalah (Alm) Wini Marsuma, Widiatmoko, Nurul Barokah, Jumiati, Nur Hasanah, Rohani, Syiam, Kapidun dan Rahmini. Sebagian korban terkubur hidup-hidup dibawah tanah, batu berserta reruntuhan rumah dan pohon tumbang.[3].
Potensi Unggulan
1. Cobek Penusupan
- Puluhan tahun Desa Penusupan terkenal dengan kerajinan cobek batunya. Hasil karya orang-orang desa tersebut tidak hanya dipakai oleh warga Kabupaten Kebumen sendiri melainkan sudah dipasarkan ke sejumlah daerah, termasuk ke ibukota Jakarta. Oleh para perajin, kualitas cobek asal Desa Penusupan juga diklaim tidak kalah dengan cobek buatan para perajin di sentra kerajinan Prumpung, Muntilan, Kabupaten Magelang. Selain dipasarkan di Kabupaten Kebumen, cobek itu juga dipasarkan ke luar daerah seperti Bekasi, Jakarta sampai Banten. Ada perajin yang menjual kepada para tengkulak, namun adapula yang memasarkan langsung[4].
2. Jenitri Penusupan
- Menginjakkan kaki ke Desa Penusupan tak ada bedanya dengan desa lainnya di Kecamatan Sruweng seperti di Desa Tanggeran, Desa Donosari, dan Desa Condongcampur. Rimbunan pohon jenitri tumbuh subur di sana-sini. Pekarangan, halaman rumah, dan kebun ditanami pohon jenitri yang dibawa sekitar 150 tahun lalu oleh orang India yang tinggal di Kauman, Kebumen[5]. Sehingga sampai sekarang komoditi unggulan wilayah Desa Penusupan merupakan jenitri yang dijual ke luar negri. Bahkan sebelum pemerintah Kabupaten Kebumen membuat pasar jenitri para pembeli dari luar negeri itu langsung mendatangi rumah warga.
Referensi