Kayu Tangi[1] atau Kajoe Tangi atau Cagu-Tangie[2] atau Caytongee[3] atau Caytonge atau Cotatengah[4][5] (Karang Tengah) atau Caytonja[6] adalah nama tempat yang menjadi lokasi ibukota Kesultanan Banjar pada masa Sultan Tahlilullah, yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Keraton Pangeran Suria Angsa /Raja Kayu Tangi (Caytonge atau Cotatengah) berjarak 80 mil dari muara sungai Banjar (sungai Barito). Sedangkan istana Sultan Negara (Pangeran Suria Negara) terdapat di Kota Martapura (Metapoora) yang berjarak sekitar 10 mil dari istana Raja Kayu Tangi. Istana Kayu Tangi terletak di tepi sungai Banjarmasin (sungai Martapura) sekitar 20 km ke arah timur dari pelabuhan Tatas (sekarang Banjarmasin Tengah), pada tahun 1771 keraton dipindahkan Martapura (dengan nama baru Bumi Kencana) sekitar 18 km arah timur dari Kayu Tangi.[7] Ketika berada di Kayu Tangi nama Kesultanan Banjar disebut Kerajaan Kayu Tangi pada masa Sultan Tahlilullah (Suria Angsa/Amirullah Bagus Kasuma), yang sering disebut Sultan dari Kayu Tangi yang berkuasa kembali sejak tahun 1680 setelah berhasil membinasakan Sultan Agung (Pangeran Surianata II) dan anaknya Pangeran Dipati. Kayu Tangi menjadi ibukota kesultanan Banjar sejak Sultan Tahlilullah hingga Sunan Nata Alam. Sejak tahun 1771, Sunan Nata Alam kembali memindah ibukota ke Martapura, yang mendapat nama baru Bumi Selamat.[8] Sebelum di Kayu Tangi ibukota kesultanan Banjar berada di Sungai Pangeran sejak tahun 1663 sampai 1679 pada masa Sultan Agung. Sebelumnya lagi sejak tahun 1632 pada masa Sultan Mustain Billah hingga Sultan Rakyatullah ibukota Kesultanan Banjar berada di Martapura, sehingga rajanya sering disebut Raja Martapura. Nama Martapura diberikan oleh Sultan Mustain Billah, untuk lokasi kompleks keraton yang baru didirikannya saat itu sebagai ganti ibukota lama yang dihancurkan VOC tahun 1612. Lokasi Kayu Tangi di sebelah hulu dari lokasi Martapura. Nama daerah Kayu Tangi lebih tua dari nama Martapura. Dapat dikatakan Martapura didirikan di dalam kawasan Kayu Tangi. Nama sungai Martapura sebelumnya adalah sungai Kayu Tangi.

Nama Martapura diberikan oleh Sultan Banjar IV Sultan Mustainbillah untuk lokasi keraton yang baru didirikan pada masa itu (sekitar tahun 1632).[9]

Saat ini, istilah Kayu Tangi dipakai untuk penamaan daerah baru untuk kawasan di sepanjang Jalan Brigjend. Hasan Basry, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.


Letak Kayu Tangi (Caytonge)

Di bagian pedalaman negara ini, ada beberapa kerajaan kecil, yang masing-masing diperintah oleh rajah, atau raja. Semua raja sebelumnya tunduk pada raja Borneo, yang dianggap sebagai raja tertinggi di seluruh pulau; tetapi wewenangnya dari tahun-tahun terakhir telah sangat berkurang; dan ada raja-raja lain yang sederajat, jika tidak lebih kuat dari dirinya sendiri; khususnya raja Caytonge (Kayu Tangi). Kota di mana pangeran ini berada terletak sekitar 80 mil di atas Sungai Banjar. Istana-Nya adalah sebuah bangunan yang sangat elegan yang didirikan pada pilar-pilar, dan terbuka di semua sisi. Sebelum istana adalah sebuah bangunan besar, yang hanya terdiri dari satu ruangan, yang dirancang khusus untuk mengadakan dewan, dan menjamu orang asing. Di tengah ruangan adalah takhta, ditutupi dengan kanopi kaya brokat emas dan perak. Tentang istana ditanam beberapa meriam, yang sudah sangat tua, dan dipasang di gerbong-gerbong celaka seperti itu, sehingga mereka tidak hias atau berguna. Pangeran ini dihormati sebagai yang terbesar, karena kebiasaan yang ia terima di pelabuhan Banjar Masseen, yang diperkirakan 8000 buah delapan per tahun. Raja atau Sultan Negaree adalah pangeran yang paling bisa dipercaya, di samping yang di atas: istananya terletak di sebuah tempat bernama Metapoora, sekitar 10 mil dari Caytonge. Ada gudang senjata yang tampan di depan gerbang istananya, yang berisi sejumlah besar senjata api, dan beberapa meriam. Dia selalu berhubungan baik dengan tetangganya, pangeran Caytonge, dan sisanya adalah bawahan kedua pangeran ini; Penghormatan besar diberikan kepada mereka oleh penduduk asli, dan sulit bagi orang asing untuk mendapatkan akses kepada mereka: satu-satunya cara untuk melakukan ini adalah dengan memuji mereka dengan hadiah yang berharga, karena ketamakan adalah hasrat kesayangan mereka; dan orang asing itu akan diperlakukan dengan hormat sesuai dengan proporsi yang ia berikan.[10]

Rujukan

  1. ^ (Inggris) Moor, J. H. (1837). Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... Singapore: F.Cass & co. hlm. 98. 
  2. ^ (Inggris) Philosophical magazine (1799). Philosophical magazine. Taylor & Francis. hlm. 195. 
  3. ^ (Inggris) Salmon, Thomas (1744). Modern History Or the Present State of All Nations. hlm. 150. 
  4. ^ (Inggris) Playfair, James (1813). A System of Geography, ancient and modern: in 6 Volumes. 5. Hill. hlm. 780. 
  5. ^ (Spanyol) Novísimo diccionario geográfico, histórico, pintoresco universal: descripcion física, histórica, política, comercial, estadística, industrial, científica, literaria, artística, religiosa, moral, etc. de todas las partes del mundo... Librería Española. hlm. 380. 
  6. ^ (Inggris) (1741)The Gentleman's and London magazine. Printed for Sarah and John Exshaw. hlm. 65. 
  7. ^ http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf
  8. ^ (Inggris) The Philosophical magazine: comprehending the various branches of science, the liberal and fine arts, geology, agriculture, manufactures and commerce... 6. Printed for Alex. Tilloch. 1800. hlm. 195. 
  9. ^ (Melayu) Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  10. ^ (Inggris) James Cook (1790). A Collection of Voyages Round the World: Performed by Royal Authrity. Containing a Complete Historical Account of Captain Cook's First, Second, Third and Last Voyages, Undertaken for Making New Discoveries, &c. ... To which are Added Genuine Narratives of Other Voyages of Discovery Round the World, &c. Viz. Those of Lord Byron, Capt. Wallis, Capt. Carteret, Lord Mulgrave, Lord Anson, Mr. Parkinson, Capt. Lutwidge, Mess. Ives, Middleton, Smith, &c. &c... Printed for A. Millar, W. Law, and R. Cater. hlm. 1102. 

Pranala luar