Empu Prapañca

seorang sastrawan dan pujangga Kerajaan Majapahit pada abad ke-14
Revisi sejak 12 Februari 2019 03.56 oleh Ennio morricone (bicara | kontrib) (menambah info)

Empu Prapañca adalah nama samaran dari pujangga sastra Jawa yang hidup pada abad ke-14 pada zaman Majapahit dan kemungkinan selain pujangga juga merupakan mpu yang paling ternama pada masanya. Namanya dikenal oleh di Indonesia modern sebagai penulis kakawin Nāgarakṛtâgama yang termasyhur.

Prapañca
LahirDhang Acarya Nadendra
Majapahit
Kebangsaan Majapahit
Pekerjaanpujangga, pendeta Buddha, Dharmadyaksa Kasogatan

Prapañca menulis kakawin ini ketika bekerja pada raja Rājasanagara. Konon menurutnya sendiri ia adalah seorang mantan dharmādhyakṣa kasogatan atau penghulu agama Buddha kerajaan. Walaupun hal ini ditentang pakar Sastra Jawa Kuno, seperti Th. Pigeaud dan P.J. Zoetmulder.

Nama samaran

Sejarawan Slamet Muljana meyakini Prapanca adalah nama samaran, berdasarkan kata maparab Prapañca dalam Nagarakrtagama. Menurut sejarawan Hadi Sidomulyo, nama asli Prapañca adalah Dhang Acarya Nadendra, yang terdaftar sebagai dharmadyaksa ring kasogatan dalam Prasasti Canggu 1358 M masa Hayam Wuruk, dan Prasasti Sekar yang dikeluarkan beberapa tahun kemudian. Ayahnya adalah Dhang Acarya Kanakamuni, dharmadyaksa yang menyerahkan jabatan kepada puteranya setelah mengabdi selama lebih dari 30 tahun. Nadendra sendiri mengganti namanya menjadi Winada setelah dipecat dari jabatannya, karena rasa malunya kehilangan jabatannya sebagai dharmadyaksa kerajaan.

Nama prapañca kemungkinan merupakan nama pena dan artinya adalah "bingung". Nama Prapanca mengisyaratkan bahwa nama asli si pengarang terdiri dari lima aksara, pancaksara. Setelah tidak menjabat, ia tinggal di desa Kamalasana di lereng sebuah gunung (Nagarakretagama pupuh 95/3), tempat ia menulis karyanya. Ada dugaan juga bahwa ayah Prapanca adalah Acarya Nada, penyusun prasasti Wuware tahun 1289, tapi hal ini tidak bisa dibuktikan.

Siapa sesungguhnya Prapanca sampai sekarang tidak diketahui. Ia melukiskan dirinya sendiri dalam Negarakretagama Pupuh 96: Prapanca itu pra lima buah/ Cirinya: omongannya lucu/ Pipinya tembam, matanya ngeliyap/ Gelaknya ngakak. Terlalu kurangajar dia, tidak bisa ditiru/ Tolol, tidak mengikuti anjuran tutur/ Memerlukan pimpinan yang baik dalam tatwa/ Pantasnya ia dipukul pantatnya berulang kali.

Prapanca hidup pada zaman keemasan Majapahit, sebagai hasil perluasan wilayah keluar Jawa mengikuti haluan politik ekspansif Kertanegara yang dilancarkan oleh Mahapatih Gajah Mada. Ia menguraikan kebesaran Majapahit, kemakmurannya, hubungan antara pusat dan daerah, dan hubungan dengan luar negeri.

Referensi