Gedung BPPI Padang
Gedung Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) Padang adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Pasar Mudik No. 50, Pasar Gadang, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Gedung ini merupakan kantor bagi Dewan Hadian Cabang 45 Kota Padang
Gedung ini menempati bekas Hotel Pasar Gadang. Pada masa perjuangan kemerdekaan, gedung ini sering digunakan sebagai markas Barisan Perjuangan Pemuda Indonesia (BPPI) untuk Kota Padang, organisasi yang menghimpun pemuda-pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada 21 Agustus 1945. Merah Putih berkibar.
Gedung yang berlokasi di Jalan Pasar Mudik No. 50 ini mengalami kerusakan berupa retak-retak di hampir seluruh dinding dan lantainya.
Bahkan bangunan ini sering menerima kunjungan siswa maupun mahasiswa untuk meminjam koleksi buku di perpustakaan. Kini, gedung yang pernah menjadi saksi pelbagai peristiwa bersejarah itu seolah dipaksa tegak dengan kepincangan.
Lokasi
Lokasi bangunan berada di Jalan Pasar Mudik. Kawasan Gedung BPPI berada, yang kini dijuluki sebagai Kota Tua Padang, merupakan pusat perekonomian Padang pada masa kolonial Belanda. Pemerintah kolonial membangun gudang-gudang untuk menumpuk barang sebelum dikapalkan melalui pelabuhan yang berada di muara Batang Arau. Beberapa bangunan tua peninggalan Belanda masih dapat ditemui di Pasar Mudik.
Sejarah
Sejarah Gedung BPPI Padang berkaitan erat dengan keberadaan BPPI. Setelah berkumandangnya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, suasana Kota Padang diliputi oleh ketegangan. Pada 20 Agustus 1945, Ismael Lengah menyusun kekuatan dan berpendapat supaya segera dibentuk satu badan bagi pemuda-pemuda yang akan mempelopori perjuangan di Padang. BPPI Padang terbentuk pada 21 Agustus 1945, ditandai dengan pengibaran Merah Putih. BPPI menempati gedung bekas hotel pada masa kolonial dan mengenalkan dirinya sebagai "kantor penerangan".
Setelah sekutu mendarat, Kantor BPPI kerap dilancarkan penggeledahan-penggeledahan, penggerebekan-penggerebekkan, serta penangkapan-penangkapan. Sementara Ismael Lengah lebih banyak berfokus pada pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), hanya Chatib Sulaiman yang menampung sebagian besar pekerjaan di kantor BPPI. Suatu ketika, kantor BPPI digerebek oleh tentara Sekutu dan Sulaiman yang sedang berada di kantor ditangkap dan dibawa ke markas mereka. Akibatnya keadaan semakin panas, semangat perjuangan pemuda-pemuda semakin bergelora. Mereka menuntut pembebasan Sulaiman. Segala macam provokasi dan sabotase dilancarkan. Melihat keadaan yang kian rusuh, Sekutu terpaksa membebaskan Sulaiman kembali setelah satu hari mereka tahan.
Lantaran Soelaiman ditugaskan aktif ke luar kota, BPPI menetapkan Kamaroelzaman, seorang bekas guru, sebagai pengganti. Sekutu kembali rutin mendatangi bangunan. Kamaroelzaman pun digiring paksa. Lagi-lagi pemuda bangkit mengadakan pelbagai tindakan yang menambah tegangnya suasana sehingga sesudah satu hari ditahan, sekutu membebaskan Kamaroelzaman.
Akan tetapi, pemeriksaan Sekutu terhadap Kantor BPPI hampir setiap hari berjalan terus. Akibatnya, BPPI dalam menghadapi sekutu mengubah taktik bekerja. Jika selama ini, walaupun bagaimana juga panasnya suasana, selalu ada saja anggota Pengurus BPPI yang duduk bertugas di kantor, akan tetapi setelah Sekutu mulai memakai tindakan kekerasan, maka digedung BPPI tidak ada lagi anggota pengurus yang duduk secara rutin.
Anggota-anggota Pengurus BPPI menjalankan tugas secara gerilya. Nasrul AS yang pada waktu itu menjalankan tugas sebagai sekretaris, dalam bekerja sehari-hari beralih tempat ke Masjid Pasar Gedang yang letaknya di seberang jalan. Dari masjid itulah, Nadrul AS mengawasi kantor dan jika kelihatan ada pemuda atau orang datang yang gelagatnya perlu berurusan dengan BPPI, maka Nasrul AS datang menemui mereka untuk melayani. Demikianlah BPPI berjalan terus dengan menjalankan taktik gerilya serba macam taktik dan muslihatnya.
Bangunan
Gedung BPPI Padang terdiri dari dua lantai. Atap bangunan terbuat dari seng dengan bentuk atap pelana kuda. Pintu masuk berjumlah dua buah, berada di lantai satu yang terletak di bagian tengah.
Bagian dalam ruangan memiliki lantai yang terbuat dari ubin tegel polos berwarna abu-abu. Untuk menuju ke lantai dua, terdapat dua tangga di sudut kiri dan kanan gedung. Tangga terbuat dari kayu berlantai semen dan sudah dikeramik. Masuk ke lantai atas, terdapat ruangan berlantai papan kayu. Sebelum gempa, lantai atas sempat difungsikan sebagai aula dan kerap dijadikan sebagai tempat pertemuan. Namun, setelah gempa, lantai dua tidak lagi digunakan.
Pasca-gempa bumi 2009, kondisi gedung mengalami kerusakan sekitar 50% berdasarkan temuan BPCB Sumatera Barat. Sebagian besar dinding mengalami retak-retak dalam, atap mengalami kerusakan, dan sebagian langit-langit ambruk.
Setelah Bangunan ini kemudian menjadi kantor Dewan Harian Cabang 45, yang menaungi para pejuang kemerdekaan. Meskipun organisasi tersebut tak lagi aktif, pada sisi depan gedung masih memampang pelang penanda kantor organisasi.
Pada 2017, Pemerintah Kota Padang memulai rencana merevitalisasi gedung. Menurut rencana, gedungakan diifungsikan sebagai museum pejuang.