Gedung BPPI Padang

museum di Indonesia
Revisi sejak 21 Februari 2019 14.42 oleh Rahmatdenas (bicara | kontrib)

Gedung Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) Padang atau Gedung Joang '45 Padang terletak di Jalan Pasar Mudik No. 50, Pasar Gadang, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Sesuai dengan namanya, gedung ini dulunya merupakan Kantor BPPI Padang, organisasi yang menghimpun pemuda-pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pembentukan BPPI Padang ditandai dengan pengibaran bendera Merah Putih pada 21 Agustus 1945. Sebelumnya, gedung ini merupakan bekas hotel pada masa kolonial.

BPPI Padang menampakkan identitas sebagai "kantor penerangan umum" untuk menghindari kecurigaan Sekutu. Memasuki pertengahan November 1945, gedung ini menjadi sasaran penggeledahan dan penangkapan. Pada akhir November 1945, seiring dengan meningkatnya pemeriksaan Sekutu, para pemuda yang biasanya berkumpul di BPPI berpencar. Selanjutnya dengan terbentuknya Badan Keamanan Rakyat di Sumatera Barat, para pemuda menggabungkan diri ke dalam badan tersebut.

Pasca-gempa bumi 2009, gedung ini mengalami kerusakan berupa retak-retak di hampir seluruh dinding dan lantainya. Saat ini, Gedung BPPI Padang difungsikan sebagai kantor oleh Dewan Hadian Cabang 45 Kota Padang.

Lokasi

Lokasi bangunan berada di Jalan Pasar Mudik. Kawasan Gedung BPPI berada, yang kini dijuluki sebagai Kota Tua Padang, merupakan pusat perekonomian Padang pada masa kolonial Belanda. Pemerintah kolonial membangun gudang-gudang untuk menumpuk barang sebelum dikapalkan melalui pelabuhan yang berada di muara Batang Arau. Beberapa bangunan tua peninggalan Belanda masih dapat ditemui di Pasar Mudik.

Sejarah

Sejarah Gedung BPPI Padang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai Kantor BPPI pada masa perjuagan kemerdekaan. Dalam Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945-1950, Gedung BPPI dicatat sebagai salah satu tempat pengibaran bendera Merah Putih terawal di Padang. Bendera Merah Putih dikibarkan pada 20 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal pembentukan BPPI Padang. Badan tersebut dibentuk atas usulan Ismael Lengah yang ditujukan sebagai "badan bagi pemuda-pemuda yang akan mempelopori perjuangan di Padang". Ahmad Husein menyebut BPPI menjadi tameng atau bumper dari segala persiapan dan kegiatan pembentukan TKR. BPPI Padang diketuai oleh Ismael Lengah. Namun, karena Ismael Lengah berikutnya fokus pada pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), sebagian besar urusan dikerjakan oleh Chatib Sulaiman.

Setelah Sekutu mendarat di Padang pada November 1945, suasana Kota Padang diliputi oleh ketegangan. BPPI kerap jadi tujuan penggeledahan dan penangkapan. Memasuki pertengahan November 1945, penggeledahan dan pengkapan di Kantor BPPI menjadi semakin rutin, termasuk menimpa Chatib Sulaiman. Sulaiman, yang sedang berada di kantor, ditangkap dan dibawa ke markas Sekutu. Penangkapan Sulaiman segera memicu pemberontakan pemuda-pemuda BPPI sehingga sehari setelah ditahan, Sulaiman segera dibebaskan.

Setelah bebas, Soelaiman lebih banyak aktif ke luar kota, BPPI menetapkan Kamaroelzaman, seorang bekas guru, sebagai pengganti. Sekutu kembali rutin mendatangi bangunan dan Kamaroelzaman tak luput dari penangkapan. Lagi-lagi pemuda bangkit mengadakan pelbagai tindakan yang menambah tegangnya suasana sehingga sesudah satu hari ditahan, Sekutu membebaskan Kamaroelzaman.

Mengingat pemeriksaan Sekutu terhadap Kantor BPPI hampir berlangsung setiap hari, BPPI mengubah taktik bekerja. Jika sebelumnya anggota BPPI duduk bertugas di kantor, setelah Sekutu mulai memakai tindakan kekerasan, maka anggota BPPI tidak lagi bertugas secara rutin di kantor. Mereka menjalankan tugas secara gerilya. Dalam Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945-1950, Nasrul AS sewaktu bertugas sebagai Sekretaris BPPI Padang menyebutkan, dirinya dalam bekerja sehari-hari beralih tempat ke Masjid Pasar Gadang yang letaknya di seberang jalan. Dari masjid itulah, ia mengawasi kantor dan jika kelihatan ada pemuda atau orang datang yang gelagatnya perlu berurusan dengan BPPI, maka Nasrul AS datang menemui mereka untuk melayani. Demikianlah BPPI berjalan terus hingga kondisi Kota Padang aman.

Bangunan

Gedung BPPI Padang terdiri dari dua lantai. Atap bangunan terbuat dari seng dengan bentuk atap pelana kuda. Pintu masuk berjumlah dua buah, berada di lantai satu yang terletak di bagian tengah.

Bagian dalam ruangan memiliki lantai yang terbuat dari ubin tegel polos berwarna abu-abu. Untuk menuju ke lantai dua, terdapat dua tangga di sudut kiri dan kanan gedung. Tangga terbuat dari kayu berlantai semen dan sudah dikeramik. Masuk ke lantai atas, terdapat ruangan berlantai papan kayu. Sebelum gempa, lantai atas sempat difungsikan sebagai aula dan kerap dijadikan sebagai tempat pertemuan. Namun, setelah gempa, lantai dua tidak lagi digunakan.

Pasca-gempa bumi 2009, kondisi gedung mengalami kerusakan sekitar 50% berdasarkan temuan BPCB Sumatera Barat. Sebagian besar dinding mengalami retak-retak dalam, atap mengalami kerusakan, dan sebagian langit-langit ambruk.

Setelah Bangunan ini kemudian menjadi kantor Dewan Harian Cabang 45, yang menaungi para pejuang kemerdekaan. Meskipun organisasi tersebut tak lagi aktif, pada sisi depan gedung masih memampang pelang penanda kantor organisasi.

Pada 2017, Pemerintah Kota Padang memulai rencana merevitalisasi gedung. Menurut rencana, gedungakan diifungsikan sebagai museum pejuang.

Referensi