Racun

Revisi sejak 9 April 2019 08.51 oleh CommonsDelinker (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti Skull_and_crossbones.svg dengan Skull_and_Crossbones.svg)

Secara umum, racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme.[1] Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan tubuh).[1] Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul.

Simbol bahan beracun

Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa: Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum).[2]

Terminologi

Istilah racun bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun memiliki definisi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.[3] Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin.[1] Sementara, bisa didefinisikan sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan oleh hewan selama proses pertahanan diri atau menyerang hewan lain dengan gigitan maupun sengatan.[3]

Istilah beracun, toksik, dan berbisa juga merupakan kata yang sebanding apabila digunakan untuk menyatakan sifat atau efek dari racun.[3] Namun, tetap terdapat sedikit perbedaan pada ketiga kata tersebut.[3] Beracun digunakan untuk segala sesuatu yang dapat berakibat fatal atau berbahaya apabila dimasukkan dalam jumlah tertentu ke makhluk hidup.[3] Sedangkan toksik menyatakan sifat atau efek dari toksin, dan berbisa mengacu kepada hewan penghasil bisa.[3]

Klasifikasi

Dalam sebuah buku forensik medis yang ditulis oleh JL Casper, racun diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:

1. Racun iritan, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan radang. Contohnya asam mineral, fungi beracun, dan preparasi arsenik.[4]

2. Racun penyebab hiperemia, racun narkotik, yang terbukti dapat berakibat fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Contohnya opium, tembakau, konium, dogitalis, dll.[4]

3. Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah, organ pusat saraf dapat lumpuh dan menimbulkan akibat yang fatal seperti kematian tiba-tiba. Contohnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform.[4]

4. Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya bersifat kronis dan dapat berakibat fatal bagi kesehatan secara perlahan. Contohnya bismut putih, asap timbal, merkuri, dan arsenik.[4]

5. Racun yang menyebabkan infeksi (racun septik), dapat berupa racun makanan yang pada keadaan tertentu menimbulkan sakit Pyaemia (atau pyemia) dan tipus pada hewan ternak.[4]

Sejarah

Sejarah awal mengenai racun erat dikaitkan dengan mitos dan kepercayaan.[5] Pada tahun 2500 SM, bangsa Sumeria diketahui menyembah dewi racun yang disebut Gula.[5] Dalam mitologi Yunani, terdapat beberapa rujukan tentang racun, di antaranya adalah kosah tentang Medea, cucu dari Helios (dewa matahari).[5] Medea ingin membunuh anak tirinya, Theseus dengan minuman anggur beracun.[5] Namun, usaha tersebut digagalkan oleh Aegeus, suami Medea.[5] Tulisan tertua mengenai racun ditemukan di Mesir dan berangka tahun sekitar 3000 SM dan dokumen tentang penelitian tanaman beracun yang dilakukan oleh Menes, raja Mesir.[5]

Di dalam sejarah Yunani, racun pernah digunakan sebagai hukuman mati yang disebut Racun Negara atau State Poison.[5] Salah satu tokoh filsuf yang pernah dihukum mati dengan cara ini adalah Socrates. Selama masa pemerintahan kekaisaran Romawi, keraunan di saat santap malam, terutama di kalangan kelas atas menjadi suatu hal yang biasa.[5] Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk menyingkirkan anggota keluarga yang tidak disukai, seperti yang pernah dilakukan oleh Nero.[5] Sekitar tahun 246 SM, Cina mengembangkan suatu drama yang disebut Ritual Chou, yang di dalamnya terdapat ritual membakar 5 macam racun.[5]

Memasuki abad pertengahan, pada tahun 8 Sesudah Masehi, racun semakin berkembang karena ahli kimia Arab berhasil mengubah arsenik menjadi bubuk yang tidak berasa dan tidak berbau sehingga deteksi adanya racun pun sulit diketahui.[5] Pada masa itu, racun biasa diperdagangkan di apotek dan didapatkan oleh publik dengan mudah. Berbagai teks akademis tentang racun juga dituliskan oleh para biarawan, salah satunya adalah The Book of Venoms (1424) oleh Magister Santes de Ardonis yang berisi racun yang diketahui pada masa itu, mekanisme kerjanya, dan cara penyembuhannya.[5]

Pada abad ke-14 dan 15, ahli kimia Italia berusaha membuat racun yang lebih kuat dari sebelumnya dan hal ini menyebar dari Italia ke Paris.[5] Usaha untuk membatasi penjualan racun dilakukan oleh Louis XIV pada tahun 1662 yang mengeluarkan aturan pelarangan apotek untuk menjual senyawa beracun, kecuali kepada pembeli yang telah mendaftarkan tujuan mereka. Pada tahun 1836 dan 1841, Marsh dan Riensch secara terpisah berhasil mengembangkan metode untuk mendeteksi arsenik sehingga banyak orang yang melakukan kejahatan, terutama pembunuhan dengan racun akhirnya dapat ditangkap.[5] Pada abad ke-20, racun mulai diteliti untuk digunakan sebagai senjata. Pertumbuhan bidang toksikologi juga mendorong berkembangan sistem kontrol dan penyebaran senyawa beracun.[5]

Penawar racun

Penawar racun adalah obat yang dapat melawan efek dari racun.[6] Beberapa penawar racun yang sering digunakan adalah:

Racun Penawar
Asetominofen NAC(N-asetilsistein).[7]
Antikolinergik Fisostigmin
Antikoagulan (warfarin/coumadin, heparin) Vitamin K1, protamin.
Benzodiazepina Perawatan pendukung, flumazenil
Botulisme Antitoksin botulinum
Penyekat beta Glukagon
Penyekat saluran kanal kalsium Kalsium, Glukagon
Kolinergik Atropin, Pralodixime dalam organofosfat dengan dosis berlebih
Karbon monoksida Oksigen, Oksigen hiperbarat
Sianida Amil Nitrat, Natrium Nitrat, Natrium Thiosulfat, Hidroksikobalamin
Digitoksin Antibodi Fab digoksin
Besi Deferoksamin
Isoniazid Piridoksin
Timbal BAL, EDTA, DMSA
Methemoglobinemia Methelene Biru
Opiod Nalokson
Alkokol beracun Dialisis, Etanol Drip. Kemungkinan juga dapat menggunakan inhibitor enzim.
antidepresan trisiklik Natrium bikarbonat

Lihat pula


Referensi

  1. ^ a b c (Inggris)Gary D. Osweiler (1996). Toxicology. Wiley-Blackwell. ISBN 978-0-683-06664-7. Page.1
  2. ^ (Inggris)Horst S. H. Seifert (1996). Tropical animal health. Springer. ISBN 978-0-7923-3821-5. Page.442
  3. ^ a b c d e f (Inggris)Merriam-Webster, Inc (1984). Merriam Webster's Dictionary of Synonyms: A Dictionary of Discriminated Synonyms With Antonyms and Analogous and Contrasted Words. Merriam-Webster. ISBN 978-0-87779-341-0. Page.618
  4. ^ a b c d e (Inggris)Johann Ludwig Casper (1861). A Handbook of the Practice of Forensic Medicine: Thanatological division. New Sydenham Society. Page.44-45
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o www.bbc.co.uk (28 Juli 2005). "A Brief History of Poisoning". 
  6. ^ Merriam-Webster Online Dictionary.
  7. ^ (Inggris) www.uic.edu. "Antidotes to Common Poisons".