Krisis Suez
Krisis Suez (bahasa Arab: أزمة السويس - العدوان الثلاثي ʾAzmat al-Sūwais/Al-ʿIdwān al-Thalāthī; bahasa Prancis: Crise du canal de Suez; bahasa Ibrani: מבצע קדש Mivtza' Kadesh "Operasi Kadesh," atau מלחמת סיני Milẖemet Sinai, "Perang Sinai") adalah serangan militer Britania Raya, Prancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 1956.[3][4] Serangan ini dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasikan Terusan Suez setelah tawaran Britania Raya dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.[5]
Krisis Suez Perang Sinai | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Tentara Israel bersiap untuk berperang di Semenanjung Sinai. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Britania Raya Prancis Israel | Mesir | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Anthony Eden Charles Keightley Pierre Barjot Moshe Dayan |
Gamal Abdel Nasser Abdel Hakim Amer | ||||||
Kekuatan | |||||||
45.000 tentara Britania 34.000 tentara Prancis 40.000 tentara Israel | 70.000 | ||||||
Korban | |||||||
Britania Raya: 16 tewas 96 terluka Prancis: 10 tewas 33 terluka Israel:186 tewas 899 terluka 4 ditangkap[2] |
1.650 tewas [1] 4.900 terluka 6.185 ditangkap |
Latar belakang
Terusan Suez dibuka pada tahun 1869, didanai oleh pemerintah Prancis dan Mesir.[6] Secara teknis, wilayah yang mengelilingi terusan ini merupakan wilayah kedaulatan Mesir, dan perusahaan yang mengurusnya, Universal Company of the Suez Maritime Canal (Suez Canal Company) adalah perusahaan mesir.
Terusah ini penting bagi Britania Raya dan negara-negara Eropa lainnya. Bagi Britania, terusan ini merupakan penghubung ke koloni Britania di India, Timur Jauh, Australia dan Selandia Baru. Maka pada tahun 1875, Britania membeli saham dari Suez Canal Company, memperoleh sebagian kekuasaan atas pengoperasian terusan dan membaginya dengan investor swasta Prancis. Pada tahun 1882, selama invasi dan pendudukan Mesir, Britania Raya secara de facto menguasai terusan ini.
Konvensi Konstantinopel 1888 mendeklarasikan terusan ini sebagai zona netral dibawah perlindungan Britania.[7] Dalam meratifikasinya, Kesultanan Utsmaniyah setuju untuk memberikan izin terhadap kapal internasional melewati terusan tersebut, baik saat perang maupun damai.[8]
Terusan Suez menunjukan betapa strategis wilayah tersebut selama Perang Rusia-Jepang ketika Jepang melakukan persetujuan dengan Britania. Jepang melancarkan serangan kejutan terhadap Armada Pasifik Rusia yang berbasis di Port Arthur. Ketika Rusia mengirim bantuan dari Baltik, Britania tidak memperbolehkan Rusia melewati terusan. Hal ini menyebabkan armada Rusia mengelilingi seluruh benua Afrika, memberikan waktu bagi tentara Jepang untuk mereorganisir tentara mereka dan memperkuat posisi mereka di Timur Jauh.
Kepentingan terusan ini juga terlihat jelas selama Perang Dunia. Pada Perang Dunia Pertama, Britania dan Prancis menutup terusan ini untuk kapal non-Sekutu. Selama Perang Dunia Kedua, Terusan Suez dilindungi selama Kampanye Afrika Utara.
Pada Mei 1948, Mandat Britania atas Palestina berakhir, dan tentara Britania mundur dari wilayah tersebut. Deklarasi Kemerdekaan Israel dideklarasikan, dan ditentang oleh Liga Arab. Hal ini menyebabkan terjadinya Perang Arab-Israel 1948. Tentara Israel berhasil memenangkan perang melawan Arab, termasuk Mesir. Negosiasi perdamaian setelah perang gagal, ditambah dengan meningkatnya ketegangan perbatasan antara Israel dan tetangganya, menyebabkan meningkatnya permusuhan antara Arab dan Israel.
Akhir peperangan
Operasi yang bertujuan merebut Terusan Suez ini berhasil dari sisi militer, namun merupakan bencana politik. Bersama dengan krisis Suez, Amerika Serikat juga harus mengurus Revolusi Hongaria. Amerika Serikat juga takut akan adanya perang yang lebih luas setelah Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa lainnya mengancam untuk membantu Mesir dan melancarkan serangan roket ke London, Paris[9] dan Tel Aviv.
Maka dari itu, pemerintahan Eisenhower menyatakan gencatan senjata. Amerika Serikat meminta invasi dihentikan dan mensponsori resolusi di Dewan Keamanan PBB yang meminta gencatan senjata. Britania dan Prancis, sebagai anggota tetap, memveto resolusi tersebut. Amerika Serikat lalu memohon kepada Majelis Umum PBB dan mengusulkan resolusi meminta gencatan senjata dan ditariknya pasukan.[10]
Majelis Akhir peperangan
Operasi yang bertujuan merebut Terusan Suez ini berhasil dari sisi militer, namun merupakan bencana politik. Bersama dengan krisis Suez, Amerika Serikat juga harus mengurus Revolusi Hongaria. Amerika Serikat juga takut akan adanya perang yang lebih luas setelah Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa lainnya mengancam untuk membantu Mesir dan melancarkan serangan roket ke London, Paris[11] dan Tel Aviv.
Maka dari itu, pemerintahan Eisenhower menyatakan gencatan senjata. Amerika Serikat meminta invasi dihentikan dan mensponsori resolusi di Dewan Keamanan PBB yang meminta gencatan senjata. Britania dan Prancis, sebagai anggota tetap, memveto resolusi tersebut. Amerika Serikat lalu memohon kepada Majelis Umum PBB dan mengusulkan resolusi meminta gencatan senjata dan ditariknya pasukan.[10] Majelis Umum mengadakan "sesi khusus kedaruratan" dan mengadopsi resolusi Majelis 1001,[12] yang mendirikan United Nations Emergency Force (UNEF), dan menyatakan gencatan senjata. Portugal dan Islandia mengusulkan untuk mengeluarkan Britania dan Prancis dari pakta pertahanan North Atlantic Treaty Organization (NATO) jika mereka tidak mau mundur dari Mesir.[13] Britania dan Prancis mundur dari Mesir dalam waktu seminggu.
Amerika Serikat juga melancarkan tekanan finansial terhadap Britania Raya untuk mengakhiri invasi. Eisenhower memerintahkan George M. Humphrey untuk menjual bagian dari "US Government's Sterling Bond holdings". Pemerintah AS memegangnya sebagai bagian dari bantuan ekonomi terhadap Britania setelah Perang Dunia II, dan pembayaran sebagian hutang Britania kepada AS, dan juga bagian dari Rencana Marshall untuk membangun kembali ekonomi Eropa Barat.
Arab Saudi juga memulai embargo minyak terhadap Britania dan Prancis. AS menolak membantu minyak bumi hingga Britania dan Prancis setuju untuk mundur. Negara NATO lainnya juga menolak untuk menjual minyak bumi yang mereka terima dari negara-negara Arab ke Britania atau Prancis.[14]
Pemerintah Britania dan mata uang Poundsterling berada dalam tekanan. Sir Anthony Eden, Perdana Menteri Britania Raya, terpaksa untuk mundur dan mengumumkan gencatan senjata pada tanggal 6 November. Tentara Prancis dan Inggris selesai mundur pada tanggal 22 Dessember 1956, dan digantikan oleh tentara Kolombia dan Denmark yang merupakan bagian dari UNEF.[15] Pasukan Israel meninggalkan Sinai pada maret 1957. Majelis Umum PBB mengadakan "sesi khusus kedaruratan" dan mengadopsi resolusi Majelis 1001,[12] yang mendirikan United Nations Emergency Force (UNEF), dan menyatakan gencatan senjata. Portugal dan Islandia mengusulkan untuk mengeluarkan Britania dan Prancis dari pakta pertahanan North Atlantic Treaty Organization (NATO) jika mereka tidak mau mundur dari Mesir.[13] Pasukan Inggris dan Prancis menarik diri dari Mesir dalam waktu seminggu.
Catatan kaki
- ^ Kunz, Diane B. The Economic Diplomacy of the Suez Crisis. hlm. 187. ISBN 0-80781967-0.
- ^ Dupuy, R. Ernest; Dupuy, Trevor N. (1994). The Collins Encyclopedia of Military History. HarperCollins. hlm. 1343.
- ^ Damien Cash "Suez crisis" The Oxford Companion to Australian History. Ed. Graeme Davison, John Hirst and Stuart Macintyre. Oxford University Press, 2001.
- ^ Roger Owen "Suez Crisis" The Oxford Companion to the Politics of the World, Second edition. Joel Krieger, ed. Oxford University Press Inc. 2001.
- ^ "Suez crisis" The Concise Oxford Dictionary of Politics. Ed. Iain McLean and Alistair McMillan. Oxford University Press, 2003.
- ^ Turner, Barry. Suez 1956: The First Oil War. hal. 21–4.
- ^ "Suez Canal". Egyptian State Information Service. Diakses tanggal 18 March 2007.
- ^ Howard M. Sachar. A History of Israel from the Rise of Zionism to Our Time. Published by Alfred A. Knopf (New York). 1976. ISBN 0-394-28564-5.
- ^ Lowe, Vaughan; Roberts, Adam; Welsh, Jennifer; Zaum, Dominik (2008). The United Nations Security Council and War: The Evolution of Thought and Practice Since 1945. Oxford University Press. hlm. 291. ISBN 978-0-19953-343-5.
- ^ a b Hendershot, Robert; Family Spats: Perception, Illusion, and Sentimentality in the Anglo-American Special Relationship
- ^ Lowe, Vaughan; Roberts, Adam; Welsh, Jennifer; Zaum, Dominik (2008). The United Nations Security Council and War: The Evolution of Thought and Practice Since 1945. Oxford University Press. hlm. 291. ISBN 978-0-19953-343-5.
- ^ a b UNGA Emergency Special Sessions
- ^ a b Brecher, Jeremy (2 April 2003). "Uniting for Peace", Z Magazine. Retrieved on 28 February 2007.
- ^ Kennett Love, Suez: The Twice-Fought War, New York: McGraw Hill, 1969, p.651
- ^ Service Cinématographique des Armées SCA reportage de Paul Corcuff, 22 December 1956 French Ministry of Defense arcvhives ECPAD MO56141AR14
Daftar pustaka
- Arnstein, Walter L. (2001). Britain Yesterday and Today: 1830 to the Present. Boston: Houghton Mifflin. ISBN 978-061800-104-0.
- Bregman, Ahron (2002). Israel's Wars: A History Since 1947. London: Routledge. ISBN 0-415-28716-2.
- Butler, L. J. (2002). Britain and Empire: Adjusting to a Post-Imperial World. London: I.B. Tauris. ISBN 1-86064-449-X.
- Childers, Erskine B. (1962). The Road To Suez. MacGibbon & Kee. ASIN B000H47WG4.
- Darwin, John (1988). Britain and Decolonisation: The Retreat From Empire in the Post Cold War World. Palgrave Macmillan. ISBN 0-333-29258-8.
- Hendershot, Robert M. (2008). Family Spats: Perception, Illusion, and Sentimentality in the Anglo-American Special Relationship. VDM Verlag. ISBN 978-3-639-09016-1.
- Hyam, Ronald (2006). Britain's Declining Empire: The Road to Decolonisation 1918-1969. Cambridge University Press. ISBN 0-521-68555-9.
- Kissinger, Henry (1994). Diplomacy. Simon & Schuster. ISBN 0-671-51099-1.
- Kyle, Keith (2003). Suez: Britain's End of Empire in the Middle East. I.B. Tauris. ISBN 1-86064-811-8.
- Leuliette, Pierre (1964). St. Michael and the Dragon: Memoirs of a Paratrooper. Houghton Mifflin.
- Reynolds, David (1991/2000). Brittania Overruled: British Policy and World Power in the Twentieth Century. Longman. ISBN 0-582-38249-1.
- Tal, David, ed. (2001). The 1956 War. London: Frank Cass Publishers. ISBN 0-7146-4394-7.
- Verbeek, Bertjan (2003). Decision-Making in Great Britain During the Suez Crisis. Small Groups and a Persistent Leader. Aldershot: Ashgate Publishing. ISBN 978-0-75463-253-5.
- Yergin, Daniel (1991). The Prize: The Epic Quest for Oil, Money, and Power. New York City: Simon & Schuster. ISBN 0-671-50248-4.. Chapter 24 is devoted entirely to the Suez Crisis.
Pranala luar
- Israel's Second War of Independence, essay in Azure magazine.
- Sinai Campaign 1956
- Canada and the Suez Crisis
- July 2006, BBC, Suez 50 years on
- July 2006, The Economist, An affair to remember
- Suez and the high tide of Arab nationalism International Socialism 112 (2006)
- Detailed report on the Suez campaign by Ground Forces Chief of Staff General Beaufre, French Defense Ministry archive (French)
- Bodleian Library Suez Crisis Fiftieth anniversary exhibiiton
- Royal Engineers Museum - Royal Engineers and Suez 1956